Pada tanggal 26 Maret 2018 lalu, Grab secara resmi mengumumkan akuisisinya terhadap unit bisnis Uber di Asia Tenggara. Kabar tersebut disampaikan langsung oleh Co-Founder & Group CEO Grab Anthony Tan. Inisiatif tersebut diakukan untuk memperkuat visi layanan Grab di Asia Tenggara, untuk menciptakan layanan transportasi hemat biaya.
Kini seluruh layanan Uber telah berhenti beroperasi di Asia Tenggara, tak terkecuali di Indonesia. Lantas memunculkan pertanyaan, bagaimana dengan basis konsumen yang sudah dimiliki Uber? Ke mana mereka bertransisi, mengingat layanan on-demand sudah menjadi kebutuhan banyak orang? Apa yang mereka harapkan dari layanan on-demand baru yang digunakan?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, DailySocial bekerja sama dengan JakPat Mobile Survey Platform melakukan survei terhadap pengguna Uber dari berbagai kota wilayah operasional Uber di Indonesia.
Dari survei tersebut ada beberapa temuan menarik, di antaranya:
- Sebanyak 54,53% responden mengaku berpindah ke layanan Grab, sedangkan 44,71% berpindah ke layanan GO-JEK.
- Biaya yang lebih murah menjadi salah satu pertimbangan utama responden saat beralih ke layanan on-demand
- Isu yang kerap dialami pengguna saat dulu menggunakan Uber adalah mitra pengemudi yang kadang sulit ditemui.
- Sebanyak 77,94% responden mengharapkan layanan Uber kembali beroperasi di Indonesia seperti sedia kala.
Selain empat poin di atas, ada beberapa temuan lain yang berhasil dirangkup dalam survei. Termasuk mengetahui layanan apa yang paling mudah ditemui di sekitar tempat tinggal responden, hal apa yang menjemukan dari layanan Uber, hingga faktor yang mempengaruhi mereka dalam memilih sebuah layanan on-demand.
Laporan selengkapnya dapat diunduh gratis melalui tautan berikut ini “Uber Consumer Transition Survey 2018”.