Pasar tablet memang bisa dibilang sepi, atau lebih pas disebut stagnan. Secara kasat mata di ranah lokal pemainnya masih bisa dihitung oleh jari yang ada di satu tangan saja. Untuk kota besar tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa pasarnya dikuasai dua brand, Apple untuk iOS dan Samsung untuk Android. Untuk rural area, ada merek lokal yang masih menjajakan perangkat tablet.
Semakin canggih smartphone, yang juga biasanya menawarkan ukuran nanggung di atas 6 inci, bisa jadi salah satu faktor hilangnya magnet pembelian tablet. Di sisi lain, gempuran laptop 2 in 1 terjangkau juga mengikis kebutuhan perangkat layar lebar yg di tawarkan tablet. Padahal, kalau mau menilik lebih dalam, perkembangan teknologi yang ditandai tumbuhnya startup fintech bisa menjadi pasar cukup menjanjikan untuk tablet bisa bertahan.
Startup POS atau point of sales yang masuk dalam segmen fintech biasanya menyediakan alat untuk membantu transaksi merchant sebagai paket layanannya. Selain mesin (PC) ada pula tablet yang menggantikan layar sebagai akses utama untuk pendataan penjualan. Di sinilah pasar seksi tablet bisa berkembang. Segmen B2B.
Selain itu segmen konsumen yang membutuhkan sarana produktivitas mobile tapi enggan untuk membawa laptop (bahkan yang tipe 2 in 1 sekalipun) masih ada. Untuk segmen hiburan, meski smartphone memakan kue yang sangat besar untuk penggunaan ini, tablet masih menawarkan beberapa fitur yang tidak dimiliki oleh smartphone.
Ini juga yang menjadi salah satu dasar Samsung merilis tablet di tengah gempuran smartphone canggih dan laptop 2 in 1. Seperti yang diungkapkan Selvia Gofar,S SeniorProduct Marketing Manager, Samsung Mobile, Samsung Electronics Indonesia di acara pengenalan 3 tablet terbaru Samsung di Bangkok, bahwa ketiga segmen yang berbeda ingin dilayani dengan tiga perangkat berbeda lewat pengenalan perangkat tablet 2019.
Memberikan pilihan untuk gaya hidup konsumen (entertainment dan produktivitas), lalu melayani segmen B2B, dan yang terakhir adalah pendidikan.
Value added bisa jadi keunggulan dari strategi penjualan tablet, value apa yang disematkan pada tablet selain spesifikasi teknis. Apa yang ditawarkan agar bisa menyelesaikan masalah dari sisi teknologi selain oleh perangkat keras.
3 + 1 segmen yang berbeda untuk 3 tablet
Produk yang dikenalkan pada para awak media dan Youtuber di Bangkok ada tiga, yang pertama adalah Samsung Galaxy Tab S5e (Rp7.499.000) yang ditujukan untuk segmen konsumen yang menggunakan tablet untuk hiburan (film, musik gaming) dan produktivitas. Tablet ini hadir dengan spesifikasi yang cukup menarik, desain tipis, terasa nyaman untuk kegiatan mobile dan dukungan AKG untuk speaker yang jumlahnya ada 4 di tiap sisi tablet.
Prosesor yang digunakan adalah Snapdragon 670, layar 10.5 inci Super Amoled, 4GB RAM dan 64GB ROM (bisa diperluas jadi 512 GB. Kamera 13 MP dan 8 MP. USB type C baterai 7040 mAh dengan dukungan fast charging serta Android 9.0. Dan dukungan book cover keyboard yang telah terintegrasi DeX. Berat dan ketipisan juga menjadi daya tarik.
Spesifikasi untuk hiburan ada di kualitas layar, 4 speaker, baterai dan prosesor. Untuk produktivitas ada keyboard yang telah terintegrasi DeX, dan tentunya dukungan RAM dan ROM yang cukup. Pengalaman singkat kemarin saat di acara, saya cukup terkesan dengan hasil sound yang dihasilkan, bass cukup dapat untuk urusan perangkat mobile dan speaker 4 buah memberikan pengalaman sound lain yang tidak bisa didapatkan dengan menggunakan earphone (meski penggunaan speaker ini melimitasi fungsi karena hanya akan cocok di ruangan pribadi atau publik dengan fungsi tertentu, saat bersama teman, atau meeting misalnya). Ada pula dukungan Dolby Atmos yang memberikan pengalaman suara all around sesuai dengan konten yang diputar
Untuk desain, bentuk tipis dan berat yang ringan menjadi daya tarik yang ingn dijual Samsung. Berbobot 400g dengan ketebalan setara 5 KTP. Pengalaman menggenggam termasuk saat cover keyboard ditempelkan terasa menyenangkan. Untuk urusan keyboard ini, Samsung ingin membawa DeX menjadi daya jual.
