Menciptakan produk yang terlalu tenar ternyata bisa juga menimbulkan masalah. Setidaknya, itulah yang dialami oleh Tencent, penerbit Arena of Valor. Game AOV (Arena of Valor), yang dikenal dengan judul Wangzhe Rongyao alias Honor of Kings, di negara asalnya itu menjadi sasaran kritik karena menimbulkan banyak dampak buruk di masyarakat. Termasuk di antaranya efek ketagihan dan kerusakan mata akibat bermain terlalu lama.
Fenomena itu mendorong pemerintah Tiongkok untuk meluncurkan aturan baru terkait penggunaan game online di kalangan anak-anak. Termasuk di dalamnya adalah rencana pembatasan jumlah game online yang boleh terbit setiap tahun, pendirian badan rating untuk video game, hingga pembatasan jam main harian.
Menurut data dari perusahaan mobile Jiguang, lebih dari setengah pemain Arena of Valor di Tiongkok terdiri dari kelompok usia 24 tahun ke bawah. Oleh karena itu Tencent sebagai penerbit memang berkewajiban untuk memberi perhatian khusus terhadap masalah di kalangan gamer remaja dan anak-anak. Setidaknya yang menggunakan produk milik mereka.
Tencent sudah mengambil langkah pencegahan sejak tahun 2017 dengan cara menerapkan batasan waktu main untuk pemain di bawah usia 12 dan 18 tahun. Pemain di bawah 12 tahun hanya boleh bermain Arena of Valor selama sejam, sementara usia 12 – 18 tahun dibatasi hanya dua jam per hari.
Sistem tersebut tentu dapat diakali dengan mudah bila pemain menciptakan akun dengan usia palsu. Tencent sudah mengantisipasi hal tersebut dengan mewajibkan para pemain untuk memasukkan nama asli sesuai identitas mereka. Tapi bagi Tencent itu tak cukup. Baru-baru ini mereka mencoba cara baru yang lebih canggih, yaitu menggunakan teknologi face recognition.
Face recognition berguna untuk mengenali usia asli pemain berdasarkan bentuk wajah mereka. Saat ini fitur tersebut masih dalam proses uji coba. Sekitar 1000 pemain dari wilayah Beijing dan Shenzhen telah menggunakannya. Sebelumnya, Tencent telah menerapkan teknologi serupa di aplikasi video streaming mereka, yang akan membuat tampilan layar blur bila pemain menonton terlalu dekat.
“Dalam rangka mematuhi kebijakan dan aturan yang relevan dari otoritas berwenang, Tencent akan terus menjalankan eksplorasi yang lebih aktif, terus meningkatkan sistem perlindungan kesehatan online untuk anak-anak di bawah umur yang meliputi kejadian sebelum, selama, dan sesudah penggunaan game online, serta bekerja sama dengan komunitas untuk mempromosikan game yang sehat.” Demikian pernyataan dari Tencent, dilansir dari Variety Gaming dan GamesIndustry.biz.
Pemain Arena of Valor di Indonesia mungkin tak sebanyak Tiongkok. Akan tetapi popularitasnya terus berkembang, terutama berkat kegigihan Garena menggenjot sisi kompetitif dari game tersebut. Akankah Arena of Valor Indonesia menerapkan fitur serupa?
Sumber: Variety Gaming, South China Morning Post, GameIndustry.biz