Dark
Light

APJII: Penetrasi Pengguna Internet Indonesia Capai 143 Juta Orang

2 mins read
February 19, 2018
APJII merilis hasil survey terbaru dihadiri perwakilan dari Bekraf dan Kominfo / DailySocial

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mengungkapkan penetrasi internet di area rural masih minim, sehingga menjadi pekerja rumah yang harus diselesaikan secara bersama.

Dari hasil survei 2017 yang dirilis APJII, penetrasi pengguna internet berdasarkan kota/kabupaten terkonsentrasi di area urban dengan persentase 72,41%, rural urban (49,49%), dan rural (48,25%). Tingginya penetrasi ini dilihat dari ketersediaan fiber optic dan infrastruktur pendukung lainnya yang menopang aktivitas berinternet.

Hasil survei ini berkaitan dengan penetrasi pengguna internet secara total di Indonesia yang tumbuh tipis hampir 8 persen menjadi 143,26 juta jiwa atau 54,68% dari total populasi 262 juta orang. Dibandingkan hasil sebelumnya sebesar 132,7 juta jiwa.

Menurut asosiasi, kenaikan tipis ini lantaran pertumbuhan penetrasi internet di urban sudah melamban karena dukungan infrastrukturnya yang semakin membaik. Berbanding terbalik dengan kondisi di rural urban dan urban.

Namun demikian, APJII meyakini kualitas internet ke depannya akan semakin lebih baik karena masih berlangsungnya realisasi mega proyek pemerintah Palapa Ring. Proyek tersebut menjadi harapan APJII agar penetrasi internet semakin merata di seluruh daerah.

“Pertumbuhan [penetrasi] tinggi di urban karena infrastrukturnya lengkap sehingga kualitasnya bagus. Akan tetapi untuk di rural perlu ditingkatkan,” terang Sekjen APJII Henri Kasyfi, Senin (19/2).

Perangkat yang digunakan pengguna dalam mengakses internet adalah smartphone. Di area urban kepemilikan smartphone mencapai 70,96%, rural urban (45,42%), dan rural (42,06%. Sedangkan komputer cenderung lebih sedikit digunakan, urban (31,55%), rural urban (23,42%), dan rural (23,83%).

Bila dilihat dari komposisi penyebaran pengguna internet, Pulau Jawa masih mendominasi dengan persentase 58,08%, Sumatera (19,09%), Kalimantan (7,97%), Sulawesi (6,73%), Bali-Nusa (5,63%), dan Maluku-Papua (2,49%%).

Sementara dari komposisi pengguna berdasarkan usia, rentang usia 19-34 tahun menjadi kontributor utama dengan persentase 49,52%, 35-54 tahun (29,55%), 13-18 tahun (16,68%), dan lebih dari 54 tahun (4,24%). Dilihat dari jenis kelamin, laki-laki (51,43%) mendominasi perempuan (48,57%).

Perilaku pengguna internet

Lebih lanjut beberapa poin yang menarik dari survei APJII, durasi penggunaan internet per hari paling besar terletak dalam kurun waktu 1-3 jam (43,89%). Lalu diikuti durasi dari 4-7 jam (29,63%) dan lebih dari 7 jam (26,48%).

Jenis layanan yang diakses pengguna terbanyak adalah aplikasi chatting (89,35%), media sosial (87,13%), mesin pencari (74,84%), lihat gambar/foto (72,79%), lihat video (69,64%), dan sisanya aktivitas berinternet lainnya. Aktivitas terkecil dari hasil survei adalah mengakses perbankan (7,39%).

Minimnya pemanfaatan aplikasi perbankan, menurut APJII karena faktor keamanan internet yang masih menjadi isu bagi pengguna internet. Responden menyebut mereka sadar data dapat diambil (65,98%) dan sadar dengan penipuan di internet (83,98%).

Untuk itu, responden merasa penting (61,38%) untuk menjaga kerahasiaan data di perangkatnya dan memasang anti virus di dalamnya (58,52%).

Di sampung itu, bila dilihat dari pemanfaatan internet untuk bidang ekonomi, diungkapkan oleh APJII terbanyak dilakukan untuk aktivitas cari harga (45,14%), membantu pekerjaan (41,04%), informasi membeli (37,82%), beli online (32,19%), dan terkecil adalah jual online (16,83%).

Aplikasi lokal pun diungkapkan masih minim peminat untuk digunakan orang Indonesia. Dari responden yang dikumpulkan APJII, mayoritas menjawab jarang (56,79%), sering (23,46%), tidak pernah (14,2%), dan sering (5,56%).

Gunakan teknik sampling berbeda

Untuk survei kali ini, APJII mengumpulkan 2.500 responden, lebih banyak dari sebelumnya 1.250 responden. Teknik sampling yang dipakai adalah multi-stage cluster sampling dan mengumpulkan data lewat wawancara yang dibantu dengan kuesioner.

Dengan teknik baru ini, APJII ingin menelusuri lebih jauh penetrasi internet lebih jauh berdasarkan wilayahnya. Beda dengan teknik sebelumnya yang memakai probability sampling area berdasarkan analisa provinsi.

“Dengan survei ini bisa menjadi zooming isu berdasarkan daerah. Nah daerah yang butuh intervensi khusus dari hasil survei ada di area rural,” pungkas Henry.

Untuk mengetahui lebih lanjut hasil survei APJII, silakan unduh di tautan ini.

boss-katana-air-ialah-amplifier-gitar-nirkabel
Previous Story

Boss Katana-Air Ialah Amplifier Gitar Nirkabel Pertama di Dunia

Next Story

Strategi Pemasaran Digital untuk Startup dan Penerapannya

Latest from Blog

Don't Miss

Survei APJII: Penetrasi Internet di Indonesia Capai 73,7 Persen

Survei terbaru Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menunjukkan jumlah
Trafik internet lokal mulai meningkat karena layanan OTT asing mulai menempatkan konten di jaringan lokal dengan konsep "direct peering"

Strategi ISP Mengatasi Layanan OTT “Rakus Bandwidth”

Kisah Telkom dan Netflix memasuki babak baru. Membuka blokir layanan