Di era media sosial seperti saat ini, sebaran hoax (berita bohong) menjadi sesuatu yang sangat serius. Dampaknya dapat mengacaukan masyarakat, tidak hanya di jagat maya, melainkan juga di kehidupan nyata. Banyak kasus buruk yang terjadi akibat hoax, karena banyak oknum yang memang sengaja memanfaatkan hoax sebagai senjata perang mereka. Terlebih di tahun politik seperti saat ini.
Berbagai pihak mencoba secara terus-menerus menanggulangi sebaran hoax. Yang dilakukan pemerintah misalnya, meregulasi melalui UU ITE. Sementara yang dilakukan oleh pengembang platform, mereka berusaha menyediakan fitur pelaporan berita dan penyaringan. Termasuk yang dilakukan WhatsApp beberapa waktu terakhir dengan membatasi fitur Forward.
Melalui riset ini, DailySocial mencoba mendalami karakteristik persebaran hoax dari sudut pandang penggunaan platform. Bekerja sama dengan Jakpat Mobile Survey Platform, kami menanyakan kepada 2032 pengguna smartphone di berbagai penjuru Indonesia tentang sebaran hoax dan apa yang mereka lakukan saat menerima hoax.
Berikut ini beberapa temuan yang didapatkan:
- Informasi hoax paling banyak ditemukan di platform Facebook (82,25%), WhatsApp (56,55%), dan Instagram (29,48%).
- Sebagian besar responden (44,19%) tidak yakin memiliki kepiawaian dalam mendeteksi berita hoax.
- Mayoritas responden (51,03%) dari responden memilih untuk berdiam diri (dan tidak percaya dengan informasi) ketika menemui hoax.
Selain itu masih banyak temuan lain, misalnya frekuensi menerima berita hoax, cara yang paling banyak dilakukan untuk mendeteksi hoax, dan lainnya. Untuk hasil riset selengkapnya, unduh laporan “Hoax Distribution Through Digital Platforms in Indonesia 2018” secara gratis.