Sejak Go-Jek merambah ke Pontianak sekitar Mei 2017 lalu, diikuti Grab dan Uber, ternyata berdampak negatif terhadap beberapa startup on-demand lokal di Kota Khatulistiwa ini. Terbukti, beberapa startup lokal seperti Tripy, Ponjek, Travella, dan Hay Trans kini sudah tidak beroperasi lagi. Hal ini diakui oleh Ibrahim, salah seorang pendiri Tripy.
Ibrahim mengatakan kepada DailySocial, startup lokal Pontianak seperti Tripy, tak mampu menyaingi startup nasional karena mereka tidak punya modal finansial yang besar. Saat Go-Jek masuk sebulan sebelum Ramadan 2017, transaksi Tripy masih bagus. Lalu Uber masuk Pontianak sebulan kemudian dengan promo gila-gilaan, dengan tarif 15.000 rupiah ke bandara, tidak lama setelah itu, Go-Car beroperasi. Transaksi Tripy hanya bertahan sebulan, lalu manajemen Tripy memutuskan mundur karena beban operasional dan beban server yang besar.
“Mau perang sama perusahaan yang biasa “bakar duit”, kami tak sanggup,” ujar Ibrahim.
Namun, ada juga beberapa startup lokal yang masih sanggup bertahan, seperti Angkuts, Hello Kapten, Delifairy, dan Bujang Kurir. Saat ditemui DailySocial, Riszky Ramadhan selaku owner Bujang Kurir mengatakan, hingga detik ini Bujang Kurir masih bisa bertahan karena banyaknya pelanggan setia mereka, meski terasa ada penurunan order sebesar 10-15%. Hingga detik ini, tercatat 100 order per hari. Startup lokal yang berdiri pada 18 Juni 2015 ini telah diunduh 10.000 kali.
Adanya monopoli dari perusahaan nasional dalam hal delivery order mematikan usaha lokal. Riszky mengatakan tidak pernah menolak adanya startup nasional di Pontianak. Dia cuma meminta adanya regulasi yang jelas dari pemerintah daerah mengenai tarif, zona, dan perekrutan tenaga driver.
“Saya minta perhatian pemerintah daerah berupa perwa dan perda untuk melindungi startup lokal agar mampu bersaing dengan startup nasional. Kita tidak bisa menolak kemajuan teknologi, tapi itu bisa dikontrol,” tegasnya.