Menjadi salah satu nama yang paling disegani di dunia gaming, tiap langkah yang Valve ambil biasanya menjadi pertimbangan seluruh pelaku industri. Uniknya, tidak ada yang bisa memprediksi apa yang akan Valve lakukan selanjutnya. Tentu saat mereka mengumumkan Steam Machines, khalayak industri console merasa terusik.
Tapi berbeda dari PlayStation 4 ataupun Xbox One, Steam Machines sama sekali belum dirilis. Valve hingga kini berusaha untuk mematangkan tiga buah pilar penting proyek tersebut: hardware, sistem operasi, dan controller – yang menjadi identitas penting Steam Machines. Dan menurut sang bos Sony Worldwide Studios, Scott Rohde, Steam Machines tidak akan menjadi rival yang berat dalam waktu dekat.
Komentar itu bisa dimengerti karena sejauh ini Sony berhasil memenangkan ‘perang’ console next-gen melawan rivalnya Xbox One. Dari sudut pandang Microsoft sendiri, Xbox One juga cukup sukses. Salah satu hal yang membuat PlayStation 4 unggul adalah penyajian harganya. Dan kedua perusahaan ini sudah dibekali infrastruktur dan jangkauan layanan yang luas.
Menurut Rohde, tidak mudah menciptakan jaringan distibusi global sebuah hardware. “Hal tersebut sudah menjadi keahlian Sony dengan pengalaman selama bertahun-tahun,” jelasnya. Ia mengakui bahwa konsep mengkombinasi console dengan PC yang diterapkan Valve dalam Steam Machines sangat menarik. Namun sekarang mereka masih berada dalam tahap awal.
Info menarik: Valve SteamBoy Adalah Versi Handheld Steam Machines
“Kita bahkan belum tahu apa sebenarnya Steam Machines itu, kapan ia akan dapat bisa diakses dan akan menjadi apa perangkat ini nantinya,” kata Rohde. “Yang saya tahu Valve sedang mengembangkan controller-nya. Kami pun tidak yakin. Dan belakangan ini mereka memutuskan untuk mengopreknya kembali.”
Pada akhir Mei, Valve mengumumkan bahwa mereka membutuhkan lebih banyak waktu untuk menyempurnakan Steam Controller setelah mendengar berbagai masukan dari tester. Akhirnya Valve memutuskan baru akan merilisnya pada tahun 2015, menunda seluruh proyek Steam Machines – kecuali Alienware yang bersikeras untuk tetap merilisnya dalam waktu dekat.
Rohde membandingkan pengembangan Steam Machines dengan console 3DO Interactive Multiplayer yang diperkenalkan pada tahun 90-an. Seperti proyek Valve itu, console 3DO diproduksi oleh beberapa perusahaan berbeda seperti Panasonic, Sanyo dan GoldStar (kini LG).
Spesifikasi yang berbeda-beda membuat konsumen bingung, apalagi 3DO dibanderol dengan harga sangat tinggi untuk saat itu: US$ 699. Walaupun masanya sudah berbeda, hal ini tetap harus menjadi perhatian Valve. Mereka harus menetapkan standar spesifikasi, harga terendah, serta harga tertinggi.
Info menarik: Steam Machines Alienware Alpha Akan Segera Tersedia, Ditawarkan Dengan Harga Murah
Tapi yang menjadi kekuatan terbesar dari Steam Machines adalah pengembangannya yang terbuka – tidak seperti console. Valve bukan hanya berkesperimen dengan konsep ‘PC rasa console‘, tapi juga mencoba mengembangkannya secara transparan. Baik produsen maupun konsumen dapat menyaksikan dan berpartisipasi di dalamnya.
Terlepas dari pandangan khalayak console terhadap Steam Machines, faktanya semakin banyak kompetisi, semakin banyak pula pilihan bagi konsumen. Dan itu adalah hal yang positif. Mungkin Sony belum merasa terancam oleh proyek Valve ini, tapi mereka sudah lama sadar bahwa serbuan PC tidak bisa dibendung.
Apa buktinya? Semenjak peluncuran next-gen console, Sony dan Microsoft berlomba-lomba untuk mematok berbagai judul game agar hanya bisa dirilis di PC dan platform mereka – seperti Titanfall untuk PC dan Xbox One, atau Transistor yang hanya tersedia di PC dan PS4.
Sumber: Arstechnica.