Kementerian Perindustrian tengah memfokuskan diri untuk pembenahan gudang data (database) yang valid dan akurat untuk dukung kapasitas dan daya saing industri kecil menengah (IKM) di seluruh Indonesia. Hal ini dimaksudkan agar program pembinaan dan bantuan dari pemerintah bisa berjalan sesuai dengan kebutuhan IKM.
Direktur Jenderal IKM Kemenperin Gati Wibawaningsih mengatakan tahun ini pihaknya akan fokus ke pembenahan database IKM di Indonesia. Salah satunya adalah untuk pelaksanaan program e-Smart IKM yang dimulai tahun ini.
“e-Smart IKM menjadi virtual sentra IKM, mediator IKM dengan e-commerce, serta menjadikan branding IKM yang telah diintegrasikan dengan marketplace dan e-commerce yang telah ada dan beroperasi di Tanah Air,” terangnya.
Gati berharap lewat program e-Smart IKM ini fungsi marketplace dapat lebih optimal dengan menjadi etalase produk sendiri, bukan menjadi reseller produk negara lain. Pasalnya, di dalam marketplace sekitar 95% adalah barang impor.
Ditargetkan pada 2018, pasar produk IKM dan pasar kebutuhan IKM telah terintegrasi dalam program tersebut.
“Nanti jika IKM sudah kuat dan mampu menghasilkan produk berkualitas, maka marketplace akan dipasok oleh IKM, saat ini sudah kerja sama dengan Bukalapak.”
IKM juga berperan penting dalam penyerapan tenaga kerja di dalam negeri karena menjadi sektor mayoritas dari populasi industri di Indonesia.
Ditjen IKM mencatat nilai tambah IKM pada 2014 sekitar Rp373 triliun menjadi Rp439 triliun di 2015 atau naik 17,6%. Tahun lalu nilai tambah IKM tembus di angka Rp520 triliun. Jumlah tersebut berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah IKM Kemenperin.
Pada 2016, IKM tumbuh mencapai 65.983 unit meningkat 4,5% dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun ini jumlah IKM ditargetkan mencapai 182 ribu unit dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 400 ribu orang.