Menakar dari tingginya harga produk, saat ini headset VR sekelas Rift dan Vive memang masih di luar jangkauan kebanyakan konsumen di Indonesia. Mereka yang punya modal pun dihadapkan pada satu pertanyaan: device mana yang akan mendapatkan konten lebih banyak? Oculus VR memang merupakan pionir, tapi beberapa raksasa teknologi tak ragu mendukung Vive.
Untuk mencari tahu, tentu semuanya kembali ke keputusan developer, dan laporan dari UBM Game Network siap memandu Anda. Tim pelaksana Virtual Reality Developers Conference itu merilis VR/AR Innovation Report, berisi respons dari para profesional di bidang virtual serta augmented reality mengenai platform favorit mereka.
Tahun ini adalah momen penting bagi VR dan AR: Vive dan Rift dilepas di saat yang tidak begitu berjauhan, Samsung merilis versi up-to-date dari Gear VR, Microsoft lagi sibuk menggodok HoloLens, lalu kabarnya Google juga sedang menggarap headset VR baru. Di kuesioner, UBM Game Network bertanya pada developer, saat ini platform apa yang mereka pilih buat mengembangkan konten?
Sebanyak 48,6 persen developer menjawab HTC Vive, sedangkan Oculus Rift hanya menghimpun 43,2 persen. Di kelas mobile VR, Samsung Gear VR mengungguli Google Cardboard dengan 33,8 versus 29,2 persen. Peminat PlayStation VR dan HoloLens juga cukup kecil, masing-masing 12,9 dan 8,8 persen, sedikit di bawah Google Daydream (14,6 persen). Meski persentasenya terlihat kecil, Google sendiri punya satu proyek VR lagi, yaitu Tango.
Menjawab pertanyaan ‘di mana Anda akan mengembangkan konten VR/AR selanjutnya?’, jarak antara Vive dan Rift kian melebar. 34,6 persen developer percaya diri pada headset besutan HTC dan Valve itu, dan cuma 23,4 persen dari mereka yang memilih Vive. Untuk pertanyaan ini, Google Cardboard berhasil menghimpun lebih banyak pendukung dari Gear VR, angkanya di 14 persen dan 10,3 persen. Namun tak seperti pertanyaan pertama, ada lebih banyak responden tidak menjawabnya, boleh jadi menandai ketidakyakinan mereka.
Anda mungkin sempat mendengar langkah kontroversial Oculus VR buat menyajikan konten eksklusif dengan cara mem-block pemilik Vive sehingga mereka tidak dapat membeli dan memainkan game khusus Rift. Tenang saja, 78,1 persen developer memilih untuk melepas karya digital mereka di lebih dari satu platform.
Tidak sedikit orang merasa ragu, apakah VR merupakan lompatan besar di bidang hiburan, ataukah hype-nya pelan-pelan akan memudar? Anda tidak perlu khawatir, 95 persen developer yakin virtual reality mampu terus tumbuh. Dalam mengembangkan ekosistemnya, 49,7 persen responden memanfaatkan modal sendiri dan 33,4 persen menggunakan dana perusahaan.
Sumber: Gamasutra.