Kontribusi e-commerce terhadap PDB Indonesia diproyeksikan tembus Rp2.305 triliun atau tumbuh 18 kali lipat dari Rp125 triliun pada 2017. Proyeksi ini diambil dari laporan “The Digital Komodo Dragon: How Indonesia Can Capture The Digital Trade Opportunity at Home and Abroad” yang dipublikasikan Hinrich Foundation dan AlphaBeta Advisors.
Lebih dalam dijelaskan, kontribusi yang diberikan e-commerce pada 2017 ini setara dengan angka 0,9 persen dari PDB secara nasional. Ini menunjukkan adanya potensi yang belum dimanfaatkan, mengingat ekonomi ASEAN lainnya seperti Malaysia telah berkontribusi sekitar dua persen dari PDB mereka.
Laporan ini menggunakan definisi “perdagangan digital” secara luas yang mencakup produksi, distribusi, pemasaran, penjualan, atau pengiriman barang dan jasa –baik di dalam dan di luar negeri– yang didukung oleh aliran data lintas batas. Mencakup perdagangan produk/layanan yang dimungkinkan secara digital dan arus data lintas batas yang menciptakan nilai ekonomi bagi ekonomi domestik.
Disebutkan kontribusi terbesar pada 2030 berasal dari pertanian & pangan (Rp548 triliun), konsumen & ritel (Rp539 triliun), infrastruktur (Rp289 triliun), sumber daya (Rp272 triliun), layanan keuangan (Rp235 triliun), sisanya datang dari manufaktur, pendidikan & pelatihan, dan kesehatan.
Kontribusi ekspor
Tak hanya itu, dalam laporan ini juga menyinggung soal kontribusi ekspor digital untuk Indonesia. Disebutkan pada 2017 mencapai lebih dari Rp28 triliun setara 1,2 persen, berada di urutan ke 11 dari sektor ekspor.
Angka tersebut relatif lebih rendah dibandingkan dengan Malaysia. Meski ukuran PDB Indonesia tiga kali lebih besar dari Malaysia, tapi nilai ekspor digital Indonesia kurang dari sepertiganya Malaysia.
Namun menurut Hinrich, nilai ekspor digital Indonesia berpotensi bisa berkembang hingga lebih dari 8,5 kali lipat dari saat ini sebesar Rp240 triliun.
“Jika produk digital bisa dianggap sebagai suatu sektor tersendiri, maka sektor tersebut akan mewakili ekspor terbesar ke-11 di Indonesia. Bisa meningkat hingga 768 persen pada 2030,” terang Mitra AlphaBeta Genevieve Lim.
Lim menambahkan, untuk meningkatkan produktivitas dalam perdagangan online bisa dilakukan melalui enam cara. Pertama, mengidentifikasi dan membangun pasar baru. Kedua, menekan biaya dan mempercepat manajemen data. Ketiga, mendukung kolaborasi lintas batas.
Keempat, memperkaya data secara mendalam. Kelima, memperkenalkan model bisnis yang efisien. Terakhir, memperkecil rantai distribusi.