Belum lama ini, Mercedes-Benz sempat menunjukkan secanggih apa mobil pengiriman di masa yang akan datang lewat konsep bernama Vision Van. Namun bagi perusahaan logistik sekelas DHL, konsep saja tidak cukup, mereka membutuhkan mobil elektrik yang praktis dan efisien untuk dipakai sekarang juga.
Untuk itu, mereka pun memutuskan untuk langsung turun tangan dan mengembangkan mobil elektriknya sendiri. Tentu saja tidak sendirian, melainkan dibantu oleh RWTH Aachen University asal jerman, supplier otomotif Bosch dan Hella, serta ahli software asal AS bernama PTC.
Dijuluki StreetScooter, jangan bayangkan mobil ini secanggih buatan Tesla Motors maupun pabrikan yang lain. DHL sengaja merancangnya sebagai sebuah alat untuk membantu para karyawannya di lapangan, jadi tidak banyak standar yang harus dipenuhi oleh mobil ini.
Memang benar, baterai berkapasitas 20,6 kWh-nya hanya mampu membawa mobil melaju hingga sejauh 80 kilometer saja. Akan tetapi ini saja sebenarnya sudah cukup untuk kebutuhan DHL dalam melakukan pengiriman di kawasan urban di negara-negara Eropa tanpa mencemarkan udara di daerah tersebut.
Kecepatan maksimumnya berkisar 80 km/jam, sedangkan muatan maksimumnya sekitar 650 kilogram. Pun demikian, DHL juga tengah menyiapkan versi yang lebih besar dengan muatan maksimum sekitar 1 ton dan volume ruang kargo 7.900 liter.
Akan tetapi yang lebih penting bagi DHL adalah sisi praktis dari mobil ini. DHL dan mitranya mengembangkan mobil-mobil ini agar bisa dipakai enam hari setiap minggu selama 16 tahun. Pintu-pintunya didesain agar bisa dibuka-tutup sebanyak 200 kali setiap hari, dan motor elektriknya sendiri tidak membutuhkan perawatan intensif.
Inisiatif DHL ini juga bisa dilihat sebagai ‘tamparan’ bagi industri otomotif bahwa perusahaan logistik bukan cuma membutuhkan mobil elektrik yang canggih saja, tetapi mereka juga butuh cepat mengingat zona rendah emisi mulai banyak diberlakukan di berbagai kawasan.
Sumber: Road & Track.