Semua orang suka membaca atau mendengar cerita yang seru. Yang memiliki jalan cerita penuh liku. Yang memiliki seorang protagonis dengan status setengah dewa, atau seorang superhero sekalian. Dan ini memang dasar storytelling: ada klimaks cerita yang dramatis dan momen-momen yang memorable. Dari cerita dongeng jaman dahulu, buku, film, TV, sampai ke media elektronik jaman sekarang.
Itulah kenapa cerita tentang kesuksesan Steve Jobs, Bill Gates dan Mark Zuckerberg sangat disukai media. Pembaca Dailysocial pasti tahu bahwa mereka bertiga memiliki kesamaan pada saat memulai bisnisnya: sangat muda dan dropout dari kuliah. Bahkan cerita mereka sudah menjadi film Hollywood: Pirates Of Silicon Valley tentang Gates (walaupun cuma film TV), The Social Network tentang Zuck, dan yang akan rilis tahun ini: Jobs tentang… ya siapa lagi?
Seperti biasa, banyaknya hype tentang kesuksesan mereka begitu berlebihan, menimbulkan generalisasi kesan seolah-olah jika kita ingin sukses, mulailah di usia muda, dan kuliah tidak penting, karena ketiga dropout tadi toh berhasil membangun perusahaannya dan berhasil mengubah dunia?
Kalau Anda memang fans para motivator dan senang dengan hal-hal bombastis, silahkan ditelan bulat bulat, keluar dari kuliah atau pekerjaan Anda dan memulai bisnis sekarang juga!
Saya termasuk orang yang selalu skeptis dengan informasi yang terlalu ‘wah’. Cerita-cerita ini memang menghibur dan mengajarkan saya bagaimana membangun sebuah cerita yang baik. Tapi skeptisme saya, dikombinasikan dengan sisa-sisa ingatan pelajaran statistik waktu kuliah selalu mempertanyakan, apakah mereka memang termasuk dalam kurva normal atau anomali?
Hasil browsing semalaman membawa saya kepada banyak artikel menarik yang pro dan kontra. Ada yang mengatakan usia muda – dengan definisi yang beragam – adalah saat yang paling baik untuk memulai bisnis. Terutama karena energi yang masih tinggi, dan (biasanya) belum ada tanggung jawab keluarga, menghasilkan keberanian untuk mengambil resiko yang lebih tinggi. Hasilnya, home runs seperti Microsoft, Apple and Facebook. Tetapi memang sejalan dengan risiko yang lebih tinggi, bagaimana dengan persentase kegagalannya?
Salah satu sumber yang paling bisa dipercaya mengenai entrepreneurship adalah Kauffman Foundation. Yayasan ini memiliki misi memajukan kewirausahaan yang didirikan oleh Ewing Marion Kauffman — pendiri Marion Labs, sebuah perusahaan farmasi raksasa. Satu artikel dari website mereka dengan cepat mematahkan mitos bahwa pebisnis sukses tidak perlu memiliki pendidikan terlalu tinggi. Dari studi mereka, 98% ternyata memiliki gelar S1. Jelas sudah bahwa generalisasi tentang putus sekolahnya Jobs, Gates dan Zuck salah besar!
Jika lain kali Anda mendengar nasihat: “mau jadi pebisnis sukses, putus sekolah sekarang juga!”, sadarlah bahwa yang ada di hadapan Anda lebih cocok menjadi penulis skenario film/ sinetron dibanding mentor bisnis.
Saya juga menemukan salah satu hasil studi Kauffman berjudul Making of a Successful Entrepreneur, bagian dari banyak studi di bawah topik besar The Anatomy of an Entrepreneur. Silahkan unduh dan baca lengkapnya hasil studi ini. Sayangnya data terakhir ini datang dari tahun 2009 dan belum ada pembaruan lagi. Insights yang saya dapatkan sangat menarik.