Saat Anda meng-attach book cover keyboard, maka tablet akan mendeteksi secara lamgsung dan mengarahkan Anda untuk memilih akan menggunakan tablet dengan fitur DeX atau tablet seperti biasa. Pilihan DeX bisa dinikmati dengan koneksi pada layar saja (dengan konektor) atau langsung di tablet dengan book cover keyboard yang telah menempel (dijual terpisah dengan harga Rp.1.650.000).
Segmen hiburan juga akan dilayani oleh tablet kedua yang diperkenalkan Samsung yaitu Samsung Tab A10 (Rp4.999.000). Perangkat ini didukung oleh prosesor Exynos 7904, layar 10.1 inci IPS LCD, 3GB RAM dan 32GB ROM dengan fitur ekspansi sampai 512GB lalu dual speaker dengan dukungan Dolby Atmos serta baterai 6150 mAh.
Dengan harga menengah di antara dua tablet lain, tablet ini bisa jadi pilihan untuk budget device untuk produktivitas, hiburan dan segmen B2B terkait penjelasan di atas yaitu POS atau keperluan lain sebagai pengganti monitor dan PC. Harganya memang 5 jutaan tapi dengan spesifikasi yang cukup mumpuni dan fitur yang mendukung segmen yang ingi disasar. Pilihan sistem operasi Android terbaru juga menjad pendukung untuk integrasi dengan berbagai aplikasi yang mendukung produktivitas.
Di ranah lokal, perkembangan startup segmen POS lagi mendapatkan momen, jika Anda berkunjung ke kafe atau tempat ngopi Anda akan melihat layanan POS lokal menjadi raja untuk urusan membantu transaksi penjualan mereka. Meski rata-rata tablet yang digunakan ukurannya tidak 10 inci, namun peluang B2B untuk hal ini terbuka. Meski tidak dijelaskan detail apakah Samsung ini memungkinkan untuk diajak bekerja sama dengan startup untuk mendukung operasional mereka, namun disela-sela sesi wawancara, perwakilan Samsung mengindikasikan bahwa salah satu pasar yang menarik untuk tablet adalah B2B.
Para startup di segmen yang membantu transaksi UKM ini juga menyediakan layanan mereka ‘secara’ lepas lewat aplikasi web atau Android, yang menjadikan sasaran untuk segmen B2B menjadi semakin masuk akal. Di sisi lain, para perusahaan yang membutuhkan tablet untuk membantu karyawan dalam menjalankan pekerjaan seperit pekerjaan lapangan, presentasi atau pekerjaan lain yang membutuhkan mobilitas tinggi juga bisa menjadi salah satu penggerak pasar tablet kembali bergairah, karena kini perkembangan teknologi dari sisi aplikasi/layanan semakin berkembang, khusus bagi Samsung, ada DeX yang bisa jadi ujung tombak dalam menambah added value tablet di sisi produktivitas.
Nah sebenarnya, dari 3 tablet ini, produk yang paling buncit, paling murah diantara ketiganya dan ukuran paling kecil jadi produk yang menarik untuk dibahas.
Segmen pendidikan dan yang concern akan kontrol perangkat
Tablet Tab A terakhir memang hadir dengan layar paling kecil di antara kedua produk lain, 8 inci dan dari model desain tidak istimewa (Rp3.999.000). Namun prosesornya sama dengan Tab A10 dan spesifikasi RAM – ROM pun sama. Malahan, tablet yang ini telah dilengkapi S Pen (built in) yang disebutkan Samsung telah sidingkatkan performanya.
Kenapa S Pen penting, karena segmen yang disasar oleh Tab ini, segmen pendidikan. Samsung mengajak RuangGuru untuk menegaskan segmen pendidikan. Konsumen diberikan langganan gratis 1 bulan untuk layanan RuangGuru. Startup pendidikan yang satu ini juga lagi mendapatkan traksi yang baik, selain promosi yang gencar dilakukan, pertumbuhan tim mereka juga cukup masif, seiring pendaan seri lanjut yang mereka dapatkan.
