Perusahaan teknologi pemasaran online kini makin ramai karena kedatangan pemain baru asal Turki yakni Insider. Indonesia adalah negara keenam yang dipilih Insider sebagai negara sasaran, mengingat negara ini memiliki perkembangan internet yang cukup masif dan jumlah populasinya yang banyak.
Sejak resmi berdiri di 2012 silam, saat ini Insider sudah beroperasi di delapan kota dunia, yaitu London, Moskow, Singapura, Dubai, Warsawa, Istanbul, Kuala Lumpur, dan Jakarta dengan total karyawan mencapai 107 orang.
Sekadar informasi, Insider adalah platform multi channel (desktop, mobile web, email, aplikasi mobile) yang mengubah data konsumen menjadi hasil yang dapat ditindaklanjuti. Satu set data yang komprehensif memungkinkan klien untuk fokus pada keinginan dan preferensi konsumen.
Insider dapat memprediksi kemungkinan pengunjung untuk membeli (likelihood to purchase/L2P) dalam satu minggu mendatang dengan menggunakan algoritma pembelajaran (machine learning). Skor L2P dihitung setiap hari untuk memprediksi kemungkinan pengunjung bakal membeli barang, berdasarkan tindakannya selama 30 hari terakhir.
Diklaim, dengan layanan L2P ini tingkat konversi jadi lebih tinggi 17 kali daripada menggunakan produk lain. Layanan Insider berguna dan relevan untuk seluruh sektor industri yang butuh manfaat dari penarikan traffic. Namun biasanya industri ritel, media, perjalanan, keuangan, dan e-gaming adalah konsumen terbesar.
Pertimbangan pihak Insider untuk memperkuat pangsa pasarnya di Indonesia makin kuat pasca mendapatkan pendanaan seri A sebesar $2,2 juta beberapa waktu lalu. Dana tersebut akan digunakan untuk mencapai tiga sasaran utama.
Pertama, investasi infrastruktur di Asia Pasifik, sekaligus memperkuat bisnis operasionalnya di Indonesia sebagai pasar yang paling menjanjikan di ASEAN. Kedua, menarik talenta terbaik untuk ditempatkan di Asia Pasifik untuk memberikan layanan kelas dunia kepada klien.
Terakhir, investasi pengembangan teknologi dengan fokus pada model prediktif, segmentasi canggih, teknologi auto-optimasi di seluruh situs, aplikasi, dan email. Selain itu, Insider juga menargetkan akan membuka kantor perwakilan di kota lainnya di Asia Pasifik, beberapa diantaranya adalah Jepang dan Korea Selatan.
“Sampai akhir tahun ini, kami berencana untuk perluas layanan ke beberapa negara di Asia Pasifik, Jepang, dan Korea Selatan. Tahun ini, kami fokus berada di Indonesia karena ini adalah pasar terbesar dan paling menjanjikan di wilayah Asia Pasifik. Akhir tahun depan, tujuan kami adalah memiliki kantor perwakilan di 17 negara yang berbeda,” terang CEO dan Co-Founder Insider Hande Cilingir.
Dikutip dari laman Wamda, Indonesia adalah negara keempat yang jadi fokus utama Insider untuk wilayah pemasarannya setelah Polandia, Singapura, dan Malaysia. Saat ini, 63% dari total pendapatan Insider berasal dari luar Turki. Diharapkan pada akhir tahun ini, persentasenya dapat meningkat jadi 72%.
Tawarkan layanan dan produk yang sudah dilokalisasikan
Secara terpisah, melalui surel yang diterima DailySocial, Serhat Soyuerel selaku Co-Founder dan VP of International Sales Insider menjelaskan bagaimana strategi yang ditawarkan oleh pihaknya kepada klien-kliennya di Indonesia.
Menurutnya, ada tiga pilar yang selalu jadi acuan Insider saat ekspansi di berbagai negara, yakni teknologi (menyediakan inovasi sesuai kebutuhan klien), pengetahuan (berbagi pengalaman dan keahlian), dan layanan (layanan kelas dunia dari pengembangan costum untuk penilaian kerja secara gratis).
Adapun, strategi yang dilakukan Insider di Indonesia adalah melakukan lokalisasi untuk seluruh produk dan layanan dengan menempatkan tim lokal untuk melayani kliennya di Indonesia. Mereka akan melakukan pendekatan berbagi pengalaman apa yang sudah dilakukan Insider saat menjadi mitra dari merek global seperti eBay, Toyota, McDonald’s, Lenovo, Ticketmaster, CNN, Uniqlo, dan lainnya.
Lewat berbagi cerita dan keahlian yang dimiliki tim Insider diharapkan dapat membantu klien untuk mendapatkan keuntungan dari pemanfaatan teknologi terbaru dan bagaimana mengimplementasinya tanpa harus merekrut pekerja baru, orang berpengalaman untuk di bidang conversion rate atau manajer proyek.
Pasalnya, sambung Soyourel, mencari talenta terbaik di Indonesia merupakan pekerjaan yang sulit karena jumlahnya yang masih langka dan mahal. Pada saat yang sama, persaingan makin sengit sehingga keputusan bisnis harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian. Terlihat dari investor di Indonesia yang makin hati-hati saat berivestasi sejak satu hingga dua tahun belakangan.
“Sebab semua orang tahu, investasi teknologi baru itu sulit, berisiko, dan mahal. Kami mengatasi dua tantangan ini dengan menawarkan solusi yang mudah dengan layanan kelas dunia tanpa biaya tambahan. Kami senang berbagi keahlian untuk membantu klien demi mendapatkan keuntungan dari tren teknologi terbaru,” ujar Soyourel.
Salah satu penyesuaian yang dilakukan Insider untuk pasar Indonesia adalah fitur untuk khusus menargetkan pengguna UC Browser yang cukup populer di sini. Pihaknya juga mendorong klien untuk mulai aware dengan dominasi kuat dari pengguna mobile. Hal ini adalah peluang besar bagi bisnis periklanan sebab hampir 70% traffic datang dari sana.
Sementara itu, hampir sebagian bisnis masih terpaku pada desktop. Hal ini terlihat dari kinerja metrik dari tingkat konversi yang sangat rendah. Dengan lintas platform, Insider akan membantu klien mengoptimalkan seluruh bujet investasinya dan membantu meningkatkan pendapatan.
“Seluruh strategi ini berkat masukan yang diberikan Patrick Steinbrenner selaku Managing Director kami untuk APAC. Sebelumnya, dia bekerja di Zalora dan bertanggung jawab untuk analisis web dan aplikasi seluruh pengguna, termasuk Indonesia. Wawasan yang dia berikan cukup mendalam dan sangat membantu Insider untuk menjadi pemimpin pasar.”
Harga layanan Insider, lanjut Steinbrenner, sangat fleksibel dan pihaknya menjamin tidak ada biaya tersembunyi. Sebab, tujuan akhir yang ingin dicapai Insider untuk Indonesia bukan semata-mata ingin meraih kemenangan dalam waktu cepat dalam kurun waktu yang singkat. Melainkan ingin menjalin kemitraan yang kuat dan berjangka panjang, membantu klien untuk berhasil dalam menjalani bisnisnya.
Pemain teknologi sejenis di Indonesia dengan produk yang hampir sama dengan Insider rupanya belum ada. Namun untuk skala global, sudah ada perusahaan dengan produk yang hampir mirip, misalnya AgilOne (California), Custora (New York), dan Retention Science (California).