Investor dalam sebuah bisnis startup (dalam kaitannya dengan peranan) dapat dikatakan sangat penting, namun kadang juga kurang berpengaruh pada bisnis secara langsung. Beberapa investor dengan punggawa pebisnis di sektor digital banyak yang mengerti betul bagaimana strategi terbaik di industri digital, sehingga mereka dapat memberikan banyak masukan kepada startup. Namun ada juga investor yang hanya berinvestasi saja dalam pendanaan, yang hanya terus mendorong startup untuk mendapatkan untung.
Dalam sebuah tulisan yang dirilis sebuah komunitas crowd ownership startup berbasis di San Francisco bernama RocketClub, terdapat beberapa sifat investor ketika menjadi bagian dalam sebuah startup. Salah satu hal yang diungkapkan bahwa investor seringkali tidak mengetahui bisnis (secara teknis) dengan baik.
Kebanyakan dari kita berpikir bahwa mereka memiliki pemahaman berharga untuk membawa startup selalu pada jalan yang benar, dengan mengangkat para investor menjadi bagian dari deretan penasihat. Namun nyatanya seringkali harapan tersebut tak tercapai dengan baik, karena seringkali investor kurang memahami bagaimana workflow bisnis startup bahkan visi produknya.
Ada juga sebuah paradigma yang harus ditanamkan pelaku startup. Tugas pelaku startup selaku pengusaha adalah untuk menjaga cerita bisnis mulus dengan proses bisnis yang tepat, bukan untuk membangun apa yang investor ingin dengarkan. Berani untuk mengatakan “tidak” jika diperlukan. Sering ditemui startup yang banyak terpaku pada kemauan investor namun justru menjadi titik lemah akan inovasi produk yang digencarkan.
Cerita beberapa startup yang digandeng oleh investor jempolan mengungkapkan bahwa para investor tidak pernah pernah berprasangka (buruk) terhadap apa yang dilakukan oleh penggerak di dalam bisnis. Kebanyakan dari mereka memilih membiarkan orang-orang yang terlibat langsung di startup untuk berbicara, membuktikan kinerja mereka secara langsung. Mereka hanya ingin mencari hal yang istimewa dari startup, dari sisi bisnis dan produk. Yang diperlukan, bantulah mereka menemukan hal tersebut dengan capaian prestasi.
Kendati membutuhkan investasi untuk menumbuhkan bisnis, startup terkadang juga harus selektif untuk menerima pinangan dari investor, terutama jika diketahui investor tersebut adalah “investor marjinal”. Investor tipe marjinal biasanya menghindari risiko. Apapun yang disepakati akan selalu memastikan bahwa apa yang dikucurkan minim dari risiko kegagalan. Padahal faktanya startup tanpa risiko itu tidak ada. Setiap bisnis di startup selalu berhadapan dengan risiko untuk bertumbuh ataupun harus menyesuaikan diri dari awal lagi.
Ada juga tipe investor yang sebelumnya tak pernah berpengalaman mendirikan perusahaan. Bagi mereka seringkali posisi kekuasaan atau kepemilikan menjadi perbincangan yang intensif. Hal ini justru dirasa akan menambah risiko startup, karena mereka akan turut menyetir bisnis tanpa pengalaman yang tepat, yang kadang justru melahirkan keputusan kurang berguna.
Namun dari awal ketika startup memilih untuk menerima investasi maka harus disadari bahwa penggalangan dana dari investor secara tak langsung sama dengan perebutan kekuasaan secara halus. Seringkali investor menginginkan semuanya, mereka ingin melihat traksi, pendapatan dan segala sesuatu dan harus memastikan startup go-public dengan baik.
Sekali lagi, jangan pernah ragu untuk berkata “tidak” jika sebagai pimpinan startup merasa apa yang diminta investor tidak menumbuhkan bisnis. Tetap yakin dengan pendirian dengan tetap membuat investor merasa senang.