Zaman sekarang, bermain game di smartphone bisa dibilang hampir menjadi salah satu kebutuhan utama. Apalagi selama masa pandemi, ketika akan hiburan digital meningkat gara-gara ada larangan berkumpul di tempat umum yang diterapkan pemerintah untuk menahan laju penularan virus. Bukti atas pernyataan tersebut mungkin bisa kita lihat dari pemberitaan hybrid.co.id pada bulan Mei 2020, yang mengatakan total download mobile games meningkat selama masa pandemi.
Maka dari itu, tidak heran jika kenyamanan smartphone untuk bermain game jadi salah satu aspek yang dipertimbangkan beberapa pembeli. Kemarin saya sempat me-review Xiaomi Black Shark 3, yang memang secara hardware dan software dirancang untuk memenuhi kebutuhan gaming.
Tapi dari sana saya jadi penasaran, kira-kira bagaimana rasanya gaming experience dari sebuah smartphone standar, yang tergolong ke dalam kelas menengah?
Samsung Galaxy A31 terbilang ada dalam kriteria kelas menengah tersebut. Memiliki harga Rp3.699.000 untuk varian RAM/ROM 6/128, dan menggunakan prosesor Mediatek Helio P65, kira-kira bagaimana rasanya bermain game di Samsung Galaxy A31? Sebelum menuju ke pembahasan, simak dahulu spesifikasi hardware dari Samsung Galaxy A31 yang saya kutip dari GSMArena.
Performa Kelas Menengah si Mediatek Helio P65
Mungkin agak sedikit njelimet jika saya menjelaskan alasan Samsung Galaxy A31 tergolong kelas menengah berdasarkan spesifikasi teknis. Maka dari itu agar lebih mudah, langsung saja saya jelaskan berdasarkan dari pengalaman gaming saya di smartphone ini. Secara umum, performa Samsung Galaxy A31 untuk bermain game benar-benar bisa dibilang mediocre atau kelas menengah.
Kelas menengah bisa berarti buruk, tapi juga bisa berarti bagus, tergantung game apa yang Anda jadikan standar performa smartphone. Kalau standar game Anda adalah PUBG Mobile, maka kelas menengah-nya Samsung Galaxy A31 berarti buruk, karena tidak bisa menjalankan game dengan pengaturan Smooth/Extreme. Tapi kalau standar game Anda adalah Mobile Legends Bang-Bang (MLBB), maka kelas menengah-nya Samsung Galaxy A31 berarti baik, karena masih bisa menjalankan game dengan pengaturan grafis High dan HFR Mode (60fps) menyala.
Sekarang mari kita kupas satu per satu. Berhubung Android tidak memiliki alat pengukur frame rate open–source (kecuali beberapa smartphone seperti Black Shark 3), maka ukuran frame rate dalam pembahasan performa gaming di Samsung Galaxy A31 berdasarkan perasaan, dan persepsi mata saya saja.
Untuk MLBB, saya merasa cukup puas dengan percobaan saya main dengan menggunakan Samsung Galaxy A31. Setelah mengunduh semua resource game, saya lalu mencoba push rank dengan pengaturan High, semua rata kanan, HFR Mode On, kecuali Outline dan HD Mode saya matikan.
Setelah bermain beberapa game Ranked Mode, pengalaman bermain terbilang mulus. Baik stutter maupun frame drop sangat jarang terjadi. Mungkin frame drop terlihat jika saya menggunakan alat pengukur frame rate. Namun jika berdasarkan dari apa yang saya lihat, semua berjalan dengan mulus tanpa gangguan.
Memang sempat ada pemberitahuan frame drop dari MLBB yang memerintahkan pemain untuk menurunkan pengaturan grafis. Tetapi, saya merasa Samsung Galaxy A31 masih menjalankan MLBB dengan mulus, walau menggunakan preset grafis High sekalipun.
Apalagi suhu juga terbilang stabil dengan suhu baterai sebesar 33,9 derajat celsius, dan suhu CPU sebesar 58,5 derajat celsius, yang juga membuat kemampuan proesor memproses grafis jadi stabil. Tapi tentunya Anda bisa mengubah pengaturan ke preset grafis Smooth jika Anda ingin dapat performa lebih pasti.
