Layar berukuran 5,5 inci dalam aspek rasio 18:9 dengan bezel tipis, membuat ASUS Zenfone Live L2 klop banget di genggaman tangan. Sejenak saya merasa bernostalgia, jadi kangen masa di mana layar smartphone dapat dijangkau dengan ibu jari dari ujung ke ujung yakni 4 inci sampai 5 inci.
Mungkin ini hanya soal adaptasi, dulu saya juga sempat merasa frustrasi menggunakan smartphone dengan layar besar. Tapi sekarang, sudah nyaman dan merasakan manfaatnya.
Nah bagaimana tantangan menggunakan kembali smartphone dengan layar kecil seperti Zenfone Live L2. Dibanderol Rp1.049.000, smartphone ini menyasar segmen entry-level dan bergerak dengan chipset Snapdragon 430 bersama RAM 2GB. Simak review ASUS Zenfone Live L2 selengkapnya berikut ini.
Pengalaman Mengetik
Menggenggam Zenfone Live L2 sangat menyenangkan, ringkas, tipis, dan ringan. Serta, mudah keluar masuk kantong celana. Tapi kenyamanan mengetik juga perlu diperhatikan, mengingat penggunaan smartphone tak lepas dari aktivitas mengetik.
Gboard atau Google Keyboard menjadi papan ketik default-nya, beberapa poin di artikel review ini juga diketik secara mobile menggunakan Zenfone Live L2. Saya menambahkan keyboard bahasa Indonesia, menonaktifkan auto-correction, dan membiarkan prediksi kata selanjutnya aktif.
Mengetik dengan dua jempol pada layar 5,5 inci dalam aspek rasio 18:9 ini ternyata masih cukup asyik, agak sedikit sempit tapi masih lancar dan minim typo. Justru yang lebih mengesankan ialah pengalaman mengetik dengan satu tangan.
Saya ingin cerita sedikit, saat pulang kerja mengandalkan KRL dari stasiun Pasar Minggu – kereta jurusan Bogor selalu penuh sesak. Kalaupun bisa masuk, itu juga karena ada yang turun dan berdesakan persis di depan pintu.
Selama kurang lebih 50 menit perjalanan, tentunya smartphone manjadi penghibur utama – kadang harus tetap mengetik artikel atau nonton video. Saat mengetik menggunakan Zenfone Live L2 di KRL dan mengandalkan fitur prediksi kata, saya bisa mengetik dengan satu jempol secara mudah. Karena bobotnya ringan, tangan saya pun tidak terasa pegal.
Overall, layar 5,5 inci untuk nonton YouTube dan buka aplikasi medsos, sokongan resolusi HD+ dirasa cukup untuk memenuhi aktivitas harian. Sudut pandangnya luas dan kualitasnya bagus. Soal user interface, smartphone yang berjalan di Android 8.0 Oreo ini mengandalkan antarmuka ZenUI 5.
Punggung dengan Warna Gradasi
Unit yang saya review berwarna cosmic blue, bagian punggungnya memiliki warna bergradasi dari hitam di bagian atas ke biru bawah dan kerangkanya dicat senada. Lalu, pada pojok atas kiri ditemui sebuah kamera yang diameternya cukup besar bersama satu LED flash.
Dibanding Zenfone Max M2 yang versi standar, back cover Zenfone Live L2 ini tampil lebih kekinian. Meskipun bagian mukanya tampil polos tanpa notch, dengan dahi dan dagu agak tebal.
Tombol power dan volume mendiami sisi kanan, sementara slot SIM menempati sisi sebrangnya. Pada sisi atas ditemui jack audio 3,5mm, sedangkan port microUSB dan speaker di sisi sebaliknya.
Performa Snapdragon 430 dengan RAM 2GB
Zenfone Live L2 bertenaga Snapdragon 4 Series Mobile Platforms, yakni versi 430 yang tergolong cukup lawas. SoC ini mengemas CPU octa-core 1.4 GHz Cortex-A53 dan GPU Adreno 505.
Bahu membahu bersama besaran RAM 2GB dan memori internal 16GB yang memang sangat pas-pasan. Kapasitas 16GB tersebut, saya tersisa 7,88GB saja. Jadi, sebaiknya gunakan untuk menginstal aplikasi dan untuk file media ditempat di microSD.
Walaupun miris, harap dimaklumi mengingat smartphone ini berada di segmen entry-level dengan harga yang cukup terjangkau; Rp1.049.000. Untuk menangani kebutuhan dasar ber-smartphone, seperti komunikasi telepon dan SMS, serta aplikasi chatting dan media sosial masih dapat dikerjakan dengan baik.
Berikut hasil benchmark dari sejumlah aplikasi:
- AnTuTu 56.144
- PCWork 2.0 3.709
- 3DMark Sling Shot 596
- Geekbench 4 single-core 650
- Geekbench 4 multi-core 2.416
Kamera 13MP
Berbekal satu kamera belakang beresolusi 13MP, pada kondisi cahaya yang ideal hasil fotonya sangat bisa diterima. Dengan bantuan aplikasi edit foto, kamera smartphone ini mencukupi untuk sekedar memotret momen harian dan mengunggah hasilnya ke media sosial seperti Instagram.
Sementara kamera depannya yang beresolusi 5MP, selain untuk selfie dan video call – juga bertugas untuk membuka kunci smartphone. Menyoal perekaman video, kamera depan maupun belakangnya mampu merekam video sampai resolusi Full HD.
Mengingat Zenfone Live L2 tanpa fingerprint sensor, face unlock menjadi pilihan utama dengan opsi tambahan keamanan seperti PIN, password, dan pola.
Berikut beberapa hasil foto dari ASUS Zenfone Live L2:
Verdict
Menimbang spesifikasi dan harga yang terjangkau, Zenfone Live L2 merupakan salah satu smartphone entry-level terbaik dikelasnya. Smartphone ini juga tampil menawan dengan punggung berwarna gradasi.
Saya tidak ragu merekomendasikan smartphone ini, tapi perlu diketahui bahwa smartphone ini hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar ber-smartphone saja. Lebih cocok untuk smartphone kedua atau untuk keluarga, misalnya orangtua atau adik/keponakan yang penggunaannya tidak begitu aktif.
Sparks
- Layar 5,5 inci dengan dimensi ringkas
- Harga satu juta yang terjangkau
- Performa Snapdragon 430 cukup baik untuk kebutuhan dasar
Slacks
- RAM 2GB yang pas-pasan
- Memori internal 16GB sangat kecil