Dark
Light

4 Faktor SEO Terpenting di Tahun 2020

3 mins read
November 12, 2019

Algoritma Google terus berkembang dengan cepat, bahkan sangat cepat. Di tahun 2019 ini saja, terdapat kurang lebih 11 pembaruan algoritma pencarian Google yang hampir sebagian besar bermuara pada hasil pencarian yang lebih baik. Yang terbaru, Google mengonfirmasi update BERT yang secara singkat dijelaskan untuk menyempurnakan pemahaman mesin pencari terhadap tata bahasa alami.

Bagi Google, mesin pencarinya adalah bisnis yang harus tetap memuaskan penggunanya. Sehingga ia pun juga harus diperlakukan layaknya bisnis, perlu diupdate, dipercantik, didandani dan ditingkatkan kemampuannya. Untuk alasan itulah mengapa Google Search terus berkembang dan berbenah dari waktu ke waktu.

Pembaruan-pembaruan ini tidak hanya memberikan dampak terhadap SERP, tapi juga menuntut para blogger, media atau siapapun yang menggantungkan hidupnya ke internet, untuk mengikuti apa yang diinginkan oleh mesin pencari.

Menurut pendapat saya pribadi, ada 4 hal yang menjadi faktor SEO di tahun 2020 mendatang yang akan sangat menentukan ranking sebuah web.

Kecepatan Web

Kecepatan masih akan jadi parameter dalam menentukan siapa yang berhak duduk di page one, kendati konten berkualitas masih jadi faktor paling menentukan. Artinya, konten yang relatif lamban namun mempunyai konten yang berkualitas bagus, masih akan bertahan di posisi SERP yang baik.

01_Average-Page-Load-Spead-for-URLs-domain_line-1418x976
Image by backlinko.com

Pun demikian, menjaga kecepatan web di skor yang baik akan sangat membantu web Anda bersaing di SERP, tentu akan sangat baik jika dibarengi dengan upaya peningkatan kualitas konten.

Untuk membantu memeriksa seberapa cepat web atau blog Anda, Anda bisa menggunakan tautan ini.

Atau jika ingin tahu bagaimana cara meningkatkan kecepatan web, baca artikel ini dan juga tambahannya di sini.

Konten Panjang dan Informatif

Konten yang informatif saya yakini masih akan jadi faktor SEO paling penting di tahun 2020 mendatang. Bedanya, Google sudah jauh lebih pintar ketimbang di update-update sebelumnya. Di mana, konteks isi artikel kini sangat menentukan apakah sebuah artikel akan naik ke halaman satu atau tidak.

Masalahnya, berapa panjang sih konten yang ideal menurut Google? Menurut Brian Dean dari Backlinko, panjang konten yang dipakai oleh web yang page one rata-rata adalah 1890 kata.

02_Content-Total-Word-Count_line-1418x976
Image by backlinko.com

Tapi panjang saja tidak cukup. Yang tak kalah penting adalah kedalaman konten yang Anda suguhkan ke pembaca. Misalnya:

Ada dua konten berbeda dengan topik yang sama, yaitu topik cara memasak mie rebus yang benar

Konten pertama

  • Panaskan air
  • Kemudian asukkan mie
  • Angkat mie
  • Taburkan bumbu
  • Makan

Konten kedua

  • Panaskan 2 gelas air bersih hingga benar-benar mendidih
  • Masukkan mie, tunggu sambil diaduk selama kurang lebih 2 menit.
  • Angkat lalu tuangkan ke piring, pastikan air yang Anda tuangkan tidak berlebihan karena dapat membuat bumbu terasa hambar.
  • Taburkan bumbu satu per satu, aduk rata dan iris beberapa potong sayur seperti timun atau tomat untuk pendamping.
  • Selamat menikmati.

Dari kedua konten ini, manakah yang paling dalam bahasannya? Saya rasa Anda sudah mengerti maksud saya.

Konteks Artikel

Seperti yang saya singgung di poin kedua tadi, bahwa konteks artikel akan sangat menentukan sebuah konten.

Agar mudah dipahami, saya gunakan contoh kasus saja.

Misalnya, Anda membidik keyword “UMKM fashion muslim.”

