Dark
Light

Google Umumkan Project Bloks, Seperti Lego tapi untuk Belajar Coding

1 min read
June 28, 2016

Tidak bisa dipungkiri, programming atau coding itu sulit. Jangankan untuk anak kecil, orang dewasa saja bisa kewalahan kalau tidak dibekali pengetahuan dasar yang cukup. Kendati demikian, di era dimana software memegang peranan penting dalam berbagai perangkat yang kita gunakan sehari-harinya, banyak pihak yang merasa tergerak untuk menciptakan cara mudah belajar coding bagi anak-anak.

Salah satu pihak tersebut adalah Google. Baru-baru ini, mereka mengumumkan Project Bloks, hasil kolaborasinya bersama Stanford University dan IDEO. Tujuan dari proyek riset ini adalah menciptakan platform hardware yang bersifat terbuka sehingga komunitas developer dapat turut berkontribusi mengembangkan sistem pembelajaran coding yang mudah untuk anak-anak.

Project Bloks dibangun di atas konsep tangible programming, yang tidak lain merupakan metode pembelajaran coding secara fisik ketimbang berkutat dengan deretan kode yang kompleks di layar. Project Bloks mungkin belum bisa mengajarkan anak-anak mengenai suatu bahasa pemrograman, namun paling tidak mereka bisa memahami logika-logika umum di balik proses coding.

Tiga komponen utama Project Bloks: Brain Board, Base Board dan Puck / Google
Tiga komponen utama Project Bloks: Brain Board, Base Board dan Puck / Google

Project Bloks terdiri dari tiga komponen kunci: Brain Board, Base Board dan Puck. Saat ketiganya digabungkan, maka kita bisa meneruskan satu set instruksi ke sejumlah perangkat – macam mainan, robot atau tablet – lewat koneksi Bluetooth atau Wi-Fi. Gampangnya, Project Bloks ini ibarat Lego, tapi untuk belajar coding.

Puck pada dasarnya merupakan objek yang bakal paling sering berinteraksi dengan anak-anak selama proses pembelajaran. Developer dapat memprogram Puck dengan instruksi yang beragam, seperti “menyala-mati”, “geser ke kiri” atau “melompat”. Wujud Puck juga bervariasi, bisa berupa tombol, kenop atau tuas.

Masing-masing Puck ini kemudian ditempelkan di atas Base Board yang membaca instruksi milik Puck dengan sensor kapasitif. Base Board dapat disusun dalam berbagai konfigurasi sesuai kebutuhan. Sifat modular ini memungkinkan anak-anak untuk bereksperimen dengan alur instruksi dalam proses coding.

Terakhir, Base Board yang paling ujung dapat disambungkan ke Brain Board yang berperan sebagai otak dari sistem secara keseluruhan. Dibuat menggunakan modul Raspberry Pi Zero, Brain Board akan meneruskan semua instruksi dari Base Board menuju ke perangkat terhubung via Bluetooth atau Wi-Fi.

Beragam wujud sistem Project Bloks dengan fungsi dan untuk kebutuhan yang berbeda / Google
Beragam wujud sistem Project Bloks dengan fungsi dan untuk kebutuhan yang berbeda / Google

Google membebaskan developer maupun produsen mainan anak-anak untuk merancang sistem Project Bloks dalam wujud yang berbeda-beda dan fungsi yang beragam. Intinya hanya satu: Project Bloks akan menjembatani rasa ingin tahu anak-anak dan bakat motoriknya dengan logika-logika komputasi yang dibutuhkan untuk mendalami proses coding kelak.

Sumber: Google Research Blog.

Previous Story

Pomelo Fashion Incar Pasar Fashion E-Commerce Indonesia

Next Story

Pendapat ‘Gadget Reviewer’ Tentang Kepergian OnePlus dari Indonesia

Latest from Blog

Don't Miss

Gemini Live Bahasa Indonesia

AI Google “Gemini Live” Kini Dapat Berbicara Bahasa Indonesia

Seiring semakin populernya penggunaan AI di berbagai perangkat, Google juga

Pixel 9 Pro XL: ‘Kembaran’ iPhone yang Hampir Sempurna

Tulisan berikut ini adalah tulisan tamu oleh Aryo Meidianto –