Proses utama sebelum benar-benar meluncurkan produk ke publik adalah mencari pasar. Mencari masalah apa yang ingin diselesaikan dan siapa yang menjadi target sasaran. Hal ini menjadi sangat fundamental mengingat semua produk merupakan perwujudan dari solusi yang ingin membantu sejumlah permasalahan yang ada. Masalahnya mengeluarkan produk sesuai dengan kebutuhan pasar itu tidak mudah, perlu adanya proses yang panjang.
Ada beberapa tahapan untuk sampai pada tahapan produk yang sesuai dengan harapan pasar, dan biasanya semua itu dilakukan dengan analisis yang mendalam dan juga pengujian yang berkala. Itu kenapa mencari target atau sasaran pasar tidak mudah, karena kita perlu benar-benar bisa membaca kondisi pasar.
Co-founder Segmen Peter Reinhardt dalam sebuah tulisan di halaman pribadi miliknya mengkisahkan tentang bagaimana sulitnya menemukan market fit. Terkadang kita perlu terjun langsung dan bertanya ke khalayak apakah produk yang kita ciptakan itu benar-benar membantu masalah mereka atau tidak.
Akan menjadi delusional jika kita percaya begitu saja bahwa solusi kita sudah memecahkan masalah tanpa kita tanya kepada publik. Mungkin secara teknis ribuan solusi yang kita tulis telah berhasil menyelesaikan masalah, tapi apakah solusi tersebut sudah berhasil digunakan orang lain, dan apakah solusi itu semakin memudahkan atau bahkan sebaliknya. Belum tentu.
Dalam tulisan tersebut Peter menggambarkan sebuah produk tidak lantas pergi ke pasar dengan kesempurnaan di awal peluncurannya. Sebuah hal yang tidak mungkin. Sudah menjadi rahasia umum jika nafas startup adalah inovasi. Menemukan yang terbaik dengan repetisi berdasarkan umpan balik, namun hal tersebut harus terkonsep dengan baik.
Memang kita tidak bisa meluncurkan produk yang sempurna dalam peluncuran pertama, tapi setidaknya pastikan produk itu bekerja untuk mengatasi permasalahan yang ditargetkan. Minimal harus ada permasalahan spesifik yang ingin diselesaikan.
Proses repetisi ini bukan dengan melempar produk setengah jadi ke pasar, tapi mengeluarkan produk yang mampu menyelesaikan masalah sesuai dengan kemampuannya. Misalnya sebuah produk dengan fitur A dikeluarkan sebagai perkenalan produk di pasaran, fitur A dirancang khusus untuk menangani masalah A.
Kemudian jika fitur A sudah bisa diterima publik selanjutnya akan menanyakan
kenapa tidak sekalian produk ini menyelesaikan masalah B, C, dan D ? Inilah yang nantinya menjadi kunci repetisi.
Umpan balik dan repetisi pada dasarnya akan menambah kompleksitas permasalahan yang akan diselesaikan sebuah produk. Namun, ini juga berarti produknya berkembang sesuai dengan kebutuhan pasar.
Positifnya selama proses repetisi pelanggan tidak kecewa. Mereka dipuaskan dengan fitur spesifik yang ditujukan untuk permasalahan spesifik, dan kekecewaan itu akan terbayar jika produk akan terus berkembang sesuai dengan permasalahan yang mereka hadapi.