Asus memiliki sudut pandang yang unik dibanding beberapa brand kompetitor lain di tengah pesatnya penjualan tablet di seluruh dunia. Menurut mereka, istilah PC kini beralih ke medium yang lebih luas. Dahulu apa yang kita kenal sebagai PC adalah desktop, komponen-komponen yang menyusunnya dan berbagai jenis laptop. Bagi Asus, era PC telah tiba dengan apa yang disebut dengan PC+.
PC+ adalah percampuran beberapa dunia yang berbeda. Istilah ini merangkul segala hal yang memiliki fungsi ‘komputasi’ baik untuk fungsi hiburan, multimedia maupun bisnis. Dimulainya masa PC+ ditunjukkan oleh berbagai macam hal: terlahirnya konsep ultrabook (notebook super-tipis), berbagai jenis tablet dan PC hybrid.
Bukan itu saja, contoh terkuatnya adalah produsen hardware utama seperti prosesor dan GPU yang berlomba-lomba untuk menyajikan produk yang berperforma tinggi namun rendah kebutuhan daya listrik.
Dalam presentasi di peluncuran besar-besaran yang Asus lakukan hari ini, sang Regional Director Asus untuk kawasan Asia Tenggara, Rex Lee, menunjukkan sebuah data yang menarik. Penjualan PC dan notebook terlihat cukup stabil walaupun mengalami penurunan beberapa waktu lalu, tapi faktanya permintaan konsumen akan smartphone jauh lebih tinggi daripada permintaan akan tablet.
Asus berpikir, “Bagaimana jika kita merangkum keseluruhan ide ini – kemampuan komputasi, telefoni dan hiburan – kemudian meracik perangkat-perangkat yang bisa melakukan semuanya?” Dan konsep inilah yang diusung perusahaan consumer electronics, komponen, PC dan notebook terbesar di Indonesia (menurut data yang mereka keluarkan) dalam meluncurkan produk-produknya di nusantara.
Ada banyak sekali produk yang Asus pamerkan kembali dalam acara di Hotel Mulia ini, beberapa kita sudah kenal sebelumnya seperti seri Taichi, Zenbook, Vivobook hingga VivoTab dan Fonepad. Asus juga mengenalkan sebuah produk baru yang sangat menarik: Asus Transformer Book Trio. Device ini sangat unik, ia bukan saja memiliki tiga mode yang berbeda – notebook, hybrid dan desktop – namun berjalan dengan dua sistem operasi yang benar-benar bertolak belakang, Android dan Windows 8.
Namun ada tiga buah produk yang tampaknya menjadi primadona dalam acara ini. Mereka adalah UX 301 dan UX 302 dari keluarga Zenbook, serta X200CA. Saya akan memulai pembahasan dari tipe terakhir ini.
Asus X200 ditujukan untuk memudahkan pengguna yang kerap memanfaatkan notebook untuk berhubungan dengan keluarga dan rekan-rekan. Ia adalah device multimedia yang akan banyak Anda gunakan untuk menyelesaikan perkerjaan dan menghibur diri.
X200 masuk ke dalam keluarga Vivobook dan disajikan dengan empat pilihan warna. Varian sapphire blue dan vivid red dirancang dengan material glossy, sedangkan pure white dan aluminium black dibuat dengan tekstur khusus. Ia memiliki layar 11,6-inci dengan resolusi HD 1366×768 dan dimensi mungil, 30,2x20x2,56mm. Bobot notebook ini juga sangat ringan, hanya 1,2 kilogram.
Di dalamnya Anda akan menemukan prosesor Intel Dual Core 1007U berkecepatan 1,5GHz sebagai reaktor tenaga utamanya dibantu dengan GPU Intel HD Graphics dan RAM sebesar 2GB. Untuk media penyimpanan data, Anda mendapatkan hard disk berkapasitas 500GB.
Untuk konektivitasnya sendiri, Asus membenamkan kemampuan Wi-Fi 802.11 b/g/n dan Bluetooth 4.0, sebuah port USB 3.0, dua buah USB 2.0, sebuah port HDMI, LAN jack dan kombo audio jack. Anda juga mendapatkan kamera web 720p untuk melakukan video call dan baterai yang sangat baik: tiga cells 3000 mAh yang diklaim mampu bertahan hingga 33 WH.
Untuk dua varian Zenbook terbaru sendiri, Asus melengkapinya dengan Corning Gorilla Glass 3 dengan desain metallic spin. Layar berkaca ‘gorila’ ini memiliki fitur Native Damage Resistance dengan kekuatan anti-gores tiga kali pendahulunya sehingga mampu mengurangi goresan yang tampak hingga 40 persen. Dan seperti notebook premium lain, baik UX301 dan UX302 dirancang dengan desain keyboard chiclet backlit yang luas dan nyaman dengan bagian touchpad yang lebar.
Kedua Zenbook ini dibuat sangat tipis dengan dimensi 325x226x15,5mm dan berat 1,38 kilogram. UX301 memiliki layar IPS 13,3-inci WQHD dengan resolusi 2560×1440 dan UX302 mengadopsi resolusi full-HD. Agar pantas mewarisi nama Zenbook, tentu saja kedua ultrabook ini memiliki jeroan yang mumpuni. Perlu Anda ketahui bahwa selain spesifikasi layar, UX301 dan UX302 memiliki perbedaan di kartu grafis dan media penyimpanan.
Mereka ditenagai oleh Intel Core i74500U dengan kecepatan 1,8GHz, RAM 2 hingga 8GB, penyimpanan SSD, RAID 0 ataupun pilihan hybrid drive dari mulai 128GB hingga 750GB, chipset grafis Intel HD 5100 untuk UX301 dan Nvidia GeForce GT730M di dalam UX302, hingga baterai Li-polymer 50WH dan berjalan di platform Microsoft Windows 8.
Bagaimana dengan konektivitasnya? Tenang saja, Asus tidak mau mengecewakan Anda. Terdapat Bluetooth 4.0, Wi-Fi dual band 802,11AC, sebuah Mini Display Port, dua buah USB 3.0, sebuah port HDMI 1,4, SD card reader. Dua Zenbook baru ini juga dilengkapi dengan kamera FHD dengan f 2.0 dan kemampuan video recording 1080p.
Asus tidak banyak mengubah penampilannya untuk mempertahankan desain Zenbook yang meraih banyak penghargaan ketika pertama kali diperkenalkan.
Jika Anda perhatikan dengan seksama, Asus merupakan satu dari sedikit brand yang tidak tidak merasa perlu repot-repot mengenalkan varian produk bisnis ataupun kelas korporat. Kompetitor lain berpikir bahwa lini bisnis adalah salah satu area yang tidak terganggu oleh meningkatnya penjualan tablet. Bahkan Asus sendiri malah sudah mulai gencar bermain di dunia tablet.
Apakah yang mereka lakukan ini hanya sekedar langkah nekat? Mungkin pada akhirnya semua kembali pada konsep PC+ yang mereka usung. Untuk apa menyekat-nyekat produk di lini yang berbeda jika ia bisa digunakan untuk segala fungsi?