Hari ini (12/12) pengembang platform penyedia tenaga kerja temporer asal Thailand Helpster mengumumkan penutupan putaran pendanaan pra-seri A sebesar 33,8 miliar yang dipimpin oleh Mojo Partners dan Wavemaker. Investor sebelumnya, termasuk Convergence Ventures, turut berpartisipasi dalam pendanaan tersebut. Dengan pendanaan ini, Helpster berhasil mengumpulkan total pendanaan senilai 67,7 miliar rupiah.
Seperti diketahui sebelumnya, Helpster melakukan ekspansi pertamanya ke Indonesia pasca pendanaan awal yang diterima pada akhir 2016 lalu. Mencoba menguasai dua pangsa pasar tersebut, Indonesia dan Thailand, saat ini Helpster memiliki anggota tim sebanyak 60 orang. Helpster didirikan oleh Mathew Ward dan John Srivorakul, yang sebelumnya mendirikan Admax Network, Ardent Capital, Ensogo, dan aCommerce.
“Helpster berbeda dari aplikasi lain karena kami beroperasi seperti agen tenaga kerja resmi. Kami mengelola proses kepegawaian end-to-end. Mulai dari screening, wawancara, hingga pembayaran gaji, semua termasuk ke dalam deskripsi kerja kami. Pada akhirnya, kami ingin menciptakan kembali model agen tenaga kerja baru di wilayah ini,” sambut Ward.
Di Bangkok dan Jakarta, Helpster mengaku telah berhasil memfasilitasi ribuan pekerja untuk mendapatkan pekerjaan temporer setiap bulannya. Bisnis ini memiliki tingkat pertumbuhan month-to-month sebanyak 100 persen dalam hal jumlah hari kerja yang dilakukan oleh penggunanya. Beberapa pelanggan awal platform Helpster di Indonesia termasuk Ismaya Group, Lazada, dan Union Group.
Helpster cukup percaya diri dengan debutnya, karena ditaksirkan pasar tenaga kerja temporer di wilayah Asia Tenggara dapat menghasilkan hingga 94,8 triliun setiap tahunnya. Di lain sisi sebanyak 35 persen pelaku bisnis di wilayah tersebut menginginkan solusi tenaga kerja yang lebih efektif. Dari sisi pengguna (pekerja), Helpster membantu dengan memberikan notifikasi mengenai lowongan kerja dalam aplikasi, serta membebaskan mereka untuk memilih pekerjaan yang ingin mereka lakukan.
Ward menambahkan bahwa penggunaan platform digital sangat penting di Asia Tenggara.
“Ada 100 juta pekerja di Asia Tenggara yang bekerja di bidang jasa. Sebanyak 40 persen dari mereka terikat kontrak atau mengambil kesempatan kerja seadanya dan menemukan pekerjaan melalui saluran offline, namun mayoritas dari mereka kini lebih memilih untuk menggunakan smartphone. Teknologi kini dapat membantu para pelaku bisnis dan pekerja untuk saling menemukan dan terhubung satu sama lain.”