Dark
Light

Pendapat Pemain Pro Terhadap Perubahan Sistem Draft di Update Dota 7.27

2 mins read
September 15, 2020
Sumber: Wykrhm Reddy

Sejak rilis tanggal 28 Juni 2020, Dota 2 update 7.27 terbilang masih menjadi bahan diskusi menarik tersendiri sampai saat ini. Terakhir kali, patch ini bahkan sempat menuai kritik pedas dari beberapa pemain, seperti Cr1t dari EG ataupun Nongrata yang dahulu sempat bermain untuk FlyToMoon. Patch ini pun terus menerus diperbaiki, sampai terakhir pada tanggal 26 Agustus 2020 lalu Dota 2 update 7.27d rilis.

Salah satu perubahan yang bisa dibilang paling berdampak pada permainan dalam Dota 2 update 7.27 adalah perubahan pada sistem draft. Sebelumnya sistem ban pada Captains Mode adalah 4-1-1. Setelah update 7.27, sistem ban diubah menjadi 2-3-2. VP Esports sempat menanyakan pendapat dari beberapa pemain terkait hal tersebut.

Sumber DotEsports
Carlo Palad atau Kuku, mantan pemain TNC, yang kini bermain bersama tim Among Us. Sumber: DotEsports

Secara umum, para pemain merasa bahwa perubahan sistem ban tersebut sangat mempengaruhi strategi mereka. Kuku, pemain yang kini bermain dalam tim Among Us, mengatakan bahwa sistem ban terbaru ini membuat banyak tim jadi harus lebih fokus memilih hero terbaiknya sejak fase-fase awal ban/pick.

“Perubahan tersebut berdampak sangat signifikan terhadap drafting. Karena begini, misalnya tim Anda punya tiga sampai empat hero jagoan, perubahan fase ini membuat tim membuat Anda jadi cuma memiliki dua hero Andalan saja, karena cuma 2 hero yang bisa di ban pada first phase. Jika Anda mendapat kesempatan 2nd pick, Anda bisa manfaatkan hero yang seharusnya diambil sebagai last pick pada fase first pick, karena setelahnya Anda harus ban 2 hero. Sistem seperti ini membuat pilihan tim menjadi semakin spesifik. Sistem seperti ini juga akan berdampak kepada fase berikutnya dalam drafting, karena fase setelahnya akan menjadi reaksi atas hero andalan yang diambil di fase first pick tadi.”

Tak hanya itu, Mikoto, mid-laner dari BOOM Esports juga memberikan pendapatnya. Ia memikirkan hal yang kurang lebih serupa, soal pentingnya fase-fase awal ban/pick. “Perubahan tersebut membuat fase first ban jadi sangat penting, dan Anda harus berpikir masak-masak soal hero apa yang akan Anda ambil setelah melakukan ban. Ditambah lagi, setiap patch biasanya memiliki 3 – 4 hero yang overpower, karena itu juga kemungkinan besar Anda jadi harus berjuang lebih dalam fase drafting stage.”

Sumber: OGA Dota Pit
KhezCute, kapten tim Dota 2 BOOM Esports, yang biasanya mengambil keputusan dalam soal drafting. Sumber: OGA Dota Pit

Pasca patch besar tersebut, divisi Dota 2 BOOM Esports sendiri memang kesulitan untuk bisa mendapatkan kemenangan. Mengutip dari Liquidpedia, BOOM Esports setidaknya masih berhasil mendapatkan dua kali juara satu dari Januari sampai Maret 2020. Namun pasca patch 7.27, prestasi BOOM Esports sempat melorot, salah satunya ketika mereka harus tersungkur dari Lower Bracket Round 1 dalam babak Playoff ONE Esports Dota 2 SEA League.

Selain itu, belakangan Valve selaku developer dan publisher Dota 2 juga banyak melakukan tindakan yang kontroversial di kalangan komunitas belakangan. Salah satu bukti lain adalah sikap ‘abai’ yang ditunjukkan Valve terhadap skena kompetitif Dota 2 selama masa pandemi. Tak hanya itu, rencana sementara untuk skena kompetitif Dota 2 di sisa tahun 2020 yang mereka umumkan awal September lalu juga menuai protes. Salah satu alasannya adalah karena ketidakhadiran DPC, dan kompetisi pun absen untuk skena Ameria Serikat serta Asia Tenggara.

Previous Story

What is the Impact of the Declaration of Esports as an Official Sports?

Next Story

OPPO Resmikan ColorOS 11, Bakal Tersedia di 28 Perangkat

Latest from Blog

Don't Miss

Valve Buat Regulasi Baru di CS:GO, Apa Dampaknya ke Ekosistem Esports?

Selama bertahun-tahun, Valve jarang turun tangan untuk menentukan arah perkembangan
Dota 2 10th anniversary

Rayakan 10 Tahun, Dota 2 Rilis Seri Kosmetik Ikonik Sepanjang Sejarah

Setelah dinantikan sekian lama, Dota 2 akhirnya merilis update untuk