Huawei merilis trio smartphone flagship P40 series secara global pada bulan Maret 2020, meliputi P40, P40 Pro, dan P40 Pro+. Sebulan kemudian (April), Huawei membawa masuk P40 Pro ke Indonesia dengan harga Rp14.499.000.
Kemudian disusul P40 dan P40 Pro+ pada bulan Juni yang masing-masing dibanderol Rp9.999.000 dan Rp18.499.000. Di awal Juli ini, DailySocial kedatangan P40 yang merupakan versi paling compact dan termurah dari flagship Huawei P40 series.
Meski banyak yang disesuaikan, smartphone ini masih membawa sejumlah fitur esensial yang dimiliki oleh kedua saudaranya. Seperti chipset Kirin 990 5G dan kamera utama yang disebut Ultra Vision beresolusi 50MP dengan filter warna RYYB.
Sebagai informasi, saudaranya (P40 Pro) merupakan smartphone dengan kamera terbaik menurut DxOMark. Apakah kemampuan kamera P40 juga sebaik versi Pro dan fitur apa saja yang dikurangi? Berikut review Huawei P40 selengkapnya.
Tubuh Compact
Compact adalah kesan pertama yang saya peroleh saat pertama kali berjumpa dengan Huawei P40. Berlayar 6,1 inci dalam aspek rasio 19.5:9 dengan bezel tipis di keempat sisi layarnya, membuat ukurannya terasa lebih pendek. Dimensi tepatnya 148.9×71.1×8.5 mm dengan bobot 175 gram.
Selain ukuran tubuhnya lebih ringkas, perhatian saya langsung tertuju pada tonjolan persegi panjang modul kamera belakangnya. Lantas saya langsung mencari case, namun ternyata tidak disertakan dalam paket penjualannya. Karena takut modul kamera belakangnya ini tergores, saya akhirnya lebih sering meletakkan P40 dengan posisi layar di bawah.
Bicara soal layar, P40 masih menggunakan desain lama yakni FullView Display datar. Layar 6,1 incinya ditopang resolusi 1080×2340 piksel (422ppi), telah mendukung DCI-P3, dan HDR10. Menggunakan panel OLED dengan refresh rate standar sebatas 60Hz, bukan 90Hz seperti para saudaranya.
Di pojok kiri atas terdapat dual punch-hole berbentuk bulat panjang, guna menampung kamera depan 32MP f/2.0 dan 3D IR camera. Serta, punya sudut-sudut layar yang agak membulat dan berfitur In-Screen Fingerprint generasi baru yang 30 persen lebih cepat. Sisi atas tak terdapat earpiece, sebab layarnya juga berfungsi sebagai earpiece, mengandalkan getaran untuk menghasilkan suara saat bertelepon.
Unit P40 yang saya review berwarna silver frost, bagian belakang terbuat dari materai kaca dengan finishing matte dan punya bingkai aluminium. Tubuhnya dilengkapi sertifikasi IP53 yang membuatnya tahan debu dan percikan. Untuk kelengkapan atributnya, sebelah sisi kanan terdapat tombol power dan volume. Lalu, ada mikrofon sekunder di sisi atas dan sisanya berkumpul di sisi bawah, meliputi SIM tray, mikrofon, port USB Type-C, dan speaker.
Huawei Mobile Service
Huawei P40 adalah smartphone Android 10 dengan EMUI 10.1, tanpa dukungan Google Mobile Services (GMS). Imbasnya perangkat ini tidak dilengkapi dengan aplikasi buatan Google dan tidak dapat mengakses Play Store.
Sejumlah aplikasi Google seperti Chrome dan Maps memang dapat berjalan pada Huawei P40. Namun, aplikasi Gmail, Keep, dan lainnya yang membutuhkan Google Play Services (bagian dari GMS).
Sebagai gantinya, Huawei bekerja keras membangun ekosistem mereka sendiri. Menggunakan layanan Huawei Mobile Services (HMS) sejak Huawei Mate 30 Pro, dengan toko aplikasi bernama AppGallery.
Android tanpa Google, wajar bila kita mempertanyakan apakah Huawei P40 optimal digunakan sebagai smartphone sehari-hari? Faktanya memang banyak aplikasi dan layanan yang tidak bisa digunakan atau tidak optimal pada ponsel pintar ini.
Meski begitu, upaya Huawei dalam mengembangkan ekosistem HMS terbilang cepat, semakin banyak aplikasi populer yang bisa digunakan. Saat ini toko aplikasi resmi Huawei ini memiliki lebih dari 420 juta pengguna aktif bulanan dan daftar aplikasi yang terus bertambah, ada ratusan aplikasi baru yang terus ditambahkan setiap minggu.
