Startup Sprint Surabaya telah mencapai babak final, setelah pada 20 Desember 2015 lalu diumumkan tiga tim terbaik yakni Riliv, Masaku, dan Reblood. Pemenang Startup Sprint Surabaya berhak mendapatkan uang senilai Rp 50 juta dan juga kesempatan mengunjungi Silicon Valley di Amerika Serikat untuk belajar langsung dan bertukar pengalaman dengan para penggiat startup senior.
Riliv, Masaku, dan Reblood berhasil masuk ke babak final setelah sebelumnya berhasil menyingkirkan lebih dari 100 tim startup di babak awal untuk kemudian mengikuti sejumlah rangkaian kegiatan bootcamp dan mentoring. Ketiga startup ini sejatinya berangkat dari tiga latar belakang permasalahan berbeda.
Yang pertama adalah Riliv. Sebuah media sosial yang dirancang khusus untuk orang-orang yang sedang menghadapi masalah psikologis. Pengguna dapat menggunakan Riliv untuk menceritakan permasalahan mereka secara langsung dengan para ahli, dalam hal ini melibatkan mahasiswa psikologi maupun psikolog profesional yang disebut dengan Reliever.
Finalis selanjutnya adalah Masaku. Sebuah pengembang aplikasi pesan makanan yang menghubungkan industri rumahan dengan konsumen. Dan finalis terakhir adalah Reblood, sebuah aplikasi yang menghubungkan PMI dan pendonor darah untuk menjamin ketersediaan stok kantong darah. Ketiganya telah dinilai mampu menunjukkan kepekaan anak muda Surabaya akan permasalahan sosial di masyarakat dengan menghadirkan solusi lewat teknologi.
Chief Executive KIBAR Yansen Kamto sebagai salah satu inisiator Start Surabaya menuturkan bahwa Startup Sprint dilaksanakan sebagai tahap lanjutan untuk mendorong berkembangnya ekosistem startup teknologi di Surabaya, setelah sebelumnya Start Surabaya berhasil menjalankan co-working space, program mentoring, dan sesi networking sejak Januari 2015.
Menanggapi berbagai kegiatan yang dilaksanakan Yansen menambahkan:
“Kami ingin mencari anak muda yang punya mimpi menjadikan Startup dari Indonesia sebagai pemain global. Anak muda yang mau menghadirkan solusi bagi masalah dunia, bukan lagi sekedar masalah bangsa dan menjadi inspirasi bagi generasi berikutnya. Semua harus dimulai dengan memiliki pola pikir global. Tujuan kita ke Silicon Valley adalah untuk belajar dan bertukar pikiran, bukan hanya menyontek dan meniru. Founder startup Indonesia akan memiliki karakter sendiri, tidak melulu mengikuti gaya Silicon Valley.”
Program Startup Sprint ini diharapkan mampu menularkan semangat jiwa muda yang peduli pada permasalahan sosial dan turut andil dalam melakukan perubahan melalui inovasi teknologi, dari Surabaya untuk Indonesia lebih baik.
Masaku akhirnya terpilih menjadi juara
Dalam acara grand final yang baru selesai beberapa jam lalu akhirnya Masaku terpilih sebagai pemenang dan berhak mendapatkan hadiah serta kesempatan berkunjung ke Silicon Valley. Meski demikian para dewan juri menganggap ketiga tim sudah layak disebut sebagai pemenang.
Nantinya ketika di Silicon Valley, Masaku (yang dinobatkan sebagai perwakilan atau ambassador) juga diminta untuk menceritakan keunggulan kedua finalis Startup Sprint lainnya.
Para finalis diharapkan bisa berekspansi ke ranah internasional. Salah satu masukan dari dewan juri adalah dengan mengganti brand startup agar mudah dikenal secara internasional. Masaku misalnya, bisa diganti dengan nama baru Delihome atau sejenisnya yang lebih mendunia dari sisi istilah.
Hal menarik lainnya dari acara grand final Startup Sprint kali ini adalah adanya kesamaan persepsi dari semua finalis soal akuisisi. Ketiga finalis sepakat untuk menolak jika nantinya ada tawaran untuk akuisisi bisnis mereka.