Di presentasinya, tim Lenovo bilang setidaknya ada dua kesalahpahaman terkait handset 4G. Pertama, tidak sedikit orang masih mengira bahwa konektivitas anyar tersebut menuntut produk high-end. Lalu konon katanya, 4G turut menyebabkan jumlah konsumsi data jadi lebih boros. Sebuah acara khusus pers Lenovo langsungkan untuk menampik dugaan-dugaan keliru itu.
Pada tanggal 8 Desemper 2015 lalu, sang perusahaan teknologi dari Beijing itu menggelar acara Lenovo 4G Parade. Pada dasarnya ia merupakan event informal, memamerkan sederetan smartphone ekonomis berkonektivitas 4G LTE, di mana kapabilitas serta rentang harganya sangat cocok buat pengguna di Indonesia. Ada empat model yang Lenovo tampilkan di sini, yaitu A7000, A6010, A6000, dan tipe A2010 berperan sebagai primadonanya.
Lenovo memberi deskripsi unik buat A2010: smartphone 4G bermerek global paling terjangkau di nusantara. Mereka mengklaim, meskipun A2010 ditujukan bagi level dasar, Lenovo tidak kompromi soal kualitas produksi serta performa. Sebelum mendarat di Tanah Air, mungkin Anda sudah mengetahui bahwa A2010 tiba di India kira-kira empat bulan silam dan banyak orang menyebutnya sebagai handset 4G termurah di negara itu.
“Kami bangga menjadi vendor utama di segmen smartphone 4G dan masuk ke pasar ini sejak akhir 2014 ketika banyak kompetitor lain sampai sekarang masih berkutat di ranah handset 3G.” ujar tim Lenovo Indonesia, “Berpedoman dari data IDC, Lenovo ialah pemimpin pasar smartphone 4G LTE dalam tiga kwartal berturut-turut. Lalu di triwulan ketiga 2015, kami berhasil meraih 19,6 persen market share.”
Menurut Lenovo, peralihan ke 4G sudah di depan mata, dan tugas mereka adalah meresponsnya dengan cepat. Produsen yakin, karena mereka masuk ke sana lebih dahulu, handset-handset Lenovo jauh lebih teruji – apalagi prosesnya tidak gampang dan memakan waktu. Sejak peluncuran layanan 4G periode uji coba oleh operator-operator telekomunikasi lokal pada akhir 2014, Lenovo mempunyai jajaran produk terlengkap, baik di segmen high-end, menengah, sampai enty-level.
Penasarankah Anda seperti apa handset A2010? Di rentang harga itu, tentu saja Lenovo lebih memfokuskan fungsi-fungsi primer ketimbang penampilan, tapi tak berarti produsen mengesampingkan faktor desain. Tubuh smartphone tersusun atas material plastik, dengan frame atas dan bawah melengkung landai. Bagian cover baterai memanfaatkan jenis cat non-glossy, juga melengkung supaya mengikuti bentuk telapak tangan ketika Anda menggenggamnya.
Tubuh berukuran 131,5×66,5×9,9mm A2010 dipadu bersama layar 854×480-inci 281ppi seluas 4,5-inci (atau 11,43cm). Lenovo bilang, perpaduan antara display dan body memastikan A2010 nyaman sewaktu dioperasikan satu tangan, entah buat bermain game, berkirim pesan, menonton video, atau untuk sekedar berjelajah internet. Dengan lebar tak sampai 7cm, smartphone cukup mudah diselipkan ke kantong celana.
Lenovo A2010 telah berjalan di OS mobile Google teranyar, Android 5.1 Lollipop. Lalu konsumen juga akan terbantu berkat fitur dual SIM. Baterai 2.000mAh di dalam dijanjikan sanggup menyuguhkan talk time selama 8,5 jam (di network 3G maupun 4G) dan durasi standby di jaringan 4G mencapai 11,5 hari. Lenovo membubuhkan sepasang kamera, bersensor 5-Mp plus flash LED di belakang dan 2-Mp di depan demi menopang keperluan fotografi dadakan serta video chat.
Handset ditenagai system-on-chip Mediatek MT6735M dengan prosesor quad-core 64-bit 1GHz dan GPU Mali-T720. Komponen tersebut didukung oleh RAM sebesar 1GB dan penyimpanan internal 8GB yang bisa Anda perluas sampai 32GB via kartu microSD. Pernak-pernik lainnya cukup lengkap, meliputi sensor accelerometer, GPS, Wi-Fi 802.11 b/g/n, serta Bluetooth 4.0.
Keempat smartphone, termasuk A2010, telah mulai dijual di pasar lokal dan tersedia di channel retail di kota-kota utama Indonesia. Di lini model low-end tersebut, A2010 menempati urutan paling ‘merakyat’, dibanderol seharga cuma Rp 1,3 juta. Di atasnya ada A6000 (Rp 1,8 juta), A6010 (Rp 2 juta), dan A7000 (Rp 2,2 juta).
Lewat event ini, Lenovo turut menyambut peluncuran resmi layanan 4G LTE para operator, menyusul tuntasnya proses refarming frekuensi yang mereka laksanakan bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Oh satu lagi mengenai asumsi bahwa 4G membuat pemakaian data jadi boros: tentu saja semakin tinggi kecepatan akses, maka konsumen cenderung mengonsumsi koten lebih banyak.