Masih besarnya ketimpangan kredit masyarakat unbanked dan underbanked, membutuhkan metode penilaian kredit atau credit scoring yang menyesuaikan profil calon nasabah. Berbagai pemain penilaian kredit di Indonesia terjun menawarkan teknologi yang mereka kembangkan untuk menyelesaikan isu tersebut. Salah satunya adalah Fineoz.
Startup ini didirikan oleh Anis Radianis yang punya ketertarikan kuat di industri ini, berawal dari risetnya tentang pemanfaatan AI untuk pasar unbanked. Fineoz memulai perjalanannya ketika Anis terlibat dalam beberapa penelitian dan proyek yang berkaitan dengan kecerdasan buatan di perusahaan-perusahaan Eropa pada 2015.
Di sana pula, ia mulai pengembangan Fineoz sebelum akhirnya mantap untuk di bawa ke Indonesia pada tahun lalu. “Berdirinya Fineoz di Indonesia dapat mempermudah masyarakat unbanked maupun underbanked untuk dapat menerima pinjaman,” ujarnya kepada DailySocial.
Dia menyatakan konsumen unbanked di Indonesia sudah mencapai lebih dari 100 juta orang atau hampir mencapai 60% dari potensi calon debitur. Oleh karenanya, dia meyakini bahwa pemanfaatan teknologi AI untuk penilaian kredit mampu menjadi solusi. Tanpa teknologi, isu keterbatasan akses pada masyarakat unbanked tidak akan terselesaikan.
Produk dan monetisasi
Fineoz memiliki berbagai produk yang membantu penilaian risiko kredit, di antaranya AiCheck yakni layanan pemeriksaan kredit dengan memvalidasi identitas calon nasabah; AiScore yakni produk penilaian kredit Fineoz berbasis AI untuk menilai risiko kredit calon nasabah; AiCredit yakni produk untuk menentukan harga kredit yang terbaik bagi calon nasabah; dan AiCare yang menyediakan metode pembayaran kredit yang optimal bagi calon nasabah.
Inovasi teranyar yang dirilis Fineoz adalah IdAlternative Score, hasil kerja sama dengan Pefindo Biro Kredit dan telah siap diberlakukan untuk semua lembaga jasa keuangan di Indonesia. Anis bercerita Pefindo memiliki data nonkredit yang banyak, namun data tersebut belum digunakan secara optimal.
Pihak Pefindo mengaku kepada dirinya, ternyata 30% dari masyarakat yang mengajukan pinjaman di jasa keuangan tidak bisa mendapatkan hasil skor dikarenakan belum ada riwayat kredit.
Produk sinergi ini akan menggunakan data nonkredit dalam memproses penilaian risiko kredit. Informasi calon debitur akan diterima langsung melalui saluran digital dari data instansi pemerintah, institusi publik, dan data organisasi. Alhasil instansi keuangan dapat memperluas dengan mudah ruang lingkup calon debitur dan menjangkau masyarakat tanpa harus memiliki riwayat kredit sebelumnya.
“Hubungan kemitraan dengan Pefindo berlangsung dalam bentuk partnership, yang mana kami memberikan technological support (aplikasi) dan juga tenaga ahli. Kami menyediakan data-data alternatif untuk Pefindo. Sedangkan produk IdAlternative Score akan dipasarkan Pefindo yang menargetkan lembaga jasa keuangan agar mereka dapat menjangkau masyarakat unbanked.”
Kemitraan antara kedua belah pihak akan dilanjutkan dalam pengembangan berikutnya. Dalam waktu dekat, IdAlternative Score akan memanfaatkan data telekomunikasi terkemuka untuk komponen penilaian kredit. Lalu pada tahun depan, akan memanfaatkan beberapa daya pembayaran dan transaksi di platform e-commerce.
Untuk monetisasinya, seluruh produk yang dikembangkan Fineoz menggunakan konsep application as services atau pay as you go. Lembaga jasa keuangan hanya membayar sesuai dengan permintaan yang mereka butuhkan. Semakin banyak data yang ditampung Fineoz, semakin banyak kebutuhan dari penilaian kredit. “Dengan itu, proses monetisasinya akan berjalan sesuai dengan kebutuhan.”
Target berikutnya
Anis mengklaim dengan memanfaatkan teknologi AI, penilaian kredit Fineoz hanya butuh waktu kurang dari lima detik dengan tingkat akurasi hingga 85%. Penilaian yang diterima juga lebih mudah untuk dipahami karena menggunakan Algoritma White-Box.
Tidak hanya itu, nilai yang didapatkan juga disesuaikan dengan kemampuan calon nasabah dalam membayar pinjaman. Perusahaan memanfaatkan sumber data yang bervariasi karena telah bekerja sama dengan provider telekomunikasi, seperti Telkom dan Indosat, serta beberapa sumber data alternatif legal di Indonesia. Kemampuan ini diharapkan bisa membawa Fineoz lebih mencolok ketimbang pemain sejenis.
Kemitraannya dengan Pefindo, diharapkan dapat menjadi batu loncatan untuk perjalanan Fineoz di Indonesia. Anis mengatakan perusahaan akan menggaet lebih banyak kemitraan seperti, perusahaan telekomunikasi, e-commerce, dan utilities untuk memperkaya data agar hasil penilaian lebih tajam. Bahkan perusahaan sudah berancang-ancang untuk ekspansi ke Asia Tenggara.
Ia juga menyebutkan bahwa tahun ini perusahaan akan memulai penggalangan pendanaan eksternal seri A yang diharapkan dapat rampung segera. “Pendanaan Fineoz masih dengan bootstrapping, memanfaatkan dana dari teman dan keluarga. Namun, mulai tahun 2020 ini, Fineoz berencana untuk melakukan pendanaan fundraising institusi untuk seri A,” tutupnya.