Belum lama ini ASUS telah merilis varian warna baru untuk Zenfone 6, bernama twilight silver. Sebelumnya, smartphone Android flagship ASUS ini tersedia dalam warna midnight black. Sebetulnya ASUS Zenfone 6 perdana dirilis pada bulan Mei 2019, namun tiba di Indonesia pada November 2019. Jadi, baru beredar di Tanah Air sekitar 4-5 bulan.
Dibanderol seharga Rp6.999.000, dengan aspek unggulan diantaranya flip camera, chipset Snapdragon 855, dan baterai besar 5.000 mAh lengkap dengan fast charging. Perangkat ini jelas masih sangat recommended di tahun 2020 dan berikut review ASUS Zenfone 6 selengkapnya. Sesi hands-on-nya bisa dilihat video di bawah ini:
Desain
Klasik dan minimalis, dua kata ini menurut saya tepat untuk menggambarkan desain Zenfone 6. Bagian muka didominasi oleh layar 6,4 inci tanpa gangguan notch maupun punch hole, namun masih punya sensor fingerprint konvensional di punggungnya.
Panel yang digunakan masih berjenis IPS dengan resolusi 1080×2340 piksel dalam rasio 19.5:9. Mendukung color gamut DCI-P3 100 persen dan HDR10, serta diproteksi Corning Gorilla Glass 6.
Bezel sekeliling layarnya sangat tipis, namun ASUS berhasil menyematkan earpiece yang juga berfungsi ganda sebagai speaker sekunder dan LED notifikasi di bagian atas layar sebelah kanan. Dengan tingkat kecerahan maksimum 600 nit, membuat layarnya agak sulit dibaca di bawah sinar matahari langsung.
Hal yang membuat smartphone ini sangat unik adalah mekenisme flip dual camera-nya. Di mana Zenfone 6 hanya punya satu set kamera dengan tugas ganda yakni bisa jadi kamera belakang dan depan. Modul kamera ini dikemas menggunakan material liquid metal untuk ketahanan yang baik.
Selain itu, perangkat ini memiliki satu tombol ekstra yang disebut smart key di sebelah kanan atas yang secara default berfungsi untuk memanggil Google Assistant. Fungsi tombol ini bisa disesuaikan sesuai kebutuhan, misalnya tekan sekali untuk mengubah sound mode, tekan dua kali untuk mengaktifkan flashlight, dan tahan untuk screenshot.
Hadir dengan dimensi 159.1×75.4×9.2 mm, bobot 190 gram, dan kerangka dari aluminium, Zenfone 6 terasa penuh dan cukup premium di tangan. Berkat cover belakang berteknologi 3D-curved dan sudut yang agak membulat membuatnya nyaman digenggam.
Untuk kelengkapan atributnya, di sisi kanan terdapat tombol power, tombol volume, dan tombol pintar (smart key). SIM tray dengan dua slot nano SIM dan satu slot microSD di sisi kiri. Flip camera dan mikrofon sekunder di sisi atas dan sisi bawah terdapat jack audio 3,5mm, port USB Type-C, mikrofon utama, dan speaker.
Android 10 dengan ZenUI 6
Begitu mengambil ASUS Zenfone 6, pengguna akan langsung mendapatkan update sistem operasi ke Android 10 dengan sentuhan ZenUI 6 yang telah dirombak besar-besaran. Antarmuka berjalan lebih ringan, bersih tanpa banyak bloatware, dan kini lebih simpel menyerupai pure Android.
Secara default, launcher ZenUI 6 terdiri dua lapis atau memiliki home screen dan app drawer. Serta, sudah dilengkapi dengan sistem navigasi berbasis gesture yang baru dan system color scheme dark atau dark mode.
Terkait kinerja dan daya tahan baterai, ASUS menyediakan beberapa tool seperti AI Boost bila Anda membutuhkan performa penuh. Kemudian ada mobile manager untuk mengontrol penggunaan RAM dan PowerMaster bagi yang ingin memperpanjang daya tahan baterai.
Selain mengandalkan sensor fingerprint yang terletak di punggung, Zenfone 6 tetap menyediakan metode face recognition. Namun cara kerjanya kurang praktis, pertama tekan tombol power untuk membangunkan smartphone, usap layar, dan kemudian kamera akan berputar untuk mengenali penggunanya.
Flip Camera
ASUS Zenfone 6 mengandalkan satu set kamera yang sayangnya masih terdiri dari dua kamera saja. Setup kamera ini akan berputar 180 derajat ke muka untuk menjalankan tugas sebagai kamera depan. Artinya tidak ada perbedaan kualitas, Anda akan mendapatkan foto selfie dan kualitas video kamera belakang saat nge-vlog karena menggunakan set kamera yang sama.
