Pasca akuisisi terhadap startup manajemen dan analisis event Loket, Go-Jek dikabarkan masih terus mencari startup yang bisa “diambil alih”. Berdasarkan informasi dari tiga sumber yang berbeda, disebutkan perusahaan yang dinakhodai Nadiem Makarim ini masih mencari sekitar 4-5 perusahaan lagi yang bakal diakuisisi dalam usaha menguasai sektor on-demand.
Dalam perjalanannya selama dua tahun terakhir, setidaknya Go-Jek telah mengakuisisi 4 startup teknologi dari India (kemudian menjadi basis Go-Jek Engineering India), 1 startup pembayaran (menjadi basis layanan e-money Go-Pay), dan 1 startup event (Loket).
Akuisisi membantu mengakselerasi adopsi Go-Jek terhadap penguasaan teknologi dan kepemilikan pasar. Salah satu yang paling strategis adalah akuisisi terhadap pemilik lisensi e-money yang terbukti memang tidak mudah mendapatkannya.
Tak cuma layanan transportasi
Go-Jek kini tidak bisa dilihat hanya sebagai layanan transportasi. Bisnis Go-Jek kini sudah menggurita ke layanan pengantaran makanan (Go-Food), layanan pembelian tiket kegiatan hiburan (Go-Tix), layanan pembelian barang kebutuhan sehari-hari (Go-Shop dan Go-Mart), layanan pembersihan rumah (Go-Clean), layanan kecantikan dan kesehatan (Go-Glam dan Go-Massage), dan lain-lain.
Jika melihat sejarah akuisisi yang dilakukan Go-Jek, setelah Loket yang memperkuat pengalaman penggunaan Go-Tix, bisa jadi langkah selanjutnya adalah akuisisi terhadap startup yang memperkuat Go-Clean, Go-Mart, atau Go-Med sekalipun. Yang terakhir sudah dipegang perusahaan afiliasi, karena Go-Jek tercatat sebagai investor HaloDoc.
Meskipun demikian, tak tertutup peluang Go-Jek mengakuisisi vertikal lain, bahkan macam perusahaan pengembang game sekalipun, karena salah satu yang ingin dilakukan adalah adopsi penggunaan Go-Pay di berbagai layanan.
Khusus untuk Go-Food, Go-Jek sedang tahap implementasi Go-Resto yang menyederhanakan proses pemesanan makanan. Nantinya setiap mitra restoran memiliki akun Go-Pay, sehingga pembayaran dari konsumen (melalui Go-Pay) bisa langsung masuk ke rekening restoran. Mitra pengemudi tak perlu repot “menalangi” pesanan yang masuk dan benar-benar hanya menjadi sarana logistik yang mengantarkan makanan dari restoran/warung ke konsumen.
Bermimpi IPO
Masuknya dana segar dari sejumlah perusahaan, yang rumornya kencang sudah masuk sebagai investor adalah Tencent dan JD.com, mendorong Go-Jek untuk terus mempercantik valuasi dan cashflow. Go-Jek bisa dibilang kini memiliki cadangan dana yang cukup untuk melakukan scale di dua arah, menambah jangkauan kota sekaligus meningkatkan kualitas diversifikasi layanannya.
IPO menjadi jalan yang dianggap logis karena akuisisi untuk perusahaan sebesar Go-Jek yang bermain di pasar on-demand tidak mudah. Belum lagi sentimen nasionalisme karena dua pesaing Go-Jek berasal dari negara asing. Apa jadinya jika Go-Jek nanti diakuisisi Softbank, Didi, atau bahkan Alibaba?
Meski demikian, seandainya jadi melakukan IPO pun, rencana tersebut tidak akan dilakukan dalam waktu dekat. Disebutkan secepat-cepatnya langkah itu baru terlaksana di tahun 2020 mendatang.
Dua rencana go public yang akan diadakan startup teknologi lokal di BEI akhir tahun ini akan menjadi test case bagaimana penerimaan publik terhadap perusahaan teknologi yang selama dikenal mengutamakan pertumbuhan ketimbang cashflow dan revenue.