Sebagai bagian dari DailySocial yang membahas perkembangan startup di tanah air secara rutin, kerja sama antara Samsung dan RuangGuru ini cukup menggembirakan. Sudah saatnya para pabrikan ini secara rutin mengajak aplikasi buatan lokal menjadi salah satu strategi kolaborasi yang menambah value dari sisi non teknsi (non perangkat keras). Samsung juga memiliki sejarah kedekatan dengan para pengembang aplikasi yang bisa dimanfaatkan. Kerja sama seperti ini selain memberikan value pada konsumen, juga bisa memberikan manfaat public relation yang baik bagi pabrikan ataupun startup.
Fitur lain yang juga cocok untuk segmen pembelajaran adalah S Pen. Saya mencoba sekilas pen ini dan cukup terkesan dengan feel dan hasil goresannya. Fungsi untuk menggambar, anotasi atau pembelajaran anak. Nah yang terakhir, berhubungan dengan layanan lain yang juga menyasar segmen tertentu.
Meski saya tidak menyarankan untuk memberikan tablet pada anak namun tidak bisa dipungkiri bahwa penggunaan tablet secara bertanggungjawab bisa membantu pengetahuan si anak. Nah, Tab A dengan S pen membawa layanan Dreambox parental control untuk mengatur batas penggunaan tablet bagi pengguna non dewasa. Layanan ini juga diberikan gratis selama selama satu tahun.
Pasar tablet untuk penggunaan bagi pengguna non dewasa bisa menjadi pasar yang menarik, apalagi di tengah concern bahwa harus ada batasan penggunaan dan pengaturan bertanggungjawab untuk konsumen non dewasa. Membawa layanan parental control bisa jadi strategi untuk membantu mendongkrak pangsa pasar tablet. Stylus melengkapi fasilitas pengguna non dewasa untuk menggambar dan RuangGuru bisa jadi fasilitas edukasi yang memberi manfaat.
Apakah konsumen membutuhkan tablet?
Pernyataan klasik yang akan mengikuti perangkat yang masuk segmen senja adalah apakah konsumen (masih) membutuhkan tablet atau kebutukan akan komputasi (hiburan dan produktivitas) mobile sudah terpenuhi oleh smartphone?
Kalau melihat laporan pengiriman tablet berdasarkan data Statista dari Samsung, Q3 tahun laku naik sedikit dari kuarter sebelumnya, meski kalau melihat dua tahun ke belakang terlihat stagnan.
Kepercayaan diri Samsung untuk tetap merilis tablet di awal tahun 2019 bisa menjadi hal yang menarik untuk dicermati, apakah strategi ini akan membawa hasil atau hanya akan menjadi masukan kecil bagi pendapatan Samsung secara keseluruhan, meski ia bisa membuat Samaung jadi raja tablet Android, setidaknya di Indonesia.
Penjualan ketiga tablet ini akan mulai 15 April dengan Tab A with S Pen sebagai pembuka, disusul yangain dengan rentang waktu, yabg disebut perwakilan Samsung tidak terlalu jauh. Dari waktu setelah penjualan ini sebenarnya bisa melihat sedikit peluang tablet untuk comeback atau setidaknya growth sedikit. Mungkin akhir tahun baru bisa kita lihat efeknya.
Namun sebagai penikmat teknologi, saya sendiri berharap bahwa adittional value yang ditambahkan Samsung ke tablet baru mereka bisa memberikan semacam pemikat bagi konsumen agar bisa melirik tablet kembali. Alasannya sederhana, sebagai pekerja digital yang harus membawa laptop keberbagai lokasi, sepertinya sudah waktunya pensiun untuk membawa perangkat yang memberatkan punggung, dan itu bisa dilakukan oleh tablet, asalkan value tambahannya bisa lebih tinggi dari smartphone.
Untuk 3 seri Samsung ini, tidak hanya menjual spesifikasi saja tetapi menjual layanan tambahan, misalnya Tab S5e dari sisi suara, desain dan dolby atmos untuk pengalaman all around, Tab A with S Pen dengan value edukasi dan parental control.