Setelah MLBB, saya lalu mencoba PUBG Mobile. Game Battle Royale besutan Tencent Games dan Timi Studios tersebut berhasil memunculkan performa sesungguhnya Samsung Galaxy A31 dalam memproses grafis game, yaitu mediocre atau kelas menengah. Walau memiliki skor Antutu sebesar 150 ribuan, tapi Mediatek Helio P65 ternyata cuma bisa menjalankan PUBG Mobile dengan preset Graphics/Frame Rate Smooth/Ultra atau HD High saja.
Supaya lagak saya seperti pemain pro PUBG Mobile, saya mengutamakan percobaan dengan memaksimalkan frame rate terlebih dahulu, yaitu preset Smooth/Ultra. Menggunakan pengaturan tersebut, pengalaman saya bermain PUBG Mobile di Samsung Galaxy A31 terasa kurang nyaman.
Bukan karena Frame Rate Ultra yang hanya bisa mencapai maksimal 40 fps, tapi karena banyaknya stutter, frame drop, dan beberapa kali momen gagal render yang cukup terasa.
Dalam kemelut pertarungan, ada momen-momen frame drop yang membuat mata saya kesulitan menangkap pergerakan musuh. Tak hanya itu, ketika baru mendarat saya juga sempat mengalami momen stutter yang bikin saya deg-degan, takut bertemu musuh setelah stutter selesai. Setelah cukup puas menggunakan pengaturan default, saya lalu sedikit “bandel”, dan menggunakan GFX Tools untuk memaksa membuka pengaturan Frame Rate Extreme (60 fps).
Setelah GFX Tools berhasil membuka pengaturan Smooth/Extreme, pengalaman permainan ternyata malah jadi semakin tidak nyaman. Samsung Galaxy A31 tetap tidak berhasil memproses PUBG Mobile sampai 60 fps walaupun sudah menggunakan preset Smooth/Extreme. Jika saya takar menggunakan mata dan persepsi, paling-paling game berjalan sekitar 35-45 fps saja.
Setelah dari lobby map Livik, saya lalu menuju pesawat, dan terjun payung ke Midstein. Pada saat mendarat, lagi-lagi terjadi momen stutter terjadi, yang kini bersatu padu dengan momen gagal render.
Untungnya saya berhasil selamat walau ada momen tersebut, lanjut looting, dan kembali berkemelut demi mendapat Chicken Dinner. Hasilnya, saya tidak merasakan mulusnya frame rate Extreme hampir di sepanjang permainan. Seperti takaran saya sebelumnya, frame rate game paling cuma ada di kisaran 35-45 fps saja sepanjang permainan. Tapi setidaknya, kali ini frame rate terbilang lebih stabil, membuat PUBG Mobile terasa lebih “playable” dibanding dengan preset default Smooth/Ultra.
Berhubung game di platform mobile bukan dua itu saja, jadi saya juga mencoba memainkan game lain, agar dapat memberikan testimoni gaming yang lebih menyeluruh. Supaya tidak kalah beken, saya mencoba Genshin Impact besutan Mihoyo, yang katanya bisa membuat smartphone apapun meleleh kepanasan.
Genshin Impact sepertinya tidak mengatur user dengan seketat seperti PUBG Mobile, yang sudah mematok smartphone apa harus menggunakan pengaturan grafis apa. Jadi pada Genshin Impact, Anda bisa menggunakan pengaturan grafis apapun yang Anda sukai, terlepas dari smartphone yang Anda gunakan. Melihat ini, langsung saja saya ajak Mediatek Helio P65 kerja rodi, saya ubah pengaturan grafis Genshin Impact jadi grafis rata kanan, kecuali Motion Blur saya ubah jadi Close.
