Dark
Light

[Simply Business] Thomas Alva Edison: Penemu Atau Pebisnis?

2 mins read
February 7, 2013

Ingat nggak kalau ditanya waktu SD: siapa penemu bola lampu? Jawabannya: THOMAS ALVA EDISON! Sejarah mencatat kalau bola lampu listrik pertama sebenarnya diciptakan oleh seorang ahli kimia asal Inggris, Humphry Davy (referensi dari sini). Edison memang terkenal sebagai seorang penemu. Penemu banyak hal. Karena memang dia pernah memegang lebih dari 1000 hak paten. Tetapi bukan dia yang pertama menciptakan bola lampu listrik.

Kekaguman saya terhadap Edison muncul lagi setelah terekspos ke sejarahnya pada saat perjalanan ke AS beberapa waktu lalu. Yes, history is one of my areas of fascinations. I’m a museum freak. Ketemu exhibit tentang Edison di dua museum berbeda: Henry Ford Museum di Detroit dan Museum Of American History (Smithsonian) di Washington, DC.

Kekaguman saya bukan karena Edison terkenal sebagai penemu banyak hal.

Kekaguman saya adalah karena dia berhasil menjadikan beberapa penemuannya menjadi bisnis. Garis bawahi beberapa. Karena kebanyakan hanya menjadi hak paten tanpa berhasil dimonetisasi. Yang paling terkenal tentunya General Electric, perusahaan komersial pertama yang memproduksi bola lampu listrik. Dan sekarang menjadi salah satu konglomerasi terbesar dunia dengan banyak lini bisnis.

So what kalo loe merasa punya ide keren? Nama Humphry Davy ‘cuma’ berakhir di museum (disebut di exhibit Edison di Smithsonian). Ya ada patungnya juga sih di kota kelahirannya, Penzance (somewhere di Inggris sana). Saya juga tahunya cuma dari hasil cari di Google.

Yang dikenal di seluruh dunia adalah Edison. Karena dia yang berhasil membuat bola lampu yang mampu dibeli orang untuk menerangi rumah mereka di awal abad 2o itu

Yang dikenal dunia adalah Henry Ford, yang menciptakan mobil yang bisa dibeli oleh semua orang (termasuk mereka yang bekerja di pabrik Ford sendiri – lengkapnya ada di blog pribadi saya)

Mereka dikenal bukan hanya karena berhasil membisniskan idenya, tetapi karena bisnis mereka mengubah dunia. Dan para entrepreneur sejati yang saya pernah temui adalah mereka yang punya mimpi untuk mengubah dunia.

Bukan cuma mengejar popularitas (silahkan ikut Indonesian Idol/ Indonesia Mencari Bakat/ gabung ke JKT48).

Bukan cuma mengejar keuntungan – yang mungkin sesaat (silahkan jual follower Twitter, jual items RPG, dagang barang selundupan dari Cina, atau bikin rainbow cake – semua dengan cara men-tag teman-teman di Facebook)

Tetapi untuk bisa mengubah dunia (minimum lingkungan sendiri), Anda harus bisa mencari cara supaya solusi yang Anda tawarkan adalah sesuatu yang memang konsumen Anda mau beli. Mau menyerahkan uangnya. Memang harus berdagang

Dalam bahasanya Lean Startup, tugas sebuah startup ada 2: mencari Problem-Solution Fit dan Product-Market Fit. Bagaimana caranya? Selalu lakukan customer validation. Test your product. Don’t spend too long building the product.

Kita terbiasa selalu meyimpan rahasia tentang produk kita hingga launch. Entah berapa banyak saya sudah pernah ketemu mereka yang bilang, “kami sedang proses development” dan lamaaaaaa sekali tidak terdengar juga kapan launch. Dari pengalaman saya sendiri, the real challenge starts when you launch, not when you start building your product.

Kalau produknya tidak pernah dicoba untuk dijual ke pengguna, bagaimana kita bisa tahu apakah bisnis kita akan berhasil? Tentu kita juga harus smart, tidak perlu launch produk yang 100% perfect untuk mengetahui bagaimana respon pengguna/ pembeli. Launch your prototype early. Atau istilahnya Lean Startup, Minimum Viable Product (MVP).

Masih penasaran, mulai dengan membaca buku atau blog Lean Startup. Lalu coba aplikasikan, percuma kalau cuma dibaca. Semoga sebentar lagi workshop/ training Lean Startup akan diadakan di Indonesia supaya teknik ini digunakan lebih luas lagi oleh entrepreneur bidang apapun. Sayang sekali kalau seluruh tenaga dan sumberdaya sudah dikeluarkan tetapi akhirnya bisnisnya gagal

Or as Edison said, I never want to build something that nobody wants to buy

Disclaimer:
Perjalanan dan akomodasi untuk tiga hari acara North American International Auto Show (NAIAS) Digital Summit dibiayai oleh Ford Motor Company. Saya tidak mendapat kompensasi dalam bentuk lain untuk waktu saya. Semua pendapat yang ditulis di sini adalah pendapat saya pribadi

Setelah 12 tahun berkecimpung di dunia perbankan, Dondi Hananto mendirikan Kinara Indonesia, sebuah inkubator bisnis di Indonesia yang memiliki visi untuk membangun ekosistem kewirausahaan di Indonesia. Ia juga merupakan salah satu pendiri Wujudkan, sebuah platform crowdfunding untuk merealisasikan berbagai macam proyek kreatif di Indonesia. Anda dapat follow Dondi di Twitter, @dondihananto.

 

[Header image by Aaronth on Flickr]

Previous Story

Situs E-Commerce Fashion, Zalora Indonesia Permudah Akses dari Perangkat Bergerak

Next Story

The Internet Failed This Morning Because of Facebook

Latest from Blog

Don't Miss

Pengembangan di sektor environmental impact di Indonesia butuh waktu lama sehingga berisiko terhadap komersialisasi produk dan investasi

Investor Tanggapi Kesenjangan Pendanaan Startup “Environmental Impact” di Indonesia

Industri startup Indonesia sebagian besar diisi model bisnis yang bersifat customer-centric. Terpopuler

Observing Vietnam as Indonesia’s Startup Destination for Expansion

The expansion success story is one of the benchmarks for