Berangkat dari pengalaman pribadi founder Chelly Triwibowo yang sering kesulitan membeli keperluan bahan rumah tangga membuatnya terinspirasi untuk mengembangkan platform TukangSayur. Selain itu, faktor lain yang juga juga diamati adalah terkait kondisi pasar, saat ini jumlah tukang sayur dinilai semakin berkurang.
Tren penurunan jumlah pedagang tersebut turut divalidasi survei AC Nielsen, saat ini populasi pasar tradisional di indonesia setiap tahun mulai berkurang jumlahnya karena tidak mampu bersaing dengan pasar modern
Bersama dengan dua rekannya Endang Achmad (COO) dan Miftah Sanaji (Head Of Product & Design), TukangSayur dihadirkan untuk menjembatani tukang sayur ke pangsa pasar yang lebih luas melalui pendekatan digital.
“Berawal dari kejadian itu akhirnya saya research dan due diligence ke pasar tradisional untuk menangkap kebiasaan konsumen dan tukang sayur keliling selama hampir tiga bulan. Dari pengamatan tersebut, ditemukan algoritma yang bisa membuat masyarakat Indonesia bisa belanja kebutuhan sayuran dan dapur lebih hemat, lengkap, dan tetap segar sampai di rumah.”
Untuk hasil yang lebih komprehensif, TukangSayur turut memanfaatkan teknologi seperti big data untuk dapat melakukan analisis secara terus menerus. Aplikasi juga menerapkan layanan berbasis lokasi, sehingga memberikan efisiensi dalam penyediaan stok komoditas –menghubungkan konsumen dengan mitra pedagang di lokasi terdekat.
Cara kerja TukangSayur
Bagi pengguna yang ingin memanfaatkan layanan TukangSayur, bisa mengunduh aplikasinya di perangkat Android atau iOS. Pemesanan dapat dilakukan mulai pukul 09:00 sampai 21:00.
Mitra TukangSayur dengan radius terdekat akan memproses pesanan yang masuk. Pelanggan kemudian akan menerima pesanan keesokan harinya di rumah. Saat ini ada dua pilihan pembayaran yang ditawarkan, yakni transfer bank dan COD.
TukangSayur mengklaim telah memiliki 60 ribu lebih pengguna yang sudah mengunduh aplikasi, dengan persentase pengguna aktif mencapai 70 persen. Sementara mitra tukang sayur yang sudah bergabung berjumlah 250, tersebar di 14 kota seputar Jawa dan Bali.
“Layanan TukangSayur saat ini sudah tersedia di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Cimahi, Bandung, Cileunyi, Yogyakarta, Semarang, Gresik, Surabaya, Sidoarjo dan Bali. Uniknya setiap kota memiliki perbedaan produk dan harga yang selalu kami update secara real time setiap hari,” kata Chelly.
Dengan model bisnis yang dijalankan, pendapatan TukangSayur saat ini diambil dari pembagian untung dengan mitra. Selain itu mereka juga mengenakan ongkos kirim dan iklan yang tersemat di aplikasi.
TukangSayur berharap bisa mengedukasi generasi milenial khususnya perempuan untuk membiasakan masak di rumah. Selain lebih sehat dan bergizi, kebiasaan tersebut akan membantu rantai ekosistem perdagangan kecil dan pertanian tetap berjalan normal dan menjadi lebih baik.
“Belum pernah ada startup atau perusahaan yang berhasil di online groceries. Hal itu menjadi tantangan tersendiri untuk saya sebagai pendiri. Namun demikian saya yakin model bisnis TukangSayur sudah proven untuk bisa scale-up dan ekspansi,” kata Chelly.
Lakukan fundraising untuk ekspansi
TukangSayur saat ini tengah melakukan fundraising untuk seri A. Nantinya dana modal ini akan dimanfaatkan untuk pengembangan fitur, layanan, dan ekspansi ke kota lainnya.
Dalam waktu dekat TukangSayur ingin meluncurkan dua fitur terbaru, yakni Recipe Story dan Home Made. Total akan ada sembilan fitur baru yang segera melengkapi aplikasi, khususnya untuk mendukung layanan berbasis F&B.
“Kami juga ingin memperluas jangkauan layanan ke 30-50 kota besar di Indonesia, mengakuisisi 1% customer market yang memiliki potensial dari jumlah populasi,” tutup Chelly.