Kamera utamanya 48MP f/1.8 Quad Bayer menggunakan sensor Sony IMX586 dan kamera kedua 13MP f/2.4 dengan lensa wide angle 11mm. Secara default, pada mode photo kamera utama menghasilkan resolusi 12MP dengan ukuran per piksel lebh besar 1.6µm sehingga dapat diandalkan dalam berbagai kondisi cahaya.
Pada mode 12MP ini kita difasilitasi optical zoom 2x untuk mengubah perspektif, didukung fitur HDR++ untuk meningkatkan dynamic range, serta fitur beauty dan efek. Sementara, pada mode 48MP ukuran per piksel 0.8µm dan tanpa dukungan fasilitas yang saya sebutkan di atas. Idealnya digunakan dalam kondisi pencahayaan yang baik, misalnya saat landscape meski sayangnya tanpa dukungan format Raw.
Beberapa mode pengambilan gambar yang tersedia ada time lapse, slo-mo, motion tracking, video, photo, portrait, pano, night, dan Pro. Kabar baiknya, hampir semua fitur kamera yang ada tersedia baik saat menjadi kamera belakang maupun depan.
Lompat ke mode Pro, di sini kita bisa leluasa menyetel pengaturan layaknya menggunakan kamera mirrorless misalnya. Mulai dari meyesuaikan white balance (2750K-7500K), exposure compensation (-2 sampai 2+), ISO (25-3200), shutter speed (1/3200-32s), dan manual focus. Lengkap dengan bantuan fitur gradienter dan juga histogram, sayang tanpa opsi penyimpanan format Raw.
Sekarang beralih ke perekam videonya, dengan kamera utama Zenfone 6 mampu merekam video 4K 60fps dan 4K 30fps bila menggunakan kamera wide angle. Fitur video stabilization tetap bekerja di resolusi 4K dengan kompensasi crop.
Hal yang cukup menarik ialah mode motion tracking, di mana kita bisa mengunci subjek yang bergerak dan kamera akan berputar mengikutinya. Pada mode photo maupun video, kita juga bisa menggerakkan kamera secara manual dengan menggunakan tombol volume yang bisa digunakan untuk mengambil footage dengan gerakan yang mulus.
Berikut hasil foto ASUS Zenfone 6:
Hardware
Selain keunikan flip camera, aspek performa yang super powerful menjadi daya tarik lainnya. Smartphone ini sudah ditenagai chipset Qualcomm Snapdragon 855 dan unit review ASUS Zenfone 6 yang saya gunakan varian RAM 6GB dengan penyimpanan 128GB.
Lewat konfigurasi ini, berbagai skenario penggunaan smartphone berat seperti kegiatan gaming, multitasking atau membuka banyak aplikasi sekaligus, hingga editing foto Raw dan video bisa ditangani dengan sangat baik. Saat butuh performa lebih, mode AI Boost bisa dinyalakan tapi dengan konsumsi daya lebih besar sebagai gantinya.
Kapasitas baterai Zenfone 6 sendiri terbilang besar; 5.000 mAh dan dilengkapi dengan fitur PowerMaster untuk memastikan daya tahan baterainya bisa lebih awet. Pengisian dayanya didukung fast charging dengan Quick Charge 4.0 18W dan sebagai informasi smartphone ini tidak mendukung wireless charging.
Verdict
Mempertimbangkan semua fitur dan harganya, ASUS Zenfone 6 cocoknya buat siapa? Menurut saya buat kalian para pengguna smartphone kelas menengah yang ingin merasakan smartphone dengan performa flagship tanpa perlu mengeluarkan uang lebih. Bisa juga untuk kalian yang secara intens memanfaatkan kamera depan misalnya untuk vlogging atau live streaming dan ingin meningkatkan hasilnya.
Meski begitu perlu diingat bahwa Zenfone 6 tidak mengandung semua elemen kekinian yang ada pada tahun 2020. Sebut layar OLED, konfigurasi triple atau bahkan quad camera, dan belum mengadopsi sensor sidik jari di bawah layar. Bila Anda bisa menerima hal tersebut, Rp6.999.000 dengan chipset Snapdragon 855 dan mekanisme flip camera jelas masih sangat optimal untuk dijadikan daily driver di tahun 2020.
Sparks
- Flip camera
- SoC Snapdragon 855 yang powerful
- Memori internal 128GB dan masih dapat diperluas
- Harga relatif terjangkau
- Jack audio 3,5mm
- Warna baru twilight silver yang cantik
- Video 4K 60fps
- Tombol ekstra ‘smart key’
Slacks
- Konfigurasi masih dual camera
- Sensor fingerprint konvensional
- Layar kurang cerah maksimum 600 nit
- Body sedikit bongsor