Kepopularitasan eSport tak cuma membuat khalayak awam lebih melek terhadap potensi gaming, tapi juga memunculkan lebih banyak pilihan produk buat gamer. Di ranah gaming gear, reputasi merek-merek seperti Zowie dan Rapoo mulai merangkak naik. Umumnya perusahaan menjajakan perangkatnya sebagai alternatif lebih terjangkau yang dipadu keunikan distingtif.
Setelah mencicipi Rapoo VPro V25s, kali ini saya mendapatkan kesempatan buat menguji saudarinya yang ‘lebih serius’ dan lebih high-end. Produsen periferal komputer asal Shenzhen itu menamainya V910, mouse spesialis permainan MMO bersensor laser. MMO sendiri mempunyai cakupan yang luas. Gamer mungkin akan mengasosiasikannya dengan MMORPG, namun perlu diingat bahwa ada pula permainan-permainan MMOFPS (PlanetSide 2) dan MMORTS (Age of Empires Online).
Itu berarti, Rapoo mencoba menyiratkan bagaimana mouse gaming VPro V910 sanggup menjadi rekan andalan saat Anda menikmati game-game online, terlepas apapun genre-nya. Dan lewat ulasan ini, saya mencoba mengungkapkan segala kelebihan serta kekurangan yang disimpan olehnya, sembari mencari tahu apakah klaim Rapoo terhadap V910 bisa dipertanggungjawabkan…
Desain
V910 mempunyai pendekatan desain yang cukup berbeda dari V25s. Mouse gaming ini difokuskan pada faktor ergonomis, mengusung penampilan asimetris menajam. Arahan ini memberikannya kesan futuristis, namun lengkungan-lengkungan dan penempatan tombol di tubuhnya juga memastikan hanya gamer non-kidal saja yang dapat memanfaatkan V910 secara maksimal.
Begitu V910 dikeluarkan dari bungkusnya, para gamer veteran mungkin akan segera melihat sejumlah kesamaan dengan Logitech G502 Proteus. Itu berarti, segala aspek yang Anda sukai (dan tidak disukai) dari sang kompetitor terdapat pada V910. Perangkat ini memiliki dimensi 13,1×7,7cm dan berdiri setinggi 4,2-sentimeter. Tubuhnya terbuat dari plastik dengan kombinasi permukaan berbeda sehingga Rapoo bisa meminimalkan bobotnya – hanya 155g.
Begitu saya menggenggamnya, secara instingtif saya segera menempatkan jempol di ruang melengkung di sisi kiri lalu mengamankan bagian kanannya dengan jari manis dan kelingking. Tubuh mouse ini dibalut plastik rubberized untuk memaksimalkan daya cengkeraman, kecuali pada area jempol. Di sana, Rapoo mencantumkan lapisan karet dengan pola titik-titik bundar kecil.
Tubuh VPro V910 didominasi warna hitam, kecuali pada garis ‘V’ di bagian punggung dan area yang membingkai scroll wheel. Di sana, Rapoo mencantumkan warna abu-abu metalik, meski bahannya tetaplah plastik.
VPro V910 menyajikan dua tombol utama, satu tombol scroll wheel dan sebuah switch DPI. Di samping kiri tombol utama, Anda dapat menemukan sepasang tombol zoom. Beralih ke bawah, mouse menyajikan tidak kurang dari enam thumb button, ada tombol G1 sampai G5 plus satu tombol dengan icon crosshair.
LED RGB
Untuk menyempurnakan aspek estetika, produsen tidak lupa memanfaatkan sistem pencahayaan RGB. Sama seperti keseluruhan tema mouse ini, LED diimplementasikan secara asimetris: dimulai dari pojok kanan bawah ke kiri, lalu melintas di sisi ujung kiri tubuh sampai ke depan, kemudian membelok lagi ke arah kanan. RGB juga diterapkan pada scroll wheel, logo VPro di punggung dan switch DPI, namun LED di sana tidak mengikuti pola di zona lain karena berfungsi sebagai indikator sensitivitas.
