Dark
Light

[Dailyssimo] Perilaku Adalah Refleksi Diri Anda di Dunia Maya

2 mins read
August 12, 2012

Beberapa hari yang lalu sahabat saya Andy Awidarto menceritakan kasus lucu tentang percakapan online yang terjadi di forum khusus PHP developer. Ada satu thread diskusi yang isinya meminta sebuah php source di patch, dengan alasan kalau dia patch sendiri akan memakan waktu lama karena harus melalui proses approval di tempat ia bekerja. Lalu timbullah perdebatan karena ternyata patch nya kecil, hanya satu baris di source code nya dan orang ini tetap bersikeras tidak mau menambahkannya sendiri dan meminta developer team phpnya untuk mengubahnya di rilis php berikutnya.

Diskusi tersebut berubah jadi ngotot-ngototan, pakai emosi dan salah satu si penjawab (namanya [email protected]) malah dimaki-maki secara kasar oleh si pembuat thread ini. Di penghujung perdebatan akhirnya ada yang bilang, “Hey, were you aware that [email protected] is Rasmus Lerdorf himself?” dan kemudian diskusi berubah hening 🙂 Sebagai informasi Rasmus Lerdorf adalah pencipta dari bahasa pemrograman PHP yang sangat populer di dunia coding.

Cerita dari Andy ini mengingatkan saya pada salah seorang penyair yang cukup terkenal berdomisili di Jogja, maaf saya lebih suka tidak mengungkapkan identitasnya karena yang ingin kita dapatkan adalah pengalamannya bukan? Kita panggil saja si penyair ini bang Poltak. Sebagai seorang penyair bang Poltak memiliki karya-karya yang dalam dan indah namun secara bersamaan ia memiliki karakter meledak-ledak dengan emosi yang tak bisa ia kontrol, dan seringkali ketidak mampuannya untuk mengontrol emosi ini membuat banyak orang untuk memilih tidak berhubungan denganya secara langsung.

Kejadian yang masih saya ingat adalah pada sekitar dua tahun yang lalu ketika saya menerima sebuah comment di blog resmi tempat saya bekerja dari bang Poltak ini yang isinya marah-marah karena ia tidak bisa login ke akun emailnya dan tanpa bertanya-tanya ia langsung menuduh kami semua sengaja menyabot emailnya dia.

Kemarahannya tidak berhenti di situ saja walaupun saya sudah memberikan prosedur pengaduan yang resmi, ia mengekskalasi ancamannya untuk membombardir seluruh media dengan email dia yang penuh dengan sumpah serapah dan maki-makian. Saya tidak mengikuti lagi kasus bang Poltak ini tapi apa yang bisa kita pelajari? Setidaknya semua orang yang mengikuti dan membaca perilaku bang Poltak  jadi tahu seperti apa orang ini, dan orang ini tidak sadar bahwa dirinya sedang menghancurkan kredibilitasnya sendiri dengan mengumbar emosi di depan umum yang belum tentu juga benar.

Di dunia maya ini masih banyak orang-orang yang berfikir bahwa dengan berlindung dibelakang nama sebuah akun maka mereka bisa bebas bertindak semau mereka dimuka publik, mereka tidak sadar bahwa publik bukanlah sebuah plang nama yang tidak bisa mencerna.

Jika Anda sempat membaca tulisan saya tentang kecenderungan cyberbullying di social media, Cathryn pun akhirnya lama-lama mendapatkan simpati. Bahkan seorang John Jantsch pun akhirnya bisa berbalik berpihak pada dirinya. Kasus ini membuktikan bahwa opini tidak serta merta bisa dibentuk dengan hanya mengumbar satu sudut pandang saja. Bahkan dalam kasus Cathryn opini yang terbentuk tidak sekuat dengan apa yang tadinya diperkirakan, begitu emosi mereda, orang-orang mulai bisa melihat dengan jauh lebih jernih dan rasional.

Apa yang ingin saya sampaikan dalam tulisan saya ini adalah hal sederhana, saya hanya ingin mengingatkan bahwa dalam dunia maya dimana interaksi antar manusia didominasi dengan teks secara instan maka berlakulah bijaksana dalam menggunakannya. Etika tidaklah serta merta hilang karena kita berada di dunia maya, justru malah semakin penting, karena darimana lagi kita bisa menilai seseorang kalau bukan dari perilaku di muka publik yang terdistribusi secara lepas di dunia maya?

Bagaimana menurut Anda?

Abang Edwin adalah seorang praktisi online community management sejak tahun 1998 jauh sebelum istilah social media/social network muncul di dunia internet. Ia memulai perjalanan eksperimentasinya dengan beberapa komunitas online yang akhirnya berkembang sukses pada saat itu, sampai saat ini ia pun masih memberikan konsultasi-konsultasi mengenal karakter dan membina komunitas online bagi brand/agency maupun perseorangan.

Ia sempat bekerja di Yahoo! selama lebih dari 4 tahun sebagai community manager dan sempat pula menjabat sebagai Country Manager untuk Thoughtbuzz, sebuah perusahaan start-up social media monitoring. Kini ia menjabat sebagai konsultan social media bagi The Jakarta Post Digital.

Untuk mendapatkan update terbaru, Anda bisa mengikuti @bangwinissimo di Twitter, atau membaca blognya di bangwin.net.

[Sumber gambar: flickr/rhys_kiwi]

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Previous Story

Ini Daftar Pencarian Populer di Yahoo! Indonesia Selama Bulan Ramadhan

Next Story

3 Perangkat Game Yang Patut Ditunggu

Latest from Blog

Don't Miss

Twitter X

Setelah Twitter Ganti Nama, Merek Dagang “X” Ternyata Dipegang oleh Meta

Pada 23 Juli 2023, Elon Musk secara terbuka mengumumkan perubahan
Twitter rebranding jadi X

Elon Musk Ganti Nama dan Logo Twitter Jadi “X”

Elon Musk kembali mengumumkan perubahan drastis terkait Twitter. Melalui akun