Kemudian ada dua pilihan konten yang terlintas di benak Anda.

Konten pertama: 10 tips menjual hijab UMKM fashion muslim agar laris manis

Konten kedua: UMKM Fashion Muslim terpercaya dengan reputasi toko yang baik

Dari kedua pilihan konten di atas, manakah yang menurut Anda paling tepat untuk membidik keyword UMKM Fashion Muslim.

Jika Anda menjawab yang kedua, Anda benar.

Alasannya sederhana, konten pertama lebih tepat untuk menggambarkan tentang UMKM fashion muslim, di mana bahasannya akan terfokus pada keyword intennya. Sedangkan konten pertama, konteksnya agak meleset karena artikel itu akan terfokus pada tips menjual hijab, bukan UMKM fashion muslim yang menjadi keyword bidikan.

Pemahaman konteks artikel seperti ini secara perlahan sudah dikuasai oleh mesin pencari Google. Termasuk membedakan mana frase yang ejaannya berbeda tapi bermakna sama seperti “mengatasi jerawat” dan “mengobati jerawat” atau frase ejaan yang sama namun maknanya berbeda, seperti Apple buah dan Apple merek.

Voice Search

Sekarang eranya serba berlabel smart, ada smart speaker, smart helmet, smartwatch, smart TV dan yang hampir setiap waktu menemani kita, apalagi kalau bukan smartphone.

Di Amerika Serikat sendiri ada 66 juta orang yang sudah menggunakan smart speaker yang operasional dan fungsinya mendukung perintah suara. Tren ini diyakini tak akan lama lagi juga akan melanda Indonesia.

Apa yang istimewa dari smart speaker, smartphone dan perangkat pintar lainnya? Yaitu fitur pencarian suara, di mana pengguna dapat memperoleh informasi secara cepat tanpa harus menyentuh layar perangkat. Semua dilakukan via suara, dari membuka aplikasi, membuat jadwal, memutar lagu hingga mencari informasi di mesin pencari.

Google menyebutkan bahwa 20% pencarian web sudah menggunakan perintah suara, itu di tahun 2016 lalu. Sedangkan Gartner memprediksi sepertiga dari total pencarian di Internet akan menggunakan perintah suara. Gelombang perubahan yang harus segera disambut oleh para pengelola web dan blogger.

Lalu bagaimana cara mengoptimalkan pencarian suara?

Jujur saja saya tidak punya jawaban yang akurat untuk pertanyaan ini. Tapi, ada beberapa hal yang bisa saya simpulkan dari pengamatan selama beberapa bulan terakhir.

  • Pencarian suara biasanya terkait dengan pertanyaan dan jawaban singkat. Jadi, optimalkan konten dengan model pertanyaan dengan menyisipkan tag heading.
  • Berikan jawaban yang singkat dan padat, kurang dari 90 karakter.
  • Optimalkan web untuk mobile. Faktor ini jelas penting dan akan membantu web Anda memperoleh rank yang lebih baik.
  • Optimalkan frase dengan makna yang sama atau konotasi.

Perubahan yang dilakukan oleh Google bertujuan ke muara yang sama, yakni pengalaman pengguna yang lebih baik. Tugas kita adalah memberikan apa yang orang butuhkan beserta ekspektasi yang mengikuti di belakangnya. Ketika seseorang mencari solusi akan permasalahan yang dialaminya, di saat yang sama ia juga membutuhkan laman yang cepat diakses, tidak membingungkan, topik yang akurat sesuai dengan apa yang ia butuhkan dan informatif dalam artian semua ada di sana.

Gambar header Pixabay.

intank
Previous Story

Pengembangan Produk Internet of Things Berskala Industri ala Telkomsel Intank

Next Story

Google Stadia Bakal Sajikan 12 Game di Hari Pertama Peluncurannya

Latest from Blog

Don't Miss

Belajar Mobile Photography, Kiat Memotret dengan Kamera Smartphone

Belajar Mobile Photography, Kiat Memotret dengan Kamera Smartphone

Mobile photography adalah salah satu skill penting yang perlu dikuasai

Tips Streetphotography dengan Ponsel 

Kami berbincang dengan mentor dari acara workshop foto Hybrid tentang