Dark
Light

Layakkah Menjadi Seorang Gamer Hardcore Kelas ‘Sultan’?

3 mins read
February 14, 2017

Tidak ada garis jelas yang memisahkan spektrum dedikasi seorang gamer, namun mayoritas penikmatnya setuju, gamer hardcore adalah mereka yang begitu menyukai aspek kompetisi dan kompleksitas dari permainan video serta selalu mengikuti perkembangannya baik di sisi software maupun hardware. Pendapat lain bilang, keseriusan gamer juga bisa dilihat dari pilihan genre.

Hardcore gamer sendiri terpecah lagi menjadi beberapa tingkatan: ada orang yang sudah cukup gembira dengan definisi standar, serta level para ‘sultan’ – istilah candaan yang diberikan pada gamer kelas atas. Bagi mereka, resolusi full-HD dan frame rate 60 kali per detik masih belum memuaskan. Dan karena alasan itulah sebagian besar gamer hardcore memilih PC, di mana mereka bisa mudah meng-upgrade hardware dan mengonfigurasi setting permainan.

Alvin Inigame 3

Pertanyaannya kini ialah, layakkah kita mengeluarkan uang begitu banyak hanya untuk menekuni hobi ini? Sebagai gamer yang telah berkecimpung di bidang ini selama lebih dari dua dekade, saya pribadi selalu berusaha menemukan titik keseimbangan antara harga dan performa saat membeli hardware. Dan faktanya, gaming di PC tidak semahal asumsi orang. Hanya dengan modal Rp 8 jutaan, komputer Anda sudah bisa memainkan judul-judul blockbuster terbaru.

Alvin Inigame 5

Namun gamer hardcore kelas atas merupakan sebagai spesies berbeda. Mereka menolak konten standar. Dan dari ambisi itu, daftar kebutuhannya jadi memanjang: setup kartu grafis ganda, monitor curved lebar dengan refresh rate ratusan Hertz, keyboard mekanik premium dengan cap custom, oh, belum lagi memilih kursi yang nyaman untuk menopang punggung dan pinggul Anda selama berjam-jam. Jangankan bagi kalangan awam, bahkan sesama gamer hardcore pun kadang tidak mengerti apa yang memotivasi mereka.

Alvin Inigame 2

Mencoba melihat hobi gaming lewat sudut pandang gamer ‘sultan’ sekaligus menjawab pertanyaan tadi, saya menghubungi Alvin Josef Muliaba selaku chief of eCommerce Inigame untuk berdiskusi mengenai hardcore gaming lebih jauh. Saya diundang buat datang ke kantor Inigame yang berlokasi di New Media Tower Gading Serpong, dan segera disambut oleh pemandangan familier.

Alvin Inigame 1

Sebuah PC dengan casing Corsair Crystal 460X berdiri di samping meja. Di atasnya, saya melihat ada monitor Asus 27-inci 2K, steering wheel Logitech G27, dua buah mouse Logitech, serta keyboard mekanik Corsair K70 Cherry MX Red. Dari pengakuannya. Alvin membayarkan uang hampir Rp 40 juta untuk case dan hardware, Rp 9,5 juta lagi buat monitor, hampir Rp 2 juta untuk papan ketik, Rp 3 juta lebih buat mouse Logitech G900 dan G502, belum lagi menghitung sound card eksternal dan speaker. Bahkan Alvin sendiri tak ingat total uang yang telah ia bayarkan.

Alvin Inigame 6

Lalu bagaimana semua ini membuatnya merasa puas?

Jawaban Alvin sederhana. Seperti pecinta hobi lain, gamer dengan panggilan akrab Ajosh itu sangat menikmati gaming. Alvin memberi contoh kecil: berkat Harman Kardon Nova, output suara tersaji lebih menyenangkan; lalu dengan mouse yang memadai, performa bermain menjadi lebih baik serta tidak membuatnya ‘cepat emosi’. Alvin juga bukan orang yang suka menunda ketika sudah waktunya melakukan upgrade. Menurutnya, proses ini sangat menyenangkan.

Alvin Inigame 7

Hal yang membuat gamer hardcore seperti Alvin berbeda dari kategori gamer lain adalah ia mempunyai keinginan untuk mendapatkan sesuatu yang spesifik buat fungsi tertentu. Misalnya, Alvin memilih Razer Blackwidow buat mengetik, tapi karena switch-nya terlalu berisik (switch biru), akhirnya dia membeli jenis switch merah. Dan selanjutnya, semuanya mengalir begitu saja – permainan RTS, FPS, dan lain-lain membutuhkan spesifikasi berbeda. Tentu saja, sang chief eCommerce juga harus melakukan penggantian jika ada kerusakan pada gaming gear miliknya.

Alvin Inigame 8

Namun semua penjelasan ini tetap sulit dipahami hingga Anda mencobanya langsung. Alvin meminta saya menjajal mouse G900 di atas mousepad Logitech G440. Kombinasi keduanya sangat mengagumkan: begitu mulusnya gerakan mouse, periferal ini seolah-olah melayang di atas pad. Bayangkan betapa optimalnya setup ini ketika Anda sedang bermain game multiplayer online ataupun judul kompetitif seperti Overwatch dan Titanfall 2.

Alvin Inigame 9

Selanjutnya, Ajosh menyuruh saya mencicipi Battlefield 1 di komputernya. Layaknya PC ‘dream machine‘, game berjalan sangat mulus di resolusi 2560×1440 dengan frame rate ratusan kali per detik berkat sistem bersenjata dua kartu grafis Power Color AMD Radeon RX 480, prosesor Intel i7 3930K dan RAM Kingston HyperX 32GB. Berdasarkan sesi uji coba tersebut, adegan in-game bahkan tampil lebih baik dari cutscene pre-rendered.

Alvin Inigame 10

Di akhirnya diskusi ini, Alvin men-share sedikit pandangannya soal hardcore gaming. Apa yang ia miliki boleh jadi merupakan impian banyak orang, namun sang gamer mengingatkan bahwa menjadi hardcore gamer bukanlah soal mempunyai perangkat serba-mahal, tapi lebih pada sikap – bagaimana kita bersungguh-sungguh mendalami dan menikmati hobi ini, terlepas dari usia ataupun pilihan platform-nya.

Setiap hari ada semakin banyak orang memutuskan untuk menjadi hardcore gamer di PC. Hal ini ditunjukkan oleh peningkatan nilai pasar hardware PC di 2016 yang menembus angka US$ 30 miliar. Dan tidak cuma segmen do-it-yourself saja, awareness serta minat khalayak pada notebook gaming premium juga kian meningkat berdasarkan hasil survei DailySocial.

Laptop gaming merupakan alternatif mudah dalam menikmati video game tanpa mengharuskan user merakit sistemnya terlebih dulu, dengan syarat mereka membayarkan uang lebih tinggi.

Terima kasih banyak pada Alvin Josef Muliaba dan staf Inigame atas waktu luangnya.

Previous Story

Beberapa Faktor Penyebab Bisnis E-Commerce Gulung Tikar

Next Story

Emban Amanah Baru, LPS Rancang Pembaruan

Latest from Blog

Don't Miss

hardcore-mobile-gamer-butuh-smartphone-gaming-atau-cukup-smartphone-flagship-1

Hardcore Mobile Gamer, Butuhkah Smartphone Gaming?

Menjadi seorang hardcore mobile gamer, memang tidak membutuhkan biaya besar

Masalah Desain dan Teknis Nodai Ide Cemerlang The Last Guardian

Seperti Final Fantasy XV, The Last Guardian ialah salah satu permainan