Hari pertama perhelatan Bekraf Game Prime (BGP) 2018 banyak diisi workshop yang menghadirkan panelis dari industri game lokal. Sesuai dengan tema kegiatan BGP kali ini, yaitu mempromosikan pengembang game lokal secara global, para pembicara yang dihadirkan banyak mengupas kiat sukses dan suka duka selama menjadi pengembang game atau bekerja di perusahaan game asing.
Pentingnya membangun jaringan
Salah satu narasumber yang dihadirkan adalah CEO Agate Studio Arief Widhiyasa yang telah sukses mengembangkan bisnisnya untuk kalangan B2B dan B2C. Kepada pengunjung yang kebanyakan berasal dari kalangan mahasiswa hingga pengembang game, Arief menceritakan cara terbaik untuk membangun relasi hingga jaringan dengan sesama pelaku di industri game.
“Kegiatan seperti BGP memang ideal untuk berkenalan dengan sesama pengembang game, namun idealnya fokus kepada kualitas perkenalan daripada kuantitas. Bina hubungan baik dengan jumlah kecil orang yang tepat dibandingkan dengan jumlah yang banyak.”
Meskipun jumlah pengembang game Indonesia yang sukses belum terlalu banyak, menurut Arief industri game memiliki jaringan yang cukup “friendly” dibandingkan dengan industri e-commerce atau lainnya. Masih banyak senior dan pakar yang bersedia berbagi pengalaman, informasi, dan kiat sukses menjalankan bisnis di industri game.
“Temukan senior atau pakar yang sesuai dengan minat saat mulai mengembangkan game. Dari situlah biasanya informasi soal manajemen hingga teknis bakal banyak didapatkan,” kata Arief.
Sementara itu, menurut CEO Arsanesia Adam Ardisasmita, selain kegiatan seperti konferensi, ekshibisi, dan gelaran seperti BGP, kesempatan bertemu secara “one-on-one” dengan pihak yang relevan dalam bisnis game, juga sebaiknya dilakukan. Perkenalkan proyek yang sedang dikerjakan dan bina hubungan baik usai pertemuan berlangsung.
“Dari accidental meetup tersebut, jika di-follow up segera, bisa menjadikan peluang bisnis yang baik untuk Anda pengembang game,” kata Adam.
Game studio asal Bandung ini fokus mengembangkan game kasual di platform mobile. Salah satu game yang cukup sukses mendulang ratusan ribu unduhan adalah Roly Poly Penguin. Pada tahun 2015, Arsanesia mulai masuk ke dunia edukasi melalui unit bisnis yang bernama Arsa Kids.
Tingkatkan kualitas keahlian
Selain persoalan networking, turut dihadirkan juga narasumber yang bekerja di perusahaan game mancanegara. Mereka adalah Elizabeth Galuh dari Streamline Studio dan Ian Purnomo dari Sony Interactive Entertainment.
Sebagai salah satu Project Manager di Streamline Studio, Elizabeth mengajak lebih banyak mahasiswa dan pengembang lokal untuk menguasai keahlian yang diminati. Apakah itu sebagai seorang 3D Artist atau programmer, pastikan pengetahuan hingga wawasan dikuasai sebelum bekerja di perusahaan asing.
“Intinya perusahaan game asing tersebut ingin keahlian yang kita miliki bisa diterapkan sesuai dengan pekerjaan yang ditempati. Untuk itu asah terus keahlian dan pelajari benar engine yang bakal digunakan nantinya,” kata Elizabeth.
Selama bekerja di Streamline Studio, Elizabeth membawahi anggota tim yang bertanggung jawab menyelesaikan sebuah proyek. Kontribusi masing-masing anggota tim akan mempengaruhi hasil akhir proyek tersebut.
Sementara itu, bagi Ian Purnomo yang memegang posisi Public Relation dan Developer Relation di Sony, fokus kegiatan pemasaran wajib dilakukan saat game bakal diluncurkan. Bukan hanya informasi, kegiatan ini juga sarat dengan aktivasi online dan offline.
“Untuk bisa menambah wawasan yang ada, jangan sungkan untuk memainkan dan mencoba berbagai game. Seperti saat ini yang tengah populer adalah Mobile Legends. Cari tahu keistimewaannya dan bagaimana game tersebut bisa memberikan inspirasi terhadap proyek yang saat ini tengah dikembangkan,” ungkap Ian.
–
Disclosure: DailySocial adalah media partner Bekraf Game Prime 2018