Dark
Light

Antikode, Tawarkan Jasa Konsultasi UI dan UX untuk Perusahaan

1 min read
November 10, 2017
Antikode, Tawarkan Jasa Konsultasi UI/UX Untuk Perusahaan / Antikode

Membuat UI (User Interface) dan UX (User Experience) itu bukan perkara mudah, perlu orang ahli. Sebab banyak faktor yang perlu diperhatikan agar pesan yang diinginkan bisa tersampaikan dengan sempurna ke calon pengguna. Apalagi di era saat ini, kebutuhan perusahaan terhadap expertise di bidang UI/UX makin besar, baik untuk desain ataupun development.

Nick Yudha punya pengalaman buruk dua kali ditipu tanpa hasil saat dia merintis layanan e-commerce, Monstore. Pengalaman tersebut kemudian menginspirasi dirinya untuk mengembangkan jasa konsultasi UI/UX, dengan nama Antikode pada tahun 2012.

“Dengan harapan, Antikode bisa menjadi solusi untuk bisnis-bisnis yang membutuhkan website atau aplikasi mobile tanpa perlu pusing, sehingga mereka bisa fokus ke core business-nya,” terang Nick kepada DailySocial.

Bisnis model Antikode, perusahaan bertindak sebagai konsultan untuk bisnis yang memerlukan jasa UI/UX. Mulai dari tahap riset, desain, sampai pengembangan lanjutan di website, aplikasi mobile, atau platform lainnya.

Perusahaan juga membantu klien untuk memastikan bahwa produknya bisa dipakai dengan baik oleh pengguna. Caranya dengan melakukan usability testing dan beberapa teknik UX research lainnya. Beberapa klien yang pernah menggunakan jasa Antikode di antaranya Bank Mandiri untuk proyek Mandiri Online, Bekraf untuk BIIMA Mobile App, Brightspot Market untuk situsnya, Polytron untuk Fira OS, dan lainnya.

Dalam monetisasinya, Nick menjelaskan bahwa klien bisa menyewa jasa Antikode per proyek atau retainer. Namun secara jasa dan biaya cukup fleksibel tergantung kebutuhan klien yang biasanya kami taksir per masing-masing proyek.

Dari setiap proyek yang dikerjakan, sebagian besar perolehan keuntungan selalu diputar oleh Antikode untuk eksplorasi servis baru dan produk lain yang diharapkan bisa menjadi nilai tambah untuk klien perusahaan.

“Sejauh ini, Antikode kebetulan masih highly profitable dan menggunakan dana sendiri untuk operasional, ekspansi, maupun investasi ke bisnis lain.”

Investasi ini penting, sebab menurut Nick, bagi perusahaan yang bergerak secara khusus di UI/UX, tantangan utamanya adalah memastikan bahwa sebuah produk itu tidak hanya terlihat bagus secara visual. Tapi juga tepat sasaran ke pengguna dan pastinya bisa digunakan dengan baik.

Untuk rencana jangka pendek, bersama dengan Antikode, Nick ingin meningkatkan awareness masyarakat mengenai pentingnya UI/UX dan brand Antikode itu sendiri. Secara jangka panjang, dia ingin memperluas brand/servis/produk yang kami buat tidak hanya di Indonesia, tapi juga di mancanegara.

Previous Story

Google Uji Files Go, Aplikasi untuk Memanajemen dan Berbagi File Antar Perangkat Android

Next Story

Pundi X Berhasil Kantongi $4 Juta di Periode Pre-Sale ICO

Latest from Blog

Don't Miss

Startup pengembang teknologi imersif Arutala memproduksi aplikasi berbasis teknologi Virtual Reality (VR), Augmented Reality (AR), Mix Reality (MR), PC Simulator, hingga 360° Video untuk berbagai sektor bisnis

Komitmen Arutala Percepat Implementasi Teknologi Imersif untuk Bidang Edukasi

Sebelum istilah metaverse ramai dibicarakan, banyak pihak yang skeptis dengan
Jajaran founder VCGamers / VCGamers

VCGamers Dapat Pendanaan 37,3 Miliar Rupiah, Hadirkan Platform Social Commerce dan NFT untuk Game

VCGamers merupakan sebuah platform social commerce untuk pemain game. Baru-baru