Huawei berkomitmen untuk terus mengembangkan HMS termasuk dengan mitra dan pengembang lokal. Memperkaya AppGallery dengan dukungan aplikasi-aplikasi lokal populer dan saat ini sudah ada puluhan aplikasi lokal di AppGallery. Termasuk aplikasi e-commerce, perbankan, perjalanan, hiburan, berita dan jasa ekspedisi yang ada di Indonesia.
Keterbatasan ketersediaan aplikasi dan game pada AppGallery juga disikapi Huawei dengan mengumumkan ketersediaan widget pencarian Petal Search Widget – Find Apps yang ditenagai oleh Petal Search. Alat pencarian baru ini memberikan akses kepada pengguna Huawei P40 sebagai cara lain untuk menemukan, menjelajahi, dan mengunduh aplikasi yang diperlukan.
Huawei AppGallery telah sepenuhnya terintegrasi ke dalam Petal Search Widget – Find Apps dan aplikasi apa pun yang sudah tersedia di AppGallery akan muncul di bagian atas setiap pencarian di alat baru ini. Sejumlah aplikasi yang saya butuhkan, seperti Adobe Lightroom Mobile, Instagram, Netflix, Spotify, dan aplikasi benchmark. Saya install dari Petal Search Widget dan dapat bekerja dengan baik, tapi tidak ada update aplikasi otomatis.
Triple Leica Camera dengan 3x Optical Zoom
Huawei P40 memiliki kamera utama yang sama seperti versi Pro dan Pro+ yaitu Ultra Vision beresolusi 50MP. Sensor gambar ini berukuran 1/1.28 inci yang merupakan terbesar di kelas smartphone, dengan focal length 23mm, aperture f/1.9, dan OIS.
Susunan filter warna yang digunakan RYYB, bukan RGGB seperti yang ada pada kebanyakan smartphone. Bedanya bila pada susunan RGGB, dalam satu kotak 2×2 memiliki satu piksel merah, satu piksel biru, dan dua piksel hijau. Pada filter warna RYYB, Huawei mengganti warna hijau dengan warna kuning.
Menurut Huawei, susunan ini memungkinkan sensor mengumpulkan hingga 40 persen lebih banyak cahaya daripada filter RGGB biasa. Artinya kualitas foto di kondisi cahaya rendah bakal lebik baik.
Lalu, sistem autofocus-nya menggunakan omnidirectional phase detection autofocus pada semua piksel. Sehingga mampu menangkap fokus dengan lebih cepat, performa AF di cahaya rendah yang lebih baik, dan memungkinkan kita mendapatkan detail-detail kecil.
Secara default, kamera Ultra Vision pada Huawei P40 menggunakan struktur 4-in-1 pixel binning atau quad bayer yang menghasilkan bidikan beresolusi 12,5MP dengan ukuran per piksel yang besar yaitu 2,44um. Dalam pengujian kali ini saya menggunakannya untuk street photography dan hasilnya membuat saya terkesan.
Huawei P40 bisa diajak memotret dengan sangat baik di siang maupun malam hari, serta pada kondisi kontras tinggi sekalipun. Dynamic range-nya luas, bahkan tanpa perlu menggunakan mode HDR yang disediakan secara terpisah dan minim noise di cahaya rendah.
Proses pengambilan gambarnya didukung Master AI yang dapat mengenali dan menyetel pengaturan hingga 1.500 adegan yang berbeda. Saat Master AI aktif, kadang memang terasa bahwa saturasi warnanya sedikit dinaikkan sehingga warnanya lebih menonjol. Fitur ini bisa dengan mudah diaktifkan atau dinonaktifkan lewat ikon yang tersedia di antarmuka kamera.
Lalu, bila ingin menggunakan resolusi foto 50MP kita bisa geser ke mode Pro atau mode high-res. Perlu dicatat, bahwa saat memotret pada resolusi 50MP, kita kehilangan dukungan Master AI. Kabar baiknya, foto bisa disimpan dalam format Raw yang memberikan fleksibilitas lebih saat editing.
Mode Pro pada Huawei P40 fiturnya sangat lengkap, mulai dari ISO (50 – 409.600), shutter speed (1/4000 detik – 30 detik), exposure compensation (-4 hingga +4), white balance, metering mode (matrix, center-weighted, dan spot), dan focus mode (single, continuous, dan manual).
