Tepat tanggal 7 Oktober 2016 lalu, Intel mencatatkan rekor dunia untuk kategori kendaraan udara tanpa awak alias drone terbanyak yang terbang secara bersamaan. Sebanyak 500 drone sekaligus mengudara bersama-sama, dan semuanya dikendalikan oleh seorang pilot menggunakan laptop.
Masing-masing drone tersebut adalah Intel Shooting Star, dikembangkan secara khusus oleh sang produsen prosesor untuk pertunjukan cahaya dengan koreografi yang spektakuler. Drone ini berbeda dari yang digunakan Intel saat mencatatkan rekor dunia sebelumnya tidak sampai setahun yang lalu.
Bobot Shooting Star hanya berkisar 280 gram. Kerangkanya terbuat dari perpaduan material plastik fleksibel dan gabus, sedangkan keempat baling-balingnya dibungkus kerangka khusus sebagai proteksi. Di bagian perutnya, terdapat LED yang dapat menyala dalam kombinasi 4 miliar warna.
Intel mengklaim sama sekali tidak ada sekrup di bodi Shooting Star, dan drone tersebut dapat terus mengudara bahkan ketika gerimis. Terlepas dari bobotnya yang amat ringan, Shooting Star sanggup menstabilkan diri meski angin tengah berhembus dalam kecepatan 10 meter per detik.
Semua koreografi pertunjukan cahayanya ditangani oleh software buatan Intel. Setelah disimulasikan di laptop, koreografi tinggal dikirimkan ke drone dan sistem akan menentukan ke mana saja masing-masing drone harus terbang. Begitu presisinya sistem yang dibangun Intel, jarak antar drone bisa mencapai sedekat 1,5 meter.
Sebelum pertunjukan dimulai, sistem akan terlebih dulu memeriksa tiap-tiap drone guna memastikan sisa baterai, kualitas sinyal GPS dan berbagai faktor lainnya. Semuanya berjalan secara otomatis, sehingga yang dibutuhkan hanyalah satu operator saja.
Intel tidak berencana untuk memasarkan Shooting Star ke publik. Proyek ini ditujukan semata untuk keperluan hiburan, sekaligus membuktikan peran drone sebagai platform komputasi masa depan.