Di mode default sebelum VPro Unified Driver diinstal, V910 dapat membaca keberadaan tangan Anda di dekatnya. RGB akan menyala begitu tangan menggenggamnya dan segera nonaktif (kecuali indikator switch DPI) saat Anda tidak memegangnya. Software tersebut mempersilakan kita untuk memprogram ulang fungsi tiap tombol dan mengutak-atik RGB-nya.
VPro Unified Driver
Saya belum bisa memastikan apakah software yang dahulu pernah saya instal di PC untuk mengkonfigurasi V25s juga mampu mendeteksi V910. Software ini saya dapatkan dari laman support khusus model V910, mempunyai nama file installer bertuliskan ‘V910 Setup’. Dengan kata ‘Unified’ di namanya, seharusnya app ini siap mendukungan model mouse berbeda.
Saat aplikasi dibuka, Anda disuguhkan lima pilihan menu: ada Main, LED Control, Macro Editor, Trophy dan Help. Tiap kustomisasi yang Anda buat bisa disimpan ke profile berbeda. Rapoo menyediakan lima slot. Ini dia detail dari masing-masing opsi menu:
Di Main, Anda dapat mengubah-ubah level DPI lebih lanjut, mengatur kecepatan kursor dan sensitivitas scroll wheel, sampai mengubah fungsi tiap tombol. Anda juga dapat menggunakan mode office, MOBA serta shooter.
LED Control mempersilakan Anda dapat memilih preset warna, menentukan komposisinya dari palet RGB, mengonfigurasi pola dan tingkat kecerahan, serta menyala-matikan fitur sensor proximity.
Sesuai judulnya, Macro Editor adalah tempat merekam dan mengonfigurasi macro, juga ditopang sejumlah tool.
Trophy menjabarkan pencapaian yang Anda raih dengan V910. Ia memperlihatkan seberapa banyak Anda menekan tombol tertentu, menggunakan scroll wheel ataupun menggeser mouse. Kian sering digunakan, maka ‘pangkat’ Anda akan semakin tinggi.
Di Help, Anda bisa meng-update software ini serta firmware V910, atau mengembalikan mouse ke setting pabrik.
Spesifikasi
Rapoo V910 diotaki oleh chip ARM 32-bit V-power 3 untuk mengolah segala macam input yang diterimanya, dan dibantu unit memori on-board. Berkat dukungan chip itu, mouse kabarnya mampu menyajikan report rate 1MHz secara konsisten serta dapat membaca akselerasi 30g. Sensor lasernya menunjang setting DPI di 400 sampai 8.200. Tapi Anda perlu menginstal VPro Unifiend Driver buat menyetel DPI tertinggi. Secara default, V910 memilihkan setting maksimal di 2.400DPI.
Dari diskusi saya bersama representasi Rapoo di Indonesia, VPro V910 dibekali switch Omron. Switch ini umumnya menjanjikan daya tahan hingga 50 juta kali klik. Mouse tersambung ke PC via kabel braided sepanjang 1,8-meter dengan kepala USB berlapis emas.
Menariknya lagi, mouse tetap dapat mendeteksi gerakan meski posisinya sedang terangkat, paling tinggi sejauh 5-milimeter. Berkat kapabilitas ini, momentum gerakan tidak terputus walaupun tangan bergerak tak sengaja atau Anda mencoba mencari pose yang lebih nyaman – sangat membantu saat Anda sedang serius bermain.
Pengalaman penggunaan
Selama beberapa minggu ini, VPro V910 setia menemani saya bekerja ataupun bermain. Saya tidak merasakan adanya kendala saat mouse dipakai buat meng-edit gambar. Proses cropping yang membutuhkan keakuratan tinggi dapat ditanganinya dengan baik. Tentu saja, V910 juga saya gunangan untuk menikmati game-game seperti Ni No Kuni 2, Final Fantasy XV, Overwatch dan Assassin’s Creed Origins. Proses adaptasinya tidak memakan waktu terlalu lama.
