Dark
Light

Pandemi Picu Pertumbuhan Bisnis Layanan SaaS

3 mins read
September 21, 2020
Pandemi memicu pemahaman industri SaaS yang lebih baik, tetapi masih ada isu pembelajaran skema berlangganan
Pandemi memicu pemahaman industri SaaS yang lebih baik, tetapi masih ada isu pembelajaran skema berlangganan

Pandemi telah mengubah kebiasaan dan rutinitas kita semua, termasuk cara bekerja. Platform Software-as-a- Service (SaaS) termasuk ke jajaran mereka yang mendapatkan sisi positif ketika banyak pekerja tidak lagi harus bekerja di ruang kantor yang sama.

DailySocial mencoba melihat seperti apa tantangan dan strategi SaaS semasa pandemi. Tak hanya untuk klien-klien perusahaan besar, tetapi juga bagaimana layanan SaaS membantu kegiatan bisnis UKM.

Pandemi pemicu pertumbuhan

Salah satu “pemenang” saat pandemi adalah solusi berbasis komputasi awan (cloud computing). Sebagian besar perusahaan kini beralih dari kantor fisik ke kantor virtual.

“Di masa pandemi ini, kita benar – benar diakselerasi masuk ke apa yang selalu disebut ‘future of workplace‘. Ini terkait remote working, online collaboration. Dan SaaS menjadi solusi paling tepat bagi bisnis dan perusahaan untuk tetap berjalan efektif,” kata CEO Mekari Suwandi Soh.

Selama pandemi, Mekari mengklaim memiliki pertumbuhan yang positif.

“Kami melihat peluang bagaimana produk-produk kami menjadi salah satu solusi perusahaan agar dapat lebih produktif dan kami juga melihat perlahan teknologi menjadi sebuah urgency bagaimana bisa mendukung pekerjaan dari segi biaya dan waktu,” kata Suwandi.

Terlepas dari sisi negatif yang dihadirkannya, menurut CEO Verihubs Williem, pandemi menjadi momentum positif bagi startup yang menghadirkan teknologi SaaS, tak hanya di Indonesia tetapi secara global.

“Sebelum pandemi, banyak transaksi offline [mendominasi] di Indonesia karena ada biaya untuk mengedukasi masyarakat agar menjadi digital. Namun, selama pandemi, masyarakat dipaksa mengadopsi kegiatan sehari-hari hingga menjalankan bisnis secara digital. Dengan demikian, membuka peluang bagi berbagai pemain SaaS,” kata Williem.

Karena sebagian masyarakat telah beradaptasi dengan gaya hidup digital, kebutuhan autentikasi pengguna yang andal makin meningkat. Verihubs, platform yang menyediakan verifikasi wajah biometrik, menjadi layanan yang dinilai relevan membantu bisnis.

Hal senada diungkapkan Managing Director Aisensum Vivek Thomas. Menurutnya pandemi telah menciptakan perubahan perilaku yang signifikan dengan pertumbuhan penjual online untuk memenuhi tingginya penyediaan dan permintaan di pasar.

“Kami melihat dengan meningkatnya persaingan, muncul kebutuhan untuk peningkatan efisiensi dan di sinilah kami sebagai perusahaan melihat peningkatan pesat: 7 kali lipat dalam akuisisi klien dalam 6 bulan selama pandemi. Kami melihat momentum yang sama berlanjut tanpa jeda,” kata Vivek.

Sementara VP Cloud Product Management Lintasarta Reski Rukmantio mengatakan, selama pandemi perusahaan melihat adanya peningkatan jumlah peluang dan prospek, meskipun sebagian besar peluang dianggap di bawah harga pasar rata-rata dibandingkan dengan kondisi sebelum pandemi terjadi.

“Hingga saat ini, kami telah mendukung perencanaan infrastruktur cloud pelanggan perusahaan kami untuk tahun 2021. Kami pikir ini adalah pertanda positif bahwa layanan cloud akan terus meningkat baik selama dan setelah pandemi karena perusahaan besar sedang beradaptasi dengan cara kerja baru dan layanan cloud adalah salah satunya.”

Sebagai penyedia layanan cloud dan data center, Lintasarta memiliki beberapa target yang ingin dicapai. Salah satunya menciptakan layanan infrastruktur yang relatif mudah digunakan untuk pengguna yang belum berpengalaman, dengan terus memenuhi kebutuhan kompleks pengguna yang berpengalaman.