Studi ini dilakukan kepada ~550 entrepreneurs dari industri ‘high growth’. Para founders ini menganggap faktor sukses terpenting dari bisnis mereka adalah pengalaman. Baik itu datang dari bekerja atau berbisnis sebelumnya, termasuk keberhasilan dan kegagalan. Fakta ini bagi saya mematahkan mitos pertama: bahwa kebanyakan pebisnis tidak memulai tanpa bekal pengalaman seperti Jobs, Gates dan Zuck. Bagi saya, pengalaman tidak sama dengan usia. Waktu saya baru mulai bekerja, saya sangat tidak suka dipandang sebelah mata hanya karena muda dan tidak berpengalaman. Pertanyaan saya selanjutnya setelah membaca studi ini adalah, bagaimana dengan umur mereka saat memulai bisnis?
Cukup sulit mencari data yang tersebar bebas di internet tentang ini, tetapi setelah pencarian dengan berbagai keyword, akhirnya saya menemukan blogpost yang menjabarkan data bahwa para pebisnis sukses ternyata memang lebih tua dan ‘mature‘. Data ini datang dari hasil analisa statistik Founder Institute (FI) dari semua peserta yang sudah melalui programnya, sehingga sangat bisa dipercaya. Data FI bahkan menunjukkan bahwa rata-rata usia sukses para founder bahkan mendekati 40!
Saya juga menemukan sebuah sumber lain mengenai data para peserta yang masuk ke Y Combinator, sebuah program inkubasi yang sudah melahirkan banyak startup sukses seperti Bump, Dropbox dan Airbnb. Data ini menunjukkan bahwa umur median peserta Y Combinator adalah umur 27. Bagi saya, data ini memperkuat studi Kauffman bahwa pengalaman adalah salah satu faktor utama yang mendukung keberhasilan sebuah startup. Umur 27 ke atas saya asumsikan memiliki pengalaman bekerja/ berbisnis kira-kira 5 tahun
Jadi bagaimana kalau kita masih muda sekarang? Ingatlah bahwa data-data di atas adalah statistik yang menunjukkan probabilitas. Umur dan pengalaman hanyalah salah satu faktor, bukan satu-satunya. Pelajaran yang saya ambil dari begitu banyak artikel dan studi yang saya baca dalam topik ini adalah:
- tetaplah mulai sedini mungkin, untuk mendapatkan pengalaman. Kalau bisa mulai mendapatkan pengalaman sambil sekolah/kuliah, why not?
- pengalaman bisa didapatkan dari bekerja di perusahaan lain atau mendirikan startup sendiri. Jangan putus asa kalau startup pertama Anda gagal
- kalau ingin belajar dan mendapatkan pengalaman, salah satu caranya adalah bekerja atau magang di sebuah startup, seperti yang pernah ditulis oleh Ryu di artikel ini
- kenapa harus meributkan masalah umur jika bisa mendapatkan the best of both worlds? Google mulai menunjukkan taringnya di tahun 2001 pada saat Eric Schmidt di umur 46 bergabung dan membangun perusahaan bersama founder awal Larry Page dan Sergey Brin (keduanya berusia 28 pada saat itu). Idealisme dan semangat bergabung dengan pengalaman. Kata kuncinya kolaborasi!
Pada akhirnya, setiap kelompok umur pasti memiliki ceritanya masing-masing, seperti dalam artikel ini. So be rational, stop listening to too much hype and start learning!
Setelah 12 tahun berkecimpung di dunia perbankan, Dondi Hananto mendirikan Kinara Indonesia, sebuah inkubator bisnis di Indonesia yang memiliki visi untuk membangun ekosistem kewirausahaan di Indonesia. Ia juga merupakan salah satu pendiri Wujudkan, sebuah platform crowdfunding untuk merealisasikan berbagai macam proyek kreatif di Indonesia. Anda dapat follow Dondi di Twitter, @dondihananto.
[sumber gambar dari film Pirates of Silicon Valley]