Secara performa grafis, tentu saja Samsung Galaxy A31 jadi ngos-ngosan menghadapi grafis pengaturan rata kanan Genshin Impact. Walau menggunakan pengaturan 60 fps, nyatanya Genshin Impact mungkin hanya berjalan di kisaran 20-25 fps saja dalam environment tertutup, dan sekitar 15-20 fps di environment terbuka. Tapi saya ingatkan kembali bahwa angka fps tersebut hanya taksiran asal-asalan dari saya, dengan mengandalkan mata dan persepsi saja.
Performa mediocre chipset Mediatek Helio P65 di Samsung Galaxy A31 mungkin memang kelas menegah dan tak bisa diharapkan terlalu banyak. Tapi ternyata, ada sisi lain pengalaman gaming di Samsung Galaxy A31 yang berhasil buat saya takjub. Apakah itu? Mari kita lanjut ke pembahasan berikutnya.
Experience Kelas Atas Dari Super AMOLED dan Optimasi Samsung
Pengalaman gaming di Samsung Galaxy A31 itu, ibarat punya mobil mewah yang mesinnya ketinggalan zaman. Pada satu sisi, saya merasa kurang nyaman dengan performa chipset yang dibawa. Frame rate terbatas, kualitas grafis pun burik, tak bisa dibuat rata kanan. Tapi pada sisi lain, ada unsur lain di Samsung Galaxy A31 yang memberikan pengalaman kelas atas, dan sedikit banyak melipur lara atas performa mediocre dari sang chipset.
Pengalaman kelas atas yang saya maksud datang dari layar Super AMOLED, dan optimasi software Samsung. Optimasi software terlihat dari sisi performa thermal Samsung Galaxy A31. Masih melanjutkan dari percobaan Genshin Impact, Samsung Galaxy A31 berhasil menampik perkataan orang-orang yang bilang bahwa game tersebut bisa membuat smartphone apapun jadi panas layaknya setrikaan.
Suhu Samsung Galaxy A31 memainkan Genshin Impact terbilang cukup stabil. Panas? Tentu saja, tetapi saya tidak merasakan panas berlebihan di tangan ketika memainkan game RPG besutan Mihoyo tersebut. Tangan kiri saya yang berada di bagian dekat kamera hanya merasakan hangat yang terasa jelas, sementara tangan kanan yang berada di bagian bawah smartphone terasa adem.
Setelah menyelesaikan Temple pertama, indikator suhu dari aplikasi Antutu menunjukan suhu baterai ada di 36,6 derajat celsius, sementara suhu CPU ada di 66,6 derajat celsius. Suhu tersebut terbilang lebih adem, dibanding Black Shark 3 yang di-branding smartphone gaming, tapi bisa mencapai 38,2 derajat celsius pada suhu baterai saat memainkan game kelas berat seperti PUBG Mobile atau Asphalt 9.
Tetapi, bisa jadi hasil performa thermal tersebut saya dapatkan karena software atau chipset Samsung Galaxy A31 dirancang berjalan pada clock speed aman, yang mementingkan optimasi suhu dibanding performa kencang. Kesimpulan tersebut saya ambil setelah saya penasaran mencoba mencari opsi untuk meningkatkan performa Samsung Galaxy A31 lebih tinggi lagi.
Saya pergi ke aplikasi Setting, memilih opsi Device Care, lalu Battery, dan di sana saya menemukan Power Mode. Pada bagian tersebut, opsi Power Mode paling maksimal adalah Optimized, dengan deskripsi sebagai opsi yang menyeimbangkan antara performa dengan konsumsi daya baterai.
Masih penasaran, saya lalu membuka aplikasi khusus gaming dari Samsung, Game Launcher, dan mencari opsi untuk menggenjot performa. Pada aplikasi tersebut, opsi untuk mengatur performa ada di hamburger menu (tiga garis horizontal berjajar vertikal) yang ada di pojok kanan atas. Dari sana, akan ada opsi menu Game Performance, yang akan membuka pengaturan Game Booster.
Di dalam menu , ada opsi Game Performance yang berisi tiga pilihan, Focus on performance, Balanced, dan Focus on power saving. Ternyata, selama saya bermain, opsi tersebut sudah secara default berada di “Focus on performance”. Setelah selesai dengan pencarian tersebut akhirnya saya berasumsi, bahwa optimasi Samsung memang adalah menyeimbangkan antara performa chipset, suhu, dan daya hidup baterai.
Berita baiknya, optimasi tersebut berjalan dengan baik, seperti yang saya jelaskan sebelumnya. Berita buruknya, performa Samsung Galaxy A31 cenderung terbatasi yang mungkin jadi alasan atas performa gaming yang mediocre dari smartphone ini .
Walaupun begitu, optimasi suhu sebenarnya tak kalah penting dalam pengalaman gaming. Selain membuat tangan terasa tidak nyaman, suhu panas juga bisa memberi efek frame drop pada game yang dijalankan. Contoh, pada smartphone Poco F1 kesayangan saya. Poco F1 sebenarnya bisa menjalankan PUBG Mobile pada preset Smooth/Extreme dalam keadaan default. Tapi kalau sudah panas, siap-siap saja diserang frame drop dan stutter yang mengganggu pengalaman bermain.
Bagaimana dampak optimasi thermal terhadap pengalaman gaming di Samsung Galaxy A31? Anda mungkin bisa scroll ke atas lagi, dan baca penjelasan pengalaman saya ketika bermain Mobile Legends. Seperti yang saya sebut di atas, walau game sempat memberi notifikasi untuk menurunkan opsi grafis, tapi game berjalan lancar dan stabil dengan preset grafis High dan HFR Mode-On.
Selain stabilitas performa, optimasi suhu juga membuat baterai Samsung Galaxy A31 cenderung lebih awet. Saat saya menguji pengalaman gaming di Samsung Galaxy A31, saya melakukan maraton gaming mulai dari baterai 100%, sampai saya pegal. Tidak sepenuhnya maraton sih, karena saya melakukan pengujian sambil menyambi kerja… Hehe.
Tapi intinya, setelah putus-nyambung main game hampir 3 jam, baterai Samsung Galaxy A31 hanya berkurang sekitar 40an persen, yaitu dari 100% menjadi sekitar 53%. Padahal, kegiatan gaming yang saya lakukan terbilang ekstensif.
Saya main Genshin Impact dengan pengaturan rata kanan selama sekitar satu jam, menyelesaikan Quest dan Temple pertama. Lalu saya lanjut push rank Mobile Legends dengan preset grafis High dan HFR Mode On selama 1 jam 4 menit, walaupun tidak berhasil ngepush karena rank saya tetap Grand Master. Terakhir menutup sesi gaming, saya bermain PUBG Mobile sekitar 40an menit dengan pengaturan Smooth/Extreme pakai GFX Tools. Anda bisa melihat hasil tangkapan gambar saya, untuk mengetahui secara lebih lengkap bagaimana dampak dari masing-masing game terhadap baterai.
Pengalaman kelas atas lain yang saya rasakan saat gaming di Samsung Galaxy A31 datang dari teknologi layar Super AMOLED.
Selain karena desain Full-Screen Display, layar Super AMOLED juga menciptakan reproduksi warna yang baik. Pengalaman layar Super AMOLED sangat terasa ketika saya bermain Genshin Impact sambil memperhatikan pemandangan sekitar. Padang rumput terlihat hijau cerah, dan langit biru terasa sangat imersif berkat reproduksi warna layar Super AMOLED. Namun demikian, reproduksi warna kontras tersebut mungkin tidak untuk semua orang, jadi Samsung juga menyertakan opsi reproduksi warna “Natural” yang akan menurunkan kontras layar.
Selain itu, layar Super AMOLED juga memberikan persepsi touch accuracy yang baik dan touch latency yang rendah.
Saya hampir jarang sekali mengalami salah sentuh, atau salah swipe pada saat bermain PUBG Mobile ataupun Mobile Legends. Setiap sentuhan terasa akurat, dan responsif, bahkan terasa hampir mirip seperti kemampuan touch layar Black Shark 3 yang juga menggunakan teknologi AMOLED. Saya berasumsi demikian karena saya sering sekali mengalami momen salah sentuh, swipe, dan touch delay ketika gaming di Poco F1 milik saya, yang menggunakan layar teknologi IPS.
Terakhir dari sisi gaming software, saya merasa Game Launcher milik Samsung terbilang cukup bersaing jika dibanding dengan gaming software di smartphone lain. Fitur Game Launcher tidak berlimpah tapi saya merasa setiap fitur yang disematkan dipikirkan dengan cukup matang sehingga terasa tepat guna.
Beberapa fitur Game Launcher Samsung sebenarnya juga ada di gaming software lain. Beberapa contohnya seperti kemampuan menyembunyikan game dari App Drawer dan mengelompokkannya di dalam Game Launcher, fitur Floating Shortcut yang bisa diubah jadi tombol untuk ambil Screenshot atau Screen Record, fitur untuk membuka aplikasi lain seperti Whatsapp dalam Windowed Mode, ataupun fitur untuk mengubah level performa smartphone ketika membuka aplikasi game.
Selain semua fitur itu, ada satu yang berbeda, yang juga mencoba memaksimalkan penggunaan layar AMOLED. Fitur tersebut adalah fitur Screen Touch Lock. Fitur tersebut membuat Samsung Galaxy A31 secara otomatis mengunci layar, apabila Anda sedang idle atau AFK untuk beberapa saat.
Ya… semua smartphone sebenarnya juga begitu sih, tapi fitur tersebut menyajikan sedikit perbedaan. Pada saat Screen Touch Lock menyala, game masih tetap berjalan, namun dengan frame rate dan brightness yang jauh lebih rendah untuk menghemat konsumsi baterai. Jadi jika Anda ingin kembali main, Anda tidak perlu membuka ulang game dan menunggu loading lagi. Cukup unlock layar, maka Anda bisa lanjut bermain.
Kesimpulan – Gaming di Samsung Galaxy A31, Good or Bad?
Sebenarnya agak sulit menentukan kesimpulan terhadap pengalaman saya gaming di Samsung Galaxy A31. Pada satu sisi, saya geregetan dengan kemampuan chipset memproses grafis,yang membuat pengalaman gaming jadi kurang nyaman. Frame rate rendah dan grafis burik akan jadi makanan sehari-hari jika Anda menggunakan Samsung Galaxy A31 untuk game-game kelas berat.
Tapi pada sisi lain, saya juga merasa sangat nyaman dengan optimasi suhu serta baterai Samsung Galaxy A31.
Walau bermain game selama berjam-jam, suhu cenderung stabil, sehingga tangan tetap terasa nyaman saat menggenggam smartphone. Walaupun frame rate rendah tapi performanya cukup stabil berkat optimasi software oleh Samsung. Frame drop tetap ada tapi jarang sampai di titik ekstrim.
Terlebih, jarang ada smartphone pada range harga 3 jutaan dengan layar AMOLED, yang membuat pengalaman gaming jadi lebih puas berkat reproduksi warna yang cerah dan kemampuan touch yang cenderung lebih baik dibanding IPS.
Gara-gara percobaan ini, saya jadi ngarep ada smartphone yang punya optimasi + Super AMOLED seperti Samsung Galaxy A31 tapi punya performa layaknya Snapdragon seri 8.
Tapi intinya, jika Anda adalah gamer kompetitif yang mengutamakan respon dan performa (juga menggunakan PUBG Mobile Smooth/Extreme sebagai standar gaming), saya sih kurang menyarankan menggunakan Samsung Galaxy A31 untuk gaming.
Tapi jika Anda adalah gamer casual yang bermain game ala kadarnya dan mementingkan optimasi serta produktivitas, Samsung Galaxy A31 bisa jadi pilihan yang tepat.
Karena performa Samsung Galaxy A31 sebenarnya juga enggak jelek-jelek amat. Masih lancar untuk MLBB, playable untuk Genshin Impact, dan tentunya lancar memainkan game casual ringan yang juga saya coba tapi tidak saya bahas mendalam, seperti Brawl Stars, Arknights, atau Legends of Runeterra. Bonusnya, Anda akan mendapat suhu dan performa yang stabil, dan tentunya layar Super AMOLED yang bisa dibilang jadi nilai jual Samsung Galaxy A31.