Anggapan miring yang tertuju pada smartphone buatan Tiongkok, bahwa mereka adalah merk kelas dua, murah dan gampang rusak tampaknya perlahan mulai luntur. Tak bisa ditampik bahwa brand asal Tiongkok kini telah menginvasi hampir seluruh dunia dan menguasai sebagian besar pangsa pasar mobile di antaranya.
Dalam rilis resmi AnTuTu, benchmark populer perangkat mobile bahkan didapati fakta bahwa smartphone asal negeri Tirai Bambu menguasai daftar smartphone tercepat di bulan Mei 2016.
Di peringkat pertama ada brand Vivo yang menempatkan wakilnya, Vivo Xplay 5 Elite yang kemunculan baru diresmikan pada bulan Maret lalu. Kejutan terjadi di mana posisi kedua ditempati oleh LeEco Max 2 yang notabene masih “bau kencur” untuk urusan merakit smartphone. Berikutnya ada anak perusahaan dari Lenovo, ZUK yang menempatkan ZUK Z2 Pro di posisi ketiga. Yang cukup menarik, ketiganya sama-sama ditenagai chipset Snapdragon dan RAM 6GB. Jadi, jika ada orang yang berpendapat RAM 6GB mau untuk apa, ini salah satu jawabannya.
Xiaomi dan Samsung menempati urutan keempat dan kelima, di mana Xiaomi diwakilkan oleh Mi 5 dan Samsung oleh Galaxy S7 Edge. Lagi-lagi chipset Snapdragon 820 menjadi juru gedor untuk keduanya, hanya saja kapasitas RAM-nya hanya 4GB.
Berikutnya, di posisi keenam dan ketujuh ada Apple dengan iPhone 6s dan iPhone SE. Skor ini cukup mengagetkan mengingat dalam banyak ulasan, iPhone SE mendapatkan testimoni yang cukup baik yang seharusnya menempatkannya di atas iPhone 6s. Tolak ukurnya terletak pada lebar layar dan resolusi, dengan chipset dan RAM yang sama sudah seharusnya iPhone SE punya performa lebih ngebut. Pasalnya, komponen grafis mempunyai beban kerja yang lebih rendah dalam menopang pixel fisik di iPhone SE yang berukuran lebih kecil.
Terakhir, di posisi tiga terbawah ada LG G5, Meizu Pro 6 dan Huawei Honor V8. Kendati daftar skor ini valid dan resmi datang dari AnTuTu. Tetapi skor benchmark tidak dapat digunakan untuk menjadi dasar penilaian baku atas performa sebuah perangkat. Terlebih, AnTuTu menghitung skor dengan menilai beberapa aspek, antara lain performa prosesor dan GPU, di mana keduanya lebih berdampak terhadap skor ketimbang kapasitas RAM. Pertentangan antara performa di lapangan dengan skor yang dicetak oleh iPhone SE dan iPhone 6s menguatkan pendapat tersebut.
Hanya saja, skor benchmark tetap menjadi rujukan paling tidak oleh orang awam untuk menilai kinerja jeroan sebelum menilai komponen lainnya. Nah, sekarang masih beranggapan ponsel buatan Tiongkok murahan?