Sebagai acuan, saya adalah pengguna mouse dengan postur mencakar (claw grip). Menurut saya, gaya ini memaksimalkan kekuatan jari dalam menekan tombol serta memudahkan kita mengubah posisi mouse. Kebiasaan lain saya adalah menempatkan pangkal telapak tangan di luar punggung mouse.
Karena tubuh V910 yang cukup tinggi dan memanjang, jari saya sedikit kesulitan untuk meraih tombol-tombol yang berada di area depan, misalnya tombol Zoom +, G3 dan tombol crosshair. Agar dapat menjangkaunya, saya perlu mengangkat telapak tangan, kemudian baru kembali ke posisi awal. Dari sini satu hal bisa kita pelajari: V910 lebih cocok buat gamer berjari panjang.
Kabar gembiranya, gerakan apapun yang saya buat, V910 tetap bisa menerjemahkannya sebagai input kendali secara presisi, walaupun mouse mat saya miliki tidaklah istimewa. Dalam menikmati game-game action, empat mouse feet yang ditaruh di sisi bawah V910 sepertinya lebih cocok dipasangkan ke mouse mat berpermukaan keras ketimbang kain karena gerakan di sana lebih mulus.
Aspek yang harus diperatikan Rapoo lebih baik adalah kemantapan V910 dalam berdiri dan konsistensi tombol. Mouse ini mudah miring begitu saya menekan area kirinya. Di kondisi ini, bagian bawah ‘thumb rest‘ akan mengunci gerakan mouse. Saya juga merasakan sedikit perbedaan resistensi antara kedua tombol utama mouse. Di unit ini, tombol kanan lebih ringan dengan jarak lebih pendek dari tombol kiri.
Saya juga menjumpai sedikit anomali di konstruksi tubuhnya. Tidak ada masalah pada pemanfaatan material plastik – tubuh V910 tetap kokoh dan mantap dalam genggaman. Tetapi saya merasakan pergerakan kecil begitu jempol menekan zona berbeda di thumb rest. Bukan problem besar dan tidak akan memengaruhi performa bermain, namun tetap dapat dirasakan.
Bobot VPro V910 bisa dikonfigurasi lebih jauh dengan menambah dan mengurangi pemberat. Caranya sangat mudah, Anda hanya tinggal membuka panel kecil berbentuk V di sisi bawah mouse. Baik pemberat ataupun penutupnya terpasang via magnet. Namun menurut saya, memasang atau melepas pemberat tidak begitu memberi pengaruh, mengingat bobot total pemberat itu hanya 3,8g.
Konklusi
Perlu diketahui bahwa Rapoo VPro V910 bukanlah produk yang betul-betul baru. Mouse gaming ini diperkenalkan perdana di bulan Agustus 2015, dan dari sedikit riset yang saya lakukan, sudah dipasarkan di situs-situs eCommerce lokal. Rapoo tampakya sengaja menempatkan V910 di rentang harga yang sejajar dengan Logitech G502 Proteus Spectrum, yaitu Rp 900 ribu.
Karena belum pernah mendalami Logitech G502, saya belum bisa menentukan siapa yang terbaik di antara kedua produk ini. Namun kabar baiknya janji V910 dalam menangani game-game online terpenuhi. Periferal khusus MMORPG ataupun MOBA biasanya menawarkan thumb button lebih banyak, tapi tanyakan pada diri sendiri, seberapa sering kita memanfaatkan lebih dari lima tombol jempol?
Menurut saya, hal yang mengurangi kenimatan menggunakan mouse baru adalah waktu adaptasi yang terlalu lama dan V910 lulus ujian ini. Meski begitu, ada sejumlah aspek yang bisa produsen perbaiki, terutama pada struktuktur ‘kuda-kuda’ V910. Akan lebih baik jika tekanan yang diterima mouse di mana pun dari arah atas tidak menyebabkan posisi mouse berubah.
Sparks
- Akurat
- Desain stylish
- Ergonomis dan nyaman
- Kustomisasi mudah via VPro Unified Driver
Slacks
- Konsistensi tombol perlu diperbaiki
- Struktur mouse feet harus diperkokoh
- Desainnya mirip Logitech G502 Proteus Spectrum