Lalu, ada kamera 8MP f/2.4 dengan lensa telephoto 80mm dan OIS yang menyuguhkan kemampuan memperbesar gambar 3x optical zoom, 5x hybrid zoom, dan 30x digital zoom. Meski kamera telephoto ini beresolusi 8MP, tapi hasilnya ditingkatkan menjadi 12,5MP, bahkan saat menggunakan 30x ditigal zoom. Sampai 5x pembesaran, menurut saya hasilnya masih bisa dinikmati. Lebih dari itu, detail foto akan cenderung pecah.
Satu lagi kamera 16MP f/2.2 dengan lensa ultra wide 17mm yang dapat digunakan memotret secara closeup selain foto ultra wide. Jepretan mode wide angle 16MP cukup bagus, bagian tengah foto tajam meski di sudut-sudutnya agak lunak.
Untuk perekam videonya, Huawei P40 mendukung 4K 30 fps dan 60 fps pada kamera utama dan kamera depan. Sedangkan, kamera dengan lensa ultra wide dan telephoto dibatasi 4K dan 1080p pada 30 fps. Lalu, terdapat mode slow-motion 1080p dengan opsi frame rate 120 fps, 240 fps, dan 960 fps. Serta, mode time-lapse pada 4K 30 fps.
Rekaman video bisa disimpan dalam pilihan codec H.264 dan H.265 yang menjanjikan ukuran file 35 persen lebih sedikit. Saat merekam video 1080p dengan kamera utama, Huawei P40 menggabungkan 16 piksel menjadi satu piksel berukuran 4,48 μm sehingga menghasilkan footage yang tajam dan bidang pandang lebar.
Stabilisasi video Huawei AIS, yaitu EIS untuk kamera depan dan ultra wide atau EIS + OIS untuk kamera utama dan telephoto, tersedia di semua mode perekaman termasuk 4K 60 fps dan secara otomatis aktif. Kamera depannya juga mendukung 4K 30/60 fps, sayang Huawei memangkas fitur autofocus. Padahal fitur ini tersedia pada versi Pro-nya dan sangat berguna saat digunakan untuk selfie maupun vlogging.
Chipset Kirin 990 5G
Huawei P40 mengandalkan chipset Kirin 990 5G yang sama versi Pro dan Pro+. SoC ini mengemas CPU octa-core yang terdiri dari tiga cluster, meliputi dual-core Cortex-A76 dengan kecepatan 2.86GHz, dual-core Cortex-A76 2.36GHz, dan quad-core Cortex-A55 1.95GHz.
Pengolah grafisnya GPU Mali-G76 MP16 dengan tri-core NPU, bersama RAM 8GB dan storage 128GB yang bisa diperluas menggunakan Nano Memory mengorbankan slot SIM. Untuk daya tahan baterainya, Huawei P40 dibekali kapasitas 3.800 mAh dengan fast charging 22.5W saja yang masih cukup cepat. Kita bisa mengisi baterai P40 dari 0 persen hingga 60 persen hanya dalam 30 menit, dan 90 persen dalam waktu satu jam.
Verdict
Pada Huawei Official Store di Tokopedia, Huawei P40 bisa didapat dengan harga promo Rp9.499.000 dan Rp12.499.000 untuk versi Pro-nya. Dengan chipset dan kamera utama Ultra Vision 50MP yang sama, awalnya saya berpikir dua faktor tersebut cukup untuk merekomendasikan Huawei P40.
Setelah menggunakan Huawei P40 sekitar tiga minggu, saya menemukan bahwa Huawei terlalu banyak memangkas fitur Huawei P40. Dari desainnya yang standar, refresh rate layar 60Hz, penurunan spesifikasi kamera, hilangnya fitur autofocus di kamera depan, dan banyak lagi.
Saya berpikir ulang, dengan selisih harga Rp3 juta maka Huawei P40 Pro adalah pilihan yang jauh lebih baik. Huawei P40 tetap sangat menarik, terutama bagi yang menginginkan smartphone dengan dimensi yang compact.
Sparks
- Dimensi terbilang compact
- Triple Leica Camera dengan Kamera Ultra Vision 50MP
- 3x optical zoom dan 5x hybrid zoom
- Chipset Kirin 990 5G yang powerful
- Perekam video 4K 60 fps
Slacks
- Menggunakan desain lama FullView Display
- Refresh rate layar turun menjadi 60Hz
- Tanpa Google Mobile Services
- Tanpa fitur autofocus di kamera depan