Dark
Light

Nvidia dan Stanford Berkolaborasi Demi Atasi Masalah Terbesar di Virtual Reality

1 min read
November 26, 2015

Sudahkah Anda menjajal headset VR? Menurut Anda, apa kendala terbesar yang masih menghadang teknologi ini untuk bisa diterima sebagai platform hiburan mainstream oleh konsumen? Bagi banyak orang, device virtual reality masih tidak nyaman, menyebabkan mereka merasa mual. Nvidia menyadari hal ini, dan memutuskan buat mengambil langkah konkret demi mengatasinya.

Sang perusahaan spesialis bidang grafis pimpinan Jen-Hsun Huang itu dilaporkan menggandeng Stanford University untuk masuk ke ranah virtual reality. Misi mereka adalah menyingkirkan problem motion sickness dan fokus yang masih menodai head-mounted display, melalui sebuah teknik bernama light field stereoscope. Kabarnya teknologi ini terbilang futuristis, baru bisa diimplementasikan ke headset VR dalam tiga sampai lima tahun lagi.

Dikutip dari Fortune, senior director of research Nvidia David P. Luebke, Ph.D. sempat memberikan pernyataan, “Hampir semua setup VR terasa tidak nyaman ketika perangkat berada di jangkauan tangan karena faktor kedalaman stereo dan akomodasi mata. Hal ini disebabkan konflik vergence-accommodation [gerakan refleks kedua mata ke arah berlawanan untuk mendapatkan visi binokular], di mana lensa harus berubah supaya penglihatan jadi fokus.”

Nvidia Stanford VR 02

Menurut kedua tim, jawaban masalah itu ialah light field stereoscope, sedang dikembangkan Universitas Stanford. Mereka menjanjikan pengalaman visual yang lebih natural dan kaya dibanding headset konvensional. Gordon Wetzstein selaku asisten profesor di Departemen Teknik Elektrik menjelaskan bahwa teknologi ini berpotensi besar mengurangi kelelahan pada mata, rasa mual, meningkatkan aspek kenyamanan secara umum.

Light field stereoscope memanfaatkan dua lapis display, dengan panel LCD yang dipisahkan sejauh 5-milimeter di satu headset. Kemudian perangkat garapan Nvidia dan Stanford mengirimkan medan cahaya 4D dari gambar-gambar tersebut, sehingga tiap bola mata dapat menyebarluaskan/beralih fokus antara objek dekat dan jauh. Unit prototype turut dibekali fitur head-tracking, dan user bisa melihat tangan mereka di alam VR.

Wetzstein tampak optimis melihat masa depan virtual reality. Pelan-pelan, produsen dan peneliti mulai membereskan hambatan seperti mengusung display beresolusi tinggi, menggunakan field of view yang luas, serta mengadopsi teknologi tracking rendah latency. Ia yakin kolaborasi Nvidia dan Stanford akan memberi dampak besar terhadap produk VR kelas konsumen di masa depan.

Buat sekarang, cuma tim Stanford dan Nvidia yang mengetahui seperti apa wujud headset tersebut.

Via Gamasutra.

Previous Story

WhatsApp untuk Android Dapatkan Tiga Fitur Anyar

Next Story

Salah Kirim Pesan? Di Viber Terbaru, Itu Bukan Masalah!

Latest from Blog

Don't Miss

Play For Dream Technology Masuki Pasar Virtual Reality Asia-Pasifik

Dengan semakin berkembangnya medium hiburan saat ini, kehadiran teknologi-teknologi hiburan

Perfect Corp. Gunakan AI dan AR di Dunia Kecantikan

Teknologi Augmented Reality (AR) dan Virtual Reality (VR) memang sempat