Di ajang Game Developers Conference tahun lalu, Qualcomm memamerkan sebuah VR headset tipe standalone yang ditenagai oleh chipset Snapdragon 845, serta mengemas teknologi eye tracking yang terintegrasi. Seperti biasa, perangkat tersebut dimaksudkan untuk menjadi referensi desain bagi pabrikan yang tertarik menggarap produk serupa.
Pada event GDC tahun ini, Qualcomm masih membawa VR headset yang sama, namun yang tidak kita ketahui, mereka telah menambahkan chip wireless 802.11ad yang memungkinkan koneksi nirkabel dengan bandwith sebesar 60 GHz. Untuk apa komponen tersebut? Untuk berkomunikasi dengan PC secara lancar.
Sepintas kedengarannya sepele, namun penambahan chip ini memberikan ‘nyawa’ baru buat VR headset ini. Secara mendasar, ia memang merupakan sebuah standalone VR headset macam Oculus Quest, tapi di saat yang sama, ia juga bisa terhubung ke PC secara nirkabel, sehingga penggunanya dapat menikmati konten-konten di PC secara lebih immersive.
Qualcomm mengklaim latency-nya tidak lebih dari 16 milidetik, dan itu sebenarnya sudah bisa dibilang cukup mulus. Namun hal paling menarik dari inisiatif Qualcomm ini adalah bagaimana proses komputasi bakal dibagi antara PC dan VR headset. Ini berarti pengguna tak diwajibkan memiliki PC dengan spesifikasi kelewat perkasa, sebab ada Snapdragon 845 yang siap membantu.
Satu-satunya syarat adalah, PC yang digunakan harus mampu terhubung ke jaringan Wi-Fi 802.11ad. Qualcomm juga telah menyiapkan software khusus yang akan mengatur jalur komunikasi maupun pembagian porsi proses komputasi antara PC dan headset. Game yang dimainkan sendiri tak perlu diubah sama sekali oleh developer-nya masing-masing.
Kapan perangkat seperti ini bakal terwujud? Sejauh ini, satu yang sudah pasti bakal datang dari Pico, yaitu Pico Neo 2, yang dijadwalkan meluncur ke pasaran pada babak kedua tahun ini. Qualcomm tentunya masih punya sejumlah mitra lain, dan salah satunya rupanya adalah HTC, sehingga tidak menutup kemungkinan apabila penawaran dari mereka nantinya adalah Vive Cosmos.