Besarnya minat kalangan perempuan di Indonesia mengonsumsi produk fesyen dan kecantikan membuat banyak layanan startup lokal hingga asing melirik peluang tersebut. Salah satu startup lokal yang baru meluncur memanfaatkan peluang tersebut adalah Yuna. Yakni dengan menghadirkan aplikasi mobile yang didukung teknologi Artificial Intelligence.
Dalam acara temu media hari ini (13/12), CEO Yuna & Co Winzendy Tedja mengungkapkan, bahwa ide dibuatnya aplikasi fesyen yang berfungsi seperti “matchmaker” ini berawal dari pengalaman pribadinya melihat kebiasaan dan tren di kalangan perempuan terkait dengan fesyen.
“Untuk bisa membuat style lebih personal saya pun kemudian bersama dengan co-founder lainnya memutuskan untuk membuat aplikasi yang bisa mempertemukan brand dengan pengguna berdasarkan kesukaan dan preferensi.”
Aplikasi yang saat ini sudah bisa diunduh di platform Android dan iOS ini menampilkan pilihan gaya sesuai dengan selera dari pengguna. Nantinya berdasarkan gaya personal tersebut, data yang dikumpulkan oleh Yuna akan mencocokkan pengguna dengan produk dari sekitar 40 brand yang saat ini sudah terdaftar di Yuna.
“Secara keseluruhan brand yang bergabung di Yuna adalah brand premium, atau mereka yang memiliki toko di layanan e-commerce hingga toko fisik. Kami sengaja menghadirkan koleksi yang premium menargetkan kalangan perempuan yang membutuhkan asisten pribadi dalam hal menentukan fesyen yang sesuai,” kata Winzendy.
Asisten virtual Yuna berbentuk chatbot
Berbasis chat message, mulai proses awal pendaftaran, pemilihan gaya yang sesuai, hingga memandu ke brand yang sesuai, chatbot Yuna cukup aktif tampil di aplikasi, membantu pengguna layaknya asisten pribadi yang sesungguhnya.
Disinggung tentang perbedaan yang signifikan antara personal assistant Yuna dengan layanan e-commerce, Winzendy menegaskan fitur chatbot Yuna bisa dimanfaatkan brand untuk berkomunikasi secara langsung dengan pengguna atau calon pembeli.
“Dengan demikian memungkinkan untuk brand mengetahui dengan langsung keinginan dan selera dari calon pembeli dari aplikasi,” kata Winzendy.
Dengan fitur yang tergolong unik, aplikasi fesyen dengan konsep matchmaking ini diklaim merupakan yang pertama di Indonesia. Aplikasi Yuna bisa digunakan secara gratis oleh pengguna. Sementara untuk melancarkan monetisasi, Yuna akan memberlakukan subscription fee untuk brand, yang membutuhkan data serta fitur menarik lainnya dari Yuna.
“Berapa komisi yang kami dapatkan dari brand tidak bisa saya ungkapkan, namun kami menjamin brand bisa mendapatkan akses yang akurat seputar consumer behaviour dan fitur menarik lainnya yang bisa membantu mendorong penjualan,” kata Winzendy.
Target Yuna tahun 2018
Sejak meluncurkan aplikasi versi iOS bulan Mei 2017, fokus Yuna saat ini masih kepada peningkatan jumlah brand yang bergabung di Yuna. Ditargetkan pada kuartal kedua 2018 mendatang, Yuna bisa mendapatkan sekitar 100 brand lokal dan asing yang terdaftar. Secara keseluruhan hingga kini terdapat 50 ribu SKU dengan 1 juta kombinasi produk di Yuna.
“Selain itu kami juga akan menghadirkan fitur-fitur terbaru, melakukan kolaborasi dengan influencer, fashion blogger, brand dan komunitas terkait lainnya untuk memperluas bisnis kami,” tutup Winzendy.