Masih ada tantangan

Meskipun sebagian besar platform menyasar kepada pelaku UKM, namun hingga saat ini masih sedikit di antara mereka yang bersedia berlangganan. Meskipun teknologi yang ditawarkan sudah advance, faktor pembiayaan masih menjadi isu penting.

Pandemi menjadi salah satu faktor mengapa beberapa UKM terpaksa menghentikan program berlangganan mereka ke layanan berbasis SaaS.

“Dari sudut pandang jangka panjang, pandemi ini sebenarnya telah menciptakan kurva pembelajaran bagi banyak bisnis karena kebijakan jarak sosial yang mengharuskan mereka melakukan banyak hal penting secara virtual yang pada akhirnya dapat menciptakan momentum bagi startup SaaS untuk mulai fokus membangun bisnis mereka,” kata Kevin Wijaya dari CyberAgent Capital.

Menurut Director of GK Plug and Play Aaron Nio, fakta tersebut tak hanya terjadi di kalangan UKM. Perusahaan besar juga masih sedikit yang bersedia berlangganan.

“Secara historis, mereka merasa lebih nyaman dengan pembayaran satu kali saja dan pembayaran tambahan saat mereka ingin meningkatkan / mengubah layanan / perangkat lunak mereka. Namun, kami melihat mulai ada perubahan dalam pola pikir ini karena orang-orang semakin terbiasa dengan model ini. Seperti yang sudah dihadirkan Spotify dan Netflix untuk B2C dan Tableau / JIRA untuk B2B,” kata Aaron.

Tantangan lain yang masih kerap ditemui pemain SaaS adalah persoalan kompetisi dengan produk asing. Layanan serupa yang ditawarkan Google, Alicloud, dan Hyperscalers lain yang memasuki Indonesia cukup menyulitkan perusahaan untuk menjalankan bisnis.

“Karena mereka sekarang sudah hadir secara fisik di Indonesia, kami harus merencanakan strategi lain untuk menghadapi mereka di pasar, terutama untuk industri yang perlu mematuhi kebijakan lokasi data dan mengandalkan penyedia cloud lokal untuk layanannya,” kata Reski.

Persoalan persaingan dengan platform asing juga dialami Mekari.

“Khusus untuk Indonesia, kita juga bisa melihat hal-hal unik yang sulit diakses atau direplikasi oleh [layanan] SaaS dari luar negeri. Misalnya, pembelian bahan baku tadi mungkin ada solusi SaaS lain yang sudah sama di luar negeri. Kita bisa melihat apa hal unik lain misalnya sesederhana penggunaan Bahasa Indonesia yang lebih bisa dipahami target market kita atau channel penjualan kita yang unik,” kata Suwandi.

Tantangan untuk meyakinkan klien juga dialami Verihubs. Sebagai pemain B2B SaaS di Indonesia, mereka masih menemukan beberapa klien yang memiliki berbagai persyaratan berbeda untuk kasus penggunaan tertentu.

“Jika kami melakukan studi kasus dari produk SaaS yang sukses di Indonesia, strategi terbaik adalah memiliki reseller atau partner untuk meningkatkan penjualan. Dengan demikian, kami dapat mengurangi jumlah sumber daya penjualan internal, tetapi kami tetap dapat meningkatkan penjualan,” kata Williem.

Previous Story

6 Fundamental Differences between MLBB and Wild Rift

OPPO 16 Tahun
Next Story

Menginjak Usia 16 Tahun, Ini Sederet Inovasi Teknologi dan Produk Terbaru OPPO

Latest from Blog

Don't Miss

Atur Toko E-commerce Enabler

Atur Toko Bantu UMKM Kelola Usaha di Marketplace, Sediakan Teknologi dan Layanan Menyeluruh

Bertujuan untuk meminimalisir biaya saat memasarkan dan menjual produk mereka,
Aplikasi keyboard Keyta didirikan oleh Jacqueline Latip dan Ainul Hamdani dengan fungsi utama memudahkan para penjual online mengoptimalkan produktivitasnya / Keyta

Aplikasi Keyboard untuk UMKM Keyta Peroleh Dana Awal dari Indonesia Women Empowerment Fund

Aplikasi keyboard untuk UMKM Keyta mengumumkan perolehan dana awal dengan