Sejak tahun 2016, Xiaomi sudah menelurkan tiga smartphone eksperimental di bawah seri Mi Mix. Tahun ini bisa dibilang merupakan puncak dari keberanian mereka dalam berinovasi, dan itu mereka tunjukkan lewat smartphone ekstrem bernama Mi Mix Alpha.
Di saat pabrikan-pabrikan lain berlomba-lomba mengadopsi tren layar yang sisi kiri dan kanannya melengkung sampai menutupi bagian samping perangkat, Xiaomi rupanya ingin melampaui lebih jauh lagi. Layar Mi Mix Alpha bukan cuma melengkung sampai ke samping, tapi terus menyambung hingga ke bagian belakang ponsel.
Xiaomi menyebutnya dengan istilah Surround Display, dan benar saja, nyaris seluruh penampang ponsel ini ditutupi oleh layar. Xiaomi bilang rasio layar ke bodinya mencapai angka 180%, tapi apalah arti angka tersebut kalau perangkatnya memang tidak menyisakan ruang untuk komponen lain yang bukan layar.
Namun sisa ruang tetap ada, spesifiknya untuk bezel tipis di atas dan bawah, serta rumah kamera di belakang yang memanjang sampai ke bawah. Xiaomi bilang rumah kameranya ini terbuat dari kaca safir utuh yang ditambatkan ke atas keramik, sedangkan rangka atas dan bawah Mi Mix Alpha sendiri terbuat dari bahan titanium, yang dikenal lebih kuat dari stainless steel meskipun lebih ringan.
Bicara soal kamera, Mi Mix Alpha juga ingin membuat gebrakan melalui kamera utama beresolusi 108 megapixel. Sensor hasil kolaborasi Samsung dan Xiaomi ini bukan cuma mengunggulkan resolusi yang luar biasa tinggi saja, tapi juga ukuran penampang yang memang lebih besar dari biasanya di angka 1/1,33 inci, yang berarti ia bisa menyerap lebih banyak cahaya.
Urusan video, Xiaomi memang tidak menyinggungnya, akan tetapi Samsung sempat bilang bahwa sensor bikinannya ini sanggup merekam dalam resolusi 6K 30 fps. Optical Image Stabilization (OIS) tentu ada, bahkan Xiaomi menyebut OIS-nya berbasis empat poros. Sebagai perbandingan, kamera mirrorless paling top dari Sony mengemas sistem OIS lima poros.
Di samping kamera 108 megapixel, masih ada dua kamera lain di belakang Mi Mix Alpha: kamera telephoto 12 megapixel berbekal teknologi dual pixel autofocus, serta kamera ultra-wide 20 megapixel yang siap menyenangkan hati para pencinta macro photography berkat kemampuannya menjepret subjek secara close-up hingga sedekat 1,5 cm.
Layar dan kamera kelas ekstrem itu tentu turut didampingi oleh spesifikasi kelas flagship: chipset Qualcomm Snapdragon 855+, RAM 12 GB dan storage internal tipe UFS 3.0 berkapasitas 512 GB. Baterainya pun besar, dengan kapasitas 4.050 mAh serta dukungan fast charging ber-output 40 W. Pertanyaan saya, apakah cukup besar untuk layar semasif ini?
Yang mungkin jadi pertanyaan lain adalah, ke mana semua tombol fisik yang biasa kita jumpai pada sebuah smartphone? Tidak ada. Sebagai gantinya, bagian layar yang berada di samping telah dibekali panel pressure-sensitive, yang menurut Xiaomi dapat menyimulasikan sensasi mengklik tombol fisik. Bagian sampingnya ini juga menjadi rumah untuk indikator seperti sinyal jaringan dan sisa baterai.
Bagian terbaiknya adalah, meski smartphone yang sudah mendukung jaringan 5G ini dikategorikan sebagai perangkat konsep, Xiaomi sudah punya niatan untuk memproduksinya dalam skala kecil menjelang akhir tahun nanti, dan menjualnya seharga 20.000 yuan (kurang lebih sekitar 40 jutaan rupiah).
Sumber: Xiaomi.