Keterbatasan ruang buat menampung hardware canggih membuat banyak orang beranggapan bahwa performa notebook gaming sulit menyaingi sepupunya yang lebih besar. Persepsi ini pelan-pelan berubah seiring tersedianya GPU mobile Nvidia GTX seri 900M, namun titik balik dari evolusi tersebut belum lama terjadi dengan kehadiran arsitektur Pascal di laptop gaming.
Semakin mainstream-nya kegiatan gaming, sebagian terbantu berkat meroketnya kepopularitasan eSport, mendorong semua pemain – besar dan kecil, brand baru maupun veteran – memberikan perhatian besar ke segmen tersebut. Tapi berbeda dari PC DIY dan home console, hingga sekarang mayoritas konsumen menganggap notebook gaming sebagai produk niche: mewah, mahal, dengan aspek fleksibilitas yang dipertanyakan.
Dari sana, kami di DailySocial mulai berdiskusi, mempertanyakan beberapa hal dasar seperti siapa saja orang yang memilih bermain di notebook gaming dan apakah hanya gamer kelas antusias yang tertarik pada produk itu? Mencoba mencari penjelasan dari pakarnya, saya menghubungi tim spesialis gaming yang belum lama ini merebut gelar produsen gaming notebook nomor satu di dunia, MSI.
Marketing manager Chien Kai Tseng dengan senang hati meluangkan waktu dan menyambut saya di kantor MSI Indonesia. Buat membuka bincang-bincang ini, saya bertanya bagaimana MSI melihat naiknya minat konsumen terhadap gaming notebook. Hanya ada segelintir gamer yang betul-betul dikaruniai modal besar, dan sebagai pemain utama di ranah itu, produk tentu bukan cuma difungsikan untuk ber-gaming saja bukan?
“Buat gambaran umumnya, kami di MSI Notebook menyediakan tiga kategori produk, yaitu Gaming Series, Workstation dan Prestige,” tutur pria dengan panggilan akrab Marcos itu. “Mereka mempunyai banyak fitur, dan mayoritas dihadirkan di perangkat gaming, yaitu fokus utama kami. Walaupun begitu, Workstation dan Prestige memang kami arahkan ke konsumen non-gamer. Misalnya jika menginginkan produk untuk desain profesional, jelas Anda membutuhkan tipe kartu grafis berbeda.”
Arahan ini membuat Prestige berada di posisi yang unik. Saya penasaran, setelah mengubah haluan branding, menggesernya agar condong ke gaming, apakah MSI akan terus memperkuat lineup Prestige? Perusahaan Taiwan ini malah melihat Prestige sebagai alternatif, khususnya jika Anda tidak menyukai warna hitam Gaming Series atau tidak memerlukan terlalu banyak fitur-fitur spesifik gaming. Target market dari Prestige malah lebih luas, meliputi profesional sampai gamer mainstream.
“Anda mungkin penasaran, mengapa ada banyak fitur yang mirip di ketiga kategori,” kata Marcos. “Itu karena kemampuan-kemampuan tersebut kami pilih seksama untuk menghidangkan pengalaman penggunaan terbaik. Hampir semua bisa ditemukan di Gaming Series, beberapa hadir di Prestige buat mendukung fungsi komersial dan hiburan multimedia – contohnya aspek visual, audio, sampai sistem kendali. Semuanya kami kembalikan ke kebutuhan konsumen.”
Lalu apakah hanya gamer yang tertarik pada MSI Gaming Series?
Marcos menyampaikan memang betul sebagian besar pembeli Gaming Series adalah para penikmat video game akut, namun ada sejumlah pekerja kreatif yang mengadopsi seri gaming untuk keperluan desain. Contohnya adalah keluarga GS, termasuk GS30 dan GS40. Para desainer memilih device karena ramping, ringan dan mudah dibawa-bawa, tetapi perangkat menyimpan performa sangat tinggi.
“Ada pula konsumen yang tiba-tiba datang. Ia bukanlah seorang gamer hardcore, tapi kemudian meminta model tercanggih dan termahal. Dan akhirnya ia membeli GT80 Titan,” kenang Marcos.
Meski gaming merupakan fokus utama MSI, apalagi dengan meningkatnya ketertarikan konsumen non-gamer terhadap laptop gaming, tidak berarti MSI meninggalkan Prestige di belakang. Karena jadi primadona, upgrade GPU GTX seri 10 diterapkan terlebih dahulu ke Gaming Series, namun Marcos menekankan, pembaruan juga akan diterapkan ke laptop non-gaming/multimedia demi mengikuti tren yang terjadi saat ini.
“Terlepas dari hal itu, Gaming Series kami sendiri menyediakan pilihan paling komprehensif, dari yang termahal sampai paling terjangkau. Seri GL kami jajakan di harga mulai dari Rp 9,99 juta,” jelas Marcos. “Semuanya terbuka untuk pasar, baik buat gamer, non-gamer, seluruh pengguna.”
Namun hingga saat ini, keluarga GE Series masih menjadi model terlaris MSI. Alasannya sederhana: karena tipe tersebut mempunyai konfigurasi produk terbanyak, dari mulai salah satu model jangkau bertenaga GTX 960M, edisi terbatas Heroes of the Storm, sampai tipe teranyar yang siap menyajikan konten virutal reality dengan berbekal GTX 1060-nya; disuguhkan bersama bersama dua opsi layar terfavorit, yaitu 15- dan 17-inci.
Saya mendapatkan sebuah perspektif menarik dari cara Micro-Star International menghidangkan produk: mereka menganggap gaming sebagai sebuah standar paling tinggi; jadi jika kriteria di kelas tersebut bisa tercapai, maka semua hal di bawah level itu dapat terpenuhi.
–
Terima kasih pada Marcos Tseng dan seluruh tim MSI Indonesia atas waktunya.