Masih banyak masalah di Indonesia yang bisa dipecahkan dengan teknologi. Setidaknya itu juga yang dipercaya oleh Dodi Setiawan, salah satu founder untuk AdaKopi. Layanan yang didesain untuk menghubungkan petani kopi dengan perusahaan atau siapa pun yang membutuhkan biji kopi.
Saat ini AdaKopi tengah mempersiapkan peluncurannya. Kabarnya Januari tahun 2018 AdaKopi siap untuk beroperasi dengan terjun langsung menjangkau petani kopi yang ada di Lampung,
AdaKopi seperti banyak platform hasil pertanian lain di Indonesia berusaha memangkas jarak yang selama ini ada antara petani kopi dengan mereka yang membutuhkan biji kopi seperti eksportir, pabrik dan pengusaha Kopi yang berada di Lampung. AdaKopi menjadi platfrom penghubung dengan harapan bisa memberikan harga dan kualitas terbaik bagi kedua belah pihak.
Dodi dibantu dengan dua temannya, Niki Rahmadi Wiharto yang berperan sebagai CTO dan Ahmad Taqiyudin sebagai CMO. Keduanya bahu membahu menghadirkan platform AdaKopi baik untuk web maupun untuk platform mobile. Termasuk juga menjalin kerja sama dengan berbagai pihak untuk bisa lebih mendekatkan diri dengan petani kopi yang ada di Lampung.
“Kami sedang proses develop apps, jadi kami belum memiliki petani terdaftar namun kami bekerja sama dengan Nuttie Coffee yang memiliki 8000 petani kopi tersertifikasi di Tanggamus dan rencananya awal tahun depan kami mulai edukasi petani dan pada musim panen tahun 2018, kami akan mulai layanan kami,” terang Dodi.
Dodi dan kawan-kawan tampak menunggu momentum sambil menyiapkan layanannya. Ketika musim panen kopi tiba layanannya diharapkan sudah siap dan bisa digunakan oleh para petani. Selain harga ada hal lain yang juga diharapkan, salah satunya adalah menjaga kualitas biji kopi yang diperjualbelikan melalui sistem verifikasi yang dilakukan oleh tim AdaKopi. Setelah kualitas memenuhi standar baru petani kopi bisa menerima penawaran yang diajukan oleh pembeli dan petani bisa memilih penawaran yang sesuai.
“AdaKopi dibentuk untuk efisiensi rantai distribusi kopi sehingga harga kopi di tingkat petani lebih tinggi dan tidak ada praktik tengkulak. Sebenarnya petani itu hanya menginginkan kepastian harga dan itu yang tidak mereka dapat selama ini, dengan AdaKopi petani dapat melihat penawaran harga dari pembeli dan akan selalu di-update setiap waktu. Selain itu, untuk meyakinkan petani kami sedang upayakan berkoordinasi dengan Pemda atau dinas perkebunan setempat,” pungkas Dodi.