Hari ini Uber resmi meluncurkan pilot project layanan ojek berbasis aplikasi UberMOTO. Thailand (khususnya di Bangkok) menjadi destinasi yang dipilih untuk melakukan uji coba layanan baru tersebut. Dalam rilisnya Uber mengatakan, dipilihnya Bangkok menjadi pusat uji coba lantaran nantinya UberMOTO memang akan ditargetkan di negara berkembang, khususnya di pusat perkotaan yang memiliki kepadatan lalu lintas tinggi.
Layanan UberMOTO tak jauh berbeda dengan apa yang sudah disuguhkan GrabBike maupun Go-Jek yang kini menarik menjadi perbincangan. Lantas apakah UberMOTO akan turut meramaikan pangsa pasar ojek online di Indonesia?
Visi UberMOTO memberikan solusi di negara berkembang
Tak diragukan lagi jika menyasar negara berkembang, apa pun perusahaannya akan melihat Indonesia menjadi potensi bertumbuhnya bisnis yang wajib digarap. Ada tiga hal yang membuat mengapa UberMOTO diindikasi akan hadir di Indonesia. Pertama, layanan ojek menjadi salah satu komoditas umum yang hingga saat ini masih sangat banyak peminatnya. Kedua, Uber sudah memiliki basis layanan di Indonesia.
Kemudian yang ketiga adalah terkait dengan regulasi. Bagi Uber yang terbilang cukup “kebal” dengan isu regulasi, berdasarkan pengalaman layanan yang ada sebelumnya, akan memberikan spirit tersendiri untuk menghadirkan UberMOTO ke Indonesia. Pasalnya bisa dibilang untuk pengurusan izin layanan ojek lebih “mudah”. Terlebih sudah ada layanan yang sudah menjalankan hal serupa di Indonesia.
Persaingan dengan layanan GrabBike, Go-Jek atau bahkan pemain lain yang datang dan pergi
Ada sebuah fenomena yang menarik kita amati ketika dua pemain ojek online yang kini ada di Indonesia berebut pasar. Untuk saling mengakuisisi pelanggan, banyak hal yang dilakukan, mulai dari advertising yang kuat, hingga persaingan dengan banting promo dan harga penawaran. Benar saja, ketika salah satu pemain mengeluarkan promo “murah”, pengguna pun berbondong menggunakan layanan terkait. Begitu pun sebaliknya.
Artinya ketika UberMOTO nantinya masuk, isu terhadap pembentukan pasar bukanlah hal yang tak mungkin. Terlebih Uber sendiri sudah memegang brand yang cukup kuat di lanskap on-demand tanah air. Sekaligus menjadi kesempatan emas jika UberMOTO berhasil mengidentifikasi isu-isu yang santer terjadi dalam kaitannya dengan layanan pelanggan yang sering dipermasalahkan oleh konsumen dengan layanan ojek online yang telah ada.
Pemilihan peluncuran global di Thailand sekaligus mempelajari karakteristik pasar berkembang
Thailand dan Indonesia memiliki kesamaan dalam hal pilihan transportasi ojek. Di kedua negara ojek sudah menjadi budaya transportasi yang dekat dengan masyarakat. Misi yang ditawarkan pun sama, dengan mengusung kemitraan dengan pemain ojek lokal untuk bekerja secara lebih fleksibel menjadi bagian dari UberMOTO.
Pemilihan Thailand juga dapat dijadikan salah satu indikasi bahwa UberMOTO secara tersirat sedang mempelajari karakteristik pasar negara dengan budaya transportasi ojek. Di Thailand sendiri, UberMOTO menjalin kemitraan dengan Thai Traffic Police and Head Awareness Club (HAC), sebagai sebuah lembaga negara yang memfokuskan pada upaya menertibkan masyarakat dalam berlalu lintas.
Ketika pilot project di Thailand berhasil, sangat dimungkinkan pendekatan yang ada untuk direplikasi di Indonesia, untuk menciptakan penguasaan layanan ojek on-demand.
Kesempatan lainnya, masyarakat di Indonesia yang sudah makin mapan dengan layanan berbasis aplikasi sudah “tak peduli” lagi dengan jargon-jargon pemasaran. Entah itu aplikasi buatan lokal ataupun buatan perusahaan internasional, yang ingin mereka tahu adalah bagaimana layanan yang disuguhkan memberikan kenyamanan dan sesuai dengan kebutuhan.