Beberapa hari yang lalu Kompas memberitakan Nokia telah siap untuk meluncurkan dua ponsel baru (Nokia 600 dan 700) dengan teknologi NFC ke pasar Indonesia.
Well, tentu saya tidak akan membahas tentang gadget, tetapi saya lebih tertarik dengan NFC dan hubungannya atas aplikasi lokal yang memaksimalkan teknologi ini.
Menurut Kompas, setidaknya ada dua aplikasi dari pengembang lokal yaitu Menoo! Tap Tap dari Elasitas, dan Smash Mania, game dari Agate. Dua aplikasi ini juga diperkenalkan di INAICTA kemarin, sayangnya saya tidak dapat hadir dan mencoba aplikasi ini jadi saya mencoba mengontak Narenda, developer relation dari Nokia untuk menanyakan lebih lanjut tentang hal ini.
Narenda menjelaskan bahwa Menoo! NFC adalah aplikasi untuk food directory yang memanfaatkan fitur NFC, nantinya pengguna bisa melakukan tap NFC ˆ yang ada di berbagai merchant yang sudah terafiliasi dan bisa mendapatkan penawaran khusus atau diskon.
Sama seperti Menoo! NFC, Smash Mania juga memaksimalkan NFC, namun menggabungkannya juga dengan fitur augmented reality. Pemain game ini nantinya bisa men-tap NFC tag untuk mendapatkan lapangan terbaru atau bermain secara multiplayer.
NFC sendiri menjadi salah satu fasilitas yang cukup dipromosikan oleh Nokia di ponsel mereka, meski bukan dikembangkan oleh Nokia, Narenda juga mengatakan bahwa teknologi ini dibawa pertama kali di pasar Indonesia oleh Nokia.
Selain dua ponsel terbaru ini, dua permainan ini bisa dinikmati di N9, ponsel Meego pertama dan terakhir Nokia.
Pemanfaatan NFC, terutama untuk aplikasi bagi saya cukup menarik, tentunya, di luar negeri, kita juga bisa melihat penerapan oleh Google atas teknologi ini untuk permasalahan pembayaran, saya juga berharap nantinya ini (ponsel Nokia NFC) juga bisa diterapkan untuk pembayaran di Indonesia. Namun setidaknya dua aplikasi ini bagi saya tetap tampak menarik. Meski belum mencobanya, namun ada sedikit gambaran tentang penerapan dari aplikasi ini, karena saya sendiri pernah mencoba aplikasi/permainan dengan teknologi NFC. Khusus untuk Smash Mania, akan diboyong juga ke acara Indonesia Bermain di Bandung Sabtu – Minggu ini, tentu saya akan mencoba aplikasi ini.
Sedangkan untuk Menoo! Tap Tap, saya mencoba mengontak Calvin Kizana dari Elasitas, pengembang Menoo! untuk mendapatkan gambaran aplikasi ini. Screenshot seperti di sebelah ini adalah salah satu gambaran dari penerapan Menoo! Tap Tap di merchant, apilkasi ini nantinya bisa digunakan untuk membayar, memesan tempat duduk, melihat menu, mendapatkan reward, atau melihat promo.
Calvin juga menambahkan bahwa, “Menoo! Tap Tap akan diimplementasikan di Nokia 600 dan Nokia 700 terbaru, menggunakan operating system Symbian, akan dirilis di Nokia Ovi Store per tanggal 1 November ini. Menyusul Menoo! Tap Tap untuk Nokia N9 dengan sistem operasi MeeGo di Desember mendatang.”
Satu hal yang terus menjadi pertanyaan saya adalah akan seberapa besar adopsi NFC ini khususnya di pasar ponsel Nokia, dan apakah para pengguna ini aware akan teknologi ini dan mau menggunakan dalam kehidupan sehari-hari – melalui aplikasi?
Dalam keseharian, saya masih melihat masih kurangnya yang memiliki ponsel ini, atau mungkin bisa saja di lingkungan saya belum banyak teman yang sama-sama menggunakan NFC (lebih spesifik ponsel Nokia), namun bisa saja ini akan segera berubah, meski untuk beberapa ponsel ini masih berharga premium, bahkan lux untuk N9. Sayangnya, dalam laporan Q3 2011 yang terbaru dari Nokia, tidak disebutkan berapa hasil penjualan Nokia C7 dan atau ponsel NFC lain, jadi tidak bisa memprediksi berapa pengguna NFC, dan Nokia 600 dan 700 baru akan tersedia sebelum akhir tahun.
