Tiongkok selama ini terkenal sebagai negara yang ketat dalam hal regulasi industri video game, termasuk game online. Anda mungkin sudah pernah mendengar bahwa di Tiongkok, Arena of Valor (alias King of Glory) memiliki batasan usia pemain. Pemain dengan usia 12 tahun ke bawah hanya boleh bermain AOV selama sejam per hari, sementara usia 12 – 18 tahun hanya dua jam per hari. AOV juga menggunakan teknologi face recognition untuk mengenali wajah pemainnya, jadi usia tidak dapat dipalsukan dengan mudah.
Pada tanggal 7 Desember 2018, pemerintah Tiongkok mendirikan Komite Etika Game Online. Komite ini terdiri dari para pakar yang mempelajari game online serta isu-isu seputar kawula muda. Mereka berasal dari universitas, institusi profesional, serta media. Tujuan pendirian komite ini adalah untuk mengadakan pemeriksaan terhadap judul-judul game online yang telah atau akan beredar di Tiongkok, kemudian menilai apakah game tersebut punya dampak negatif bagi pemain atau tidak.
Game yang dinilai “perlu peningkatan etika” harus melakukan perubahan konten, atau bisa jadi malah dilarang beredar sama sekali. Dilansir dari Esports Observer, Komite Etika Game Online telah mencatat 20 judul game bermasalah. Di antaranya ada 11 game yang mendapat perintah pengubahan, sementara 9 lainnya ditolak penerbitannya. Sayangnya pemerintah Tiongkok tidak merilis nama-nama game tersebut ke ranah publik.
Proses penerbitan game di Tiongkok sejak tahun 2018 ini memang telah menjadi semakin sulit. Dengan semakin populernya game, terutama mobile game dan game online, mulai muncul kekhawatiran akan dampak buruk game terhadap kesehatan, misalnya kesehatan mata bagi anak-anak. Jumlah game yang diijinkan terbit setiap tahunnya kini mengalami penurunan cukup drastis. Akibatnya, pertumbuhan industri game di negara tersebut juga melambat.
Kendati cukup ketat dalam urusan regulasi game, pemerintah Tiongkok justru sangat suportif terhadap dunia esports. Pada bulan November lalu, pemerintah Tiongkok baru meresmikan peluncuran platform Steam China, sekaligus merilis berbagai panduan untuk registrasi serta manajemen atlet-atlet esports. Pemerintah Tiongkok juga mendukung pelaksanaan turnamen Dota 2 The International 2019 yang akan digelar di Shanghai. Turnamen Dota 2 Major berikutnya pun akan digelar di Tiongkok dengan nama Chongqing Major.
Tiongkok adalah salah satu pasar terbesar industri game terbesar dunia. Dengan jumlah gamer mencapai 527 juta jiwa (458 juta di antaranya pengguna mobile) dan revenue mencapai US$15 miliar di tengah tahun 2018, membuat pasar ini sangat diminati oleh para penerbit game baik di dalam ataupun luar negara itu sendiri. Akan tetapi dengan semakin ketatnya aturan pemerintah, mungkin sudah waktunya para penerbit mencari pasar alternatif. Bagi penerbit besar seperti Tencent mungkin ini bukan masalah serius, tapi penerbit-penerbit kecil serta developer indie tampaknya perlu menaruh perhatian khusus pada masalah ini.
Sumber: Esports Observer