Menurut laporan Criteo, dalam State of Mobile Commerce Q2 2015, mobile commerce berkontribusi sebesar 27% dari total transaksi e-commerce di negara-negara Asia yang disurvei. Indonesia masih berada di urutan pertama yang kerap menggunakan aplikasi mobile untuk melihat dan akhirnya membeli produk yang dijual layanan e-commerce. Data tersebut diungkapkan Facebook saat acara Mobile Moves Commerce Indonesia, hari ini di Jakarta.
Sebagai platform yang memiliki komitmen untuk mendorong pertumbuhan UMKM di Indonesia, Facebook mengalami pertumbuhan bukan hanya di Indonesia namun juga secara global. Disebutkan lebih dari 88 juta orang Indonesia berada di Facebook, dengan lebih dari 48 juta orang Indonesia kembali ke Facebook setiap hari. Data selanjutnya menyebutkan lebih dari 84 juta orang Indonesia mengakses Facebook setiap bulan di mobile dan lebih dari 46 juta orang Indonesia mengakses Facebook setiap hari di mobile.
Facebook juga mengklaim 39% orang Indonesia secara aktif mencari informasi di Facebook, 24% orang Indonesia bertanya atau mendapatkan rekomendasi di Facebook, 54% orang Indonesia di Facebook menemukan produk dan brand di platform Facebook, dan 1 di antara 4 orang Indonesia melakukan pembelian setelah menemukan sesuatu di Facebook.
Semakin terjangkaunya harga smartphone saat ini juga pilihan kuota untuk data internet yang bisa dengan mudah di dapatkan oleh pengguna, menjadi alasan utama mengapa akhirnya kebanyakan pengguna di Indonesia lebih memilih menjelajahi e-commerce melalui smartphone dibandingkan melalui desktop.
Disebutkan juga aplikasi mobile e-commerce yang paling banyak diunduh di Indonesia berdasarkan survei yang dilakukan Facebook adalah Lazada dengan 7,6 juta unduhan, Tokopedia dengan 7,2 juta unduhan, Tokobagus (OLX) sebanyak 6,7 juta, Bukalapak 6,1 juta, Shopee 3,7 juta, dan Blibli 2,2 juta unduhan.
Insight dari Lazada dan Zalora
Dalam kesempatan tersebut, Co-CEO Lazada Indonesia Florian Holm memberikan presentasi terkait dengan kegiatan pemasaran yang efektif memanfaatkan Facebook. Saat ini, dengan 3 juta produk yang ada di Lazada, Lazada diklaim sebagai layanan e-commerce terbesar di Asia Tenggara. Untuk Indonesia sendiri Florian melakukan kegiatan pemasaran yang sedikit berbeda dengan negara lainnya, yaitu fokus lokasi yang ternyata memiliki peranan penting untuk pengguna di Indonesia melakukan pembelian.
“Di Jakarta semua orang bisa dengan mudah melakukan pembelian di toko-toko fisik hingga online, hal tersebut tidak berlaku untuk orang-orang yang tinggal di luar Jakarta seperti Sulawesi dan lainnya. Orang-orang itulah yang kemudian menjadi target pasar Lazada,” kata Florian.
Ditambahkan Florian, kebanyakan orang memutuskan untuk membeli produk secara online karena keterbatasan memilih dan membeli produk. Belum lagi dengan kesulitan koneksi internet melalui desktop. Di situlah peranan mobile menjadi penting untuk dilancarkan.
“Makin banyaknya smartphone murah membuat mobile menjadi platform favorit untuk sekedar melihat hingga akhirnya membeli bagi orang-orang di luar kota Jakarta,” kata Florian.
Dari hasil survei yang telah dilakukan, Florian mencatat waktu melihat produk e-commerce lebih banyak dihabiskan di aplikasi mobile, disusul dengan conversion rate dan repurchase rate yang semua menunjukkan aplikasi mobile lebih banyak dipilih dibandingkan dengan desktop.
“Diperkirakan hingga tahun 2025 tren dan kenaikan pertumbuhan e-commerce akan makin meningkat. Untuk itu fokus utama Lazada adalah melakukan kegiatan pemasaran di mobile dan mobile app download,” kata Florian.
Dalam kesempatan tersebut Florian juga mengadakan survei kepada peserta acara dan menanyakan hal apa yang paling diinginkan dari layanan e-commerce. Kebanyakan peserta memilih pengiriman yang cepat hingga koneksi internet yang stabil dan cepat.
Sementara itu CEO Zalora Anthony Fung turut memberikan pengalaman dan informasi khususnya kepada perusahaan teknologi dan startup asing yang berencana untuk masuk ke pasar Indonesia. Dalam kesempatan tersebut Anthony menegaskan pentingnya melakukan pelokalan dari sisi bahasa dan layanan pelanggan.
“Saat ini masih banyak startup asing yang masuk ke Indonesia masih menggunakan bahasa Inggris di situs, aplikasi, hingga layanan pelanggan. Hal tersebut merupakan pendekatan yang kurang tepat untuk pasar di Indonesia,” kata Anthony.
Ditambahkan juga oleh Anthony, penting untuk memperhatikan mobile site dan aplikasi mobile, mencermati logistik, pembayaran, dan layanan pelanggan. Aplikasi mobile yang lancar dan mudah untuk digunakan bakal mendapatkan respon yang lebih baik dibandingkan dengan aplikasi mobile yang kurang user friendly.
“Hal lain yang harus diperhatikan terkait dengan aplikasi mobile adalah konten yang menarik, engagement dengan pelanggan, pilihan discovery dan personalisasi,” tutup Anthony.