Nokia juga sepertinya cukup gencar untuk mengenalkan dan mengajak pengguna untuk ber-NFC ria, tidak hanya di kalangan konsumen tapi juga media, Senin nanti akan ada media briefing atas Symbian Belle dan NFC, semoga saya bisa hadir sehingga bisa menjajal apa saja yang ada di NFC dan Symbian Belle.
Namun, di atas itu semua, cukup menarik untuk melihat bagaimana adopsi aplikasi NFC lokal di pasar serta aplikasi apa lagi yang akan muncul untuk menjawab tantangan penerapan NFC.
NFC menarik tapi pertanyaan bukan kepada aplikasinya namun kepada kesiapan secara keseluruhan baik untuk pelaku maupun pengguna. NFC berbasis Ponsel buatan lokal (atau setidaknya mayoritas lokal dan tidak membutuhkan ponsel pintar cukup sim card baru) adalah TapIzy milik Telkomsel yang dikawinkan dengan T-Cash menjadikannya NFC pertama yang langsung bisa digunakan untuk transaksi. Layanan bisa dicoba di gerai 7-Eleven, IndoMaret, Circle-K dan beberapa merchant lainnya (surprise juga bahwa DailySocial tidak meliput hal ini). TapIzy adalah NFC yang di-embed pada sim card Telkomsel khususnya pra-bayar dimana pelanggan akan memiliki kemampuan untuk berbelanja tanpa pulsanya terpotong, mengapa? Karena mereka harus membuka rekening T-Cash terlebih dahulu.
Nah itu salah satu bukti NFC yang berjalan saat ini, sukses? Tidak juga dan kenapa? Sederhana, pertama buka rekening T-Cash (ini virtual account) tapi siapa yang mau setor uangnya ke Telkomsel? Telkomsel bukan bank… Kedua, promosi, siapa yang tau NFC sudah dipakai disini? DailySocial saja tidak tahu… Ketiga, kesiapan, tidak semua outlet para merchant terkait SDMnya siap dan bahkan memahami cara kerja TapIzy, berbeda dengan BCA Flash yang walaupun NFC based (non phone), tapi karena dimiliki oleh bank maka sosialisasinya juga lebih agresif dan tentunya lebih luas dibandingkan Telkomsel yang notabene adalah operator dan pendapatannya bukan dari transaksi belanja.
Lalu, apa jeni layanan Mobile NFC yang kiranya akan berhasil di Indonesia? Belum tahu, apakah Menoo aplikasi yang tepat? Bagaimana dengan TapTap? Belum tahu juga. Perlu di-ingat bahwa sebuah Dongle tetap dibutuhkan dan ditempatkan di sisi merchant agar NFC dapat berjalan dan jika layanannya adalah transaksi maka dibutuhkan koneksi tambahan serta integrasi ke dalam EPOS yang berada di kasir…
Perlu dimatangkan model bisnis NFC dan layanan yang kiranya dapat berjalan di atasnya, mungkin teman2 di StartUp yang dapat menindak lanjutinya ketimbang saya yang sudah mulai uzur 🙂
Salam kreatif.
Gfunkerwin
Salam kenal Pak Herwinto 🙂
Ulasan Bapak disini sangat menarik. Menurut Bapak, apakah pasar Indonesia (merchant & buyer) sudah siap dengan fitur NFC ini beserta dengan saudara kembarnya QR Code yang telah lebih dulu digunakan ? Mengingat belum ramainya kampanye iklan berbasis kedua fitur diatas ini.
Kampanye media berbasis QR Code sendiri sebenarnya mampu menghemat biaya iklan cukup besar apabila diterapkan dengan baik menggunakan mobile-friendly websites. Plus sukses/tidaknya kampanye QR Code tersebut bisa diukur secara real time, berbeda jauh dengan media iklan konvensional yang non-user engagement seperti billboard, spanduk, printing dll
komentar yang menarik mas.
Tap-Izy itu menggunakan RFID (CMIW), meskipun memang dasar dari teknologi NFC juga RFID.
seperti yang saya tuliskan di artikel tersebut, pertanyaan kita sama, bagaimana dengan adopsi pasar atas perkembangan penerapan NFC? hal ini masih harus dibuktikan beberapa waktu ke depan.
namun NFC dengan aplikasi + perangkat mobile saya kira masih bisa berpeluang diterima pasar, dibandingkan dengan layanan seperti Tap-Izy yang menggunakan kartu. selain itu, tag NFC bisa berupa stiker yang, tentunya lebih menarik untuk dibuat gimmick-nya.
utk secure NFC (pembayaran) sepertinya masih harus menunggu lebih lama dari NFC ‘ringan’ seperti transfer file atau aplikasi, jadi saya pikir, kita lihat dulu adopsi NFC ‘ringan’ ini baru kita beranjak ke secure NFC.
Salam kenal juga pak, dari sisi aplikatifnya QR Code lebih siap dengan kendala: Tidak semua scanner di outlet ritel berbasis LCD, mayoritas masih menggunakan Laser jadi QR hanya digunakan untuk men-trigger link ke situs mobile atau konten mobile namun belum untuk transaksi. Untuk transaksi kita masih menggunakan Barcode standar (EAN atau UPC) yang untuk men-generatenya justru lebih mahal dari QR.
Untuk NFC sebetulnya lebih cocok seperti E-Toll Card dari sisi penggunaannya dimana dibutuhkan kecepatan dan ketepatan, jadi media ini mungkin adalah yang paling cocok karena persiapan sekelas jasa marga justru lebih tepat (ngasih ide nih) ketimbang merchant biasa karena tingkat kebutuhannya berbeda dan biaya dongle tidak murah juga.
QR dari banyak sisi memang unggul kendalanya hanya saja teknologi ini populer di Jepang dan Korea namun di Indonesia masih lambat, secara digunakan untuk iklan, QR termasuk keren dan mudah implementasinya.
Keunggulan promosi media lewat mobile adalah Akuntabilitasnya dibandingkan media konvensional.
Kalau mau cakap2 lain, bisa japri saja ke saya di gfunk(at)aktifmob(dot)com
Betul mas Wiku (atau mas Baskoro?) TapIzy menggunakan RFID dan implementasi NFC termudah adalah RFID.
Peluang masih besar sekali dan saya setuju hal itu tinggal bagaimana sosialisasi dan penerapannya di lapangan oleh para pelaku, harapan saya jangan menjadi teknologi tinggi yang tidak bisa diterapkan secara lebih membumi seperti yang dicontohkan dengan menggunakan stiker selama biaya atas produksinya tetap ekonomis dan biaya akuisisi per-pelanggannya juga bisa ditekan serendah atau sama dengan biaya akuisisi jika promosi melalui audio-visual.
Kampanye iklan adalah salah satu yang akan menggunakan teknologi ini layaknya SMS, QR Code dan Facebook atau lainnya, jadi yang mungkin pertama akan mengadopsi teknologi ini adalah pengiklan.
Saya setuju dengan pendapat Bapak, idealnya untuk pasar Indonesia memang cenderung seperti itu tapi bukankah teknologi NFC ini membutuhkan biaya yang jauh lebih besar ketimbang QR Code ? Di Amrik sendiri saja belum menerapkan sistem ini sepenuhnya.
Apabila pasar disini sudah mendukung teknologi NFC (beberapa tahun kedepan – mudah2an) saya rasa dunia periklanan Indonesia akan mengalami perubahan yang cukup signifikan karena fungsi NFC tidak hanya sebatas alat pembayaran seperti Google Wallet karena NFC juga bisa diterapkan ke berbagai medium iklan seperti : mengajak pengguna untuk signup to win, mendapatkan penawaran spesial dari suatu produk, sebagai kupon diskon, informasi tempat shopping & cabang2nya, social media (likes / follows). Sekilas semuanya ini bisa diterapkan dengan QR Code + Mobile Web 🙂
Saya malah berharap agar merchant menggunakan paduan antara QR Code + Mobile Web sebagai salah satu media digital ads mereka (selain FB, Twitter dll) untuk menjaring raving fans mengingat biaya yang dikeluarkan jauh lebih murah dibanding iklan konvensional,
Terima kasih atas undangannya, Pak – I will 🙂
Salam – Jerry (mobile)myth dot com