Dark
Light

Monk’s Hill Ventures: Transformasi “E-commerce 2.0” akan Terjadi di Indonesia Tahun Ini

2 mins read
January 27, 2021
Pertumbuhan industri e-commerce turut terdorong naik di tengah pandemi / Pixabay
Pertumbuhan industri e-commerce turut terdorong naik di tengah pandemi / Pixabay

Sepanjang tahun 2020, layanan e-commerce mengalami pertumbuhan yang signifikan. Aturan bekerja dan belajar di rumah, banyak mendorong masyarakat untuk melakukan aktivitas belanja secara online. Terkait tren bisnis e-commerce, dalam media briefing yang digelar oleh Monk’s Hill Ventures (MHV) hari ini (27/01) diungkapkan beberapa hal. Salah satunya, hasil pengamatan mereka menunjukkan bahwa di tahun 2021 layanan e-commerce akan mengalami transformasi lebih besar lagi, mereka menyebutkan “E-commerce 2.0”.

Transformasi layanan e-commerce 2.0

Di Indonesia saat ini sudah banyak penjual, meskipun skalanya kecil namun telah memanfaatkan berbagai layanan online marketplace seperti Shopee, Tokopedia, Bukalapak, dan lainnya untuk melakukan penjualan. Selain itu mereka juga mulai banyak mendapatkan traksi dengan memanfaatkan media sosial seperti Facebook, Instagram, dan channel lainnya. Cara tersebut sebenarnya bukanlah hal yang baru lagi. Kebanyakan penjual selalu melakukan engagement dengan pembeli mereka melalui media sosial.

“Yang berbeda saat ini adalah kebanyakan penjual dan pembeli bukan hanya fokus kepada produk tapi siapa yang menjual. Jadi brand equity penjual dan produk yang mereka miliki menjadi bagian dari pengalaman saat ini,” kata Managing Partner Monk’s Hill Ventures Kuo-Yi Lim.

Dalam hal ini dicontohkan olehnya, ketika pembeli berniat untuk melakukan pembelian di platform seperti Lazada atau Shopee, mereka akan ditawarkan langsung 20 lebih penjual dari masing-masing platform tersebut. Ke depannya akan mulai terlihat pergeseran pengalaman brand di berbagai channel dari sisi penjual.

Ninja Van (salah satu portofolio dari MHV) saat ini telah membantu lebih dari 100 ribu bisnis setiap bulannya. 30% kontribusi tersebut berasal dari para penjual UKM dari berbagai lokasi di Indonesia, mulai dari kota kecil hingga pelosok daerah,” kata Kuo-Yi Lim.

Untuk bisa mewujudkan hal tersebut tentunya dibutuhkan dukungan yang besar dari pihak terkait, mulai dari procurement, pembayaran, logistik dan lainnya. Penting untuk kemudian bisa membuat masing-masing penjual tampil lebih unggul, di antara makin sengitnya persaingan saat ini.

“MHV melihat hal tersebut bisa menjadi potensi, dengan mengadopsi cara tradisional memanfaatkan channel baru yang akan mendorong dinamika menarik di Indonesia dan negara lainnya.”

Pertumbuhan edutech dan healthtech

Hal menarik yang kemudian juga menjadi perhatian oleh MHV adalah, makin besarnya pertumbuhan layanan healthtech dan edtech secara global saat ini. Meskipun saat awal pandemi agak sulit bagi platform healthtech untuk bisa tetap relevan terkait dengan pandemi, namun memanfaatkan teknologi artifical inteligence ternyata mampu mempercepat pengumpulan informasi dan pengambilan keputusan para dokter dan rumah sakit untuk menyelamatkan nyawa pasien.

“Meskipun masih lamban adopsi teknologi rumah sakit dan sebagian besar dokter yang menjadi pengambil kebijakan tersebut, namun ketika mereka melihat teknologi bisa menyelamatkan hidup seseorang, diharapkan bisa mengubah mindset mereka. Dalam ruang lingkup digital saya melihat akan ada pertumbuhan yang berkelanjutan,” kata Kuo-Yi Lim.

Sementara dari sisi edtech, meskipun saat ini dengan pemerintah Amerika Serikat dan presiden barunya mulai memberlakukan kebijakan kembali ke sekolah untuk siswa, tentunya akan terlihat seperti apa perubahan ke depannya. Namun di sisi lain, dengan menggabungkan kegiatan belajar mengajar secara offline dan online, ternyata tetap bisa berjalan dan ke depannya akan menjadi the new normal untuk dunia pendidikan secara global.

“Ketika dulunya banyak pihak sekolah keberatan untuk mengadopsi teknologi untuk edukasi, dengan adanya pandemi menjadi pembuktian dan tentunya menjadi peringatan bagaimana jika nantinya terjadi lagi kondisi seperti ini. Ke depannya akan semakin banyak pengajar dan sekolah yang melihat, bahwa ada cara baru untuk mengajar dan belajar yaitu secara online. Meskipun akan ada penurunan dan penyesuaian, tapi tren ini ke depannya akan semakin berkembang,” kata Kuo-Yi Lim.

Tren investasi tahun 2021

Hal menarik yang kemudian diungkapkan oleh Partner Monk’s Hill Ventures Justin Nguyen adalah, sebelum pandemi berlangsung, pihaknya telah memberikan investasi kepada berbagai sektor. Mulai dari logistik, healthtech, dan lainnya. Sektor tersebut menurut Justin telah menjadi pilihan bagi MHV untuk kemudian dikembangkan dan tentunya diinvestasikan. Faktanya sektor tersebut selama pandemi ternyata memang mengalami akselerasi yang sangat baik.

“Sebagai principal dari investor yang kami lihat adalah, apakah hal yang mereka (pendiri startup) lakukan masuk akal. Saya melihat ketika menjalankan perusahaan masih sama saja sebelum atau saat pandemi.”

Meskipun ada penurunan investasi pada Q3 2020 lalu, namun jika dilihat dari makin besarnya minat investor asal Tiongkok hingga Amerika Serikat untuk bermain di kawasan Asia Tenggara, diprediksi oleh Justin tahun 2021 ini jumlah investasi dari berbagai investor akan makin banyak jumlahnya.

Previous Story

Lewat Prototipe Mobil Elektriknya, Sony Akan Bereksperimen dengan Konsep PlayStation untuk Mobil

Sony Xperia Pro 6
Next Story

Sony Hadirkan Xperia Pro dengan Port HDMI, Berfungsi Sebagai Monitor Eksternal Kamera

Latest from Blog

Don't Miss

Blibli rayakan ulang tahun ke-12

Ulang Tahun ke-12, Blibli Hadirkan Program “Blibli Annive12sary”

Dengan persaingan yang semakin ketat, eksistensi sebuah e-commerce di Indonesia
TikTok Shop

TikTok Shop Tingkatkan Fitur dan Fasilitas Menjelang Tahun Ketiganya di Indonesia

TikTok merupakan salah satu media sosial